chapter 4

2.2K 247 42
                                    

Author pov
==========

Pagi ini keluarga Methanant  sudah berkumpul untuk sarapan bersama, sudah menjadi tradisi mereka, jika di hari weekend seluruh keluarga diharuskan berkumpul untuk sarapan bersama.

"Tin...  Ae... bagaimana dengan kuliah kalian apakah berjalan lancar? "

Suara lembut dari ibu mereka menyapa menginterupsi kegiatan dua pemuda yang sedang sibuk dengan makanannya masing-masing. Sejak kecil Tin dan Ae selalu di majarkan berbicara dengan bahasa Thai jika berada dirumah, itu semua karena keinginan ibu mereka yaitu Rasaa Methanant,  walaupun dia berada di negeri orang Rasaa tidak ingin anak-anaknya melupakan bahasa dan budaya negara tempat kelahiran mereka. Rasa nasionalisme istri dari Trai methanant ini sangat tinggi.

"Semua lancar Mae, tapi tidak tahu kalau dengan Ae, dia kan sering bolos." Tin berucap dengan saintai tidak peduli dengan delikan Ae yang duduk di sampingnya.

"Mae..  Aku ingin mengatakan sesuatu,  aku ingin pergi ke  Thailand ada pekerjaan yang harus ku urus."  Ae memandangi ayahnya pasalnya ia sudah mengatakan ini kepada Methanant, walaupun kedua orang tuanya tidak mengizinkan Ae tetap akan pergi ke Thailand , tidak ada yang bisa mengekangnya sekalipun itu adalah ayah dan ibunya.

"berapa lama kau di sana sayang? "

"Tidak tentu Mae"

"Maksudmu?? " Rasaa bertanya heran.

"Maksudku, secepatnya Aku akan kembali Mae," ucap Ae menyakinkan ibunya, padahal dia juga tidak yakin akan kembali atau tidak ke negara ini.

"Tin kau harus ikut adikmu!"
Ayahnya tiba-tiba berucap membuat Tin yang mendengar tersedak makanan nya sendiri.

"Uhukk!! uhuk... Pho kenapa aku harus ikut dia?  lalu bagaimana dengan kuliah ku?  bagaimana dengan masa depanku??" Tin berujar penuh drama yang membuat Ae memutar kedua bola matanya.

"Semuanya sudah Pho urus dari apartemen semua fasilitas dan juga universitas kalian disana sudah Pho siapkan dan juga jangan pernah membuat perusahaan Pho disana terbengkelai kalian berdua harus bekarjasama mengurus perusahaan baru Pho!"

Tin hanya ternganga mendengar ucapan Pho nya sendiri.

"Pho....  Aku ingin di sini saja naa na...  Ae itu kejam Pho... "

"Sudah... Tin seharusnya kau itu melindungi adikmu,  jangan bertingkah manja begini."

Ibu mereka juga ikut menengahi acara merajuk Tin.

"Harusnya Ae yang melindungiku Mae, coba liat tampang sangar Ae dia seperti pangeran es berwajah datar,  gunung fuji juga kalah dingin nya dengan wajah Ae."

Yang bersangkutan pun mendelik tidak senang dengan ucapan Tin, lalu berdiri hendak memukul, tapi Tin sudah bersiap untuk kabur dari meja makan itu.

" Whoaah... coba lihat Mae wajah nya menakutkan, Ae seperti ingin menelan orang hidup-hidup!! Mae.. Pho...  help meeeee...."

"Awas kau Tin!!"

Ae dan Tin saling kejar-kejaran di ruangan itu,  senyuman dan gelak tawa yang sangat mahal dari raut wajah Ae,selalu terbit di bibirnya bila ia bersama keluarganya,dan untuk Tin, dia memang sangat menyayangi adiknya dari dulu hingga sekarang yang sebenarnya  menjaga Ae adalah Tin,  bahkan Tin yang terlalu malas berurusan dengan dunia yang di geluti oleh ayahnya dan Ae,  selalu tidak sengaja terjun kedunia itu demi membantu adik nya.

"Sudah cukup!!  Kalian berdua sudah dewasa, bersikap lah layaknya pria dewasa!! Pho beri waktu satu minggu untuk mempersiapkan diri sebelum keberangkatan kalian ke Thailand!"

The silence enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang