chapter 6

2.4K 236 86
                                    

Happy reading ❤❤
**************

Pete berjalan setengah berlari mendatangi Ae lalu setelah sampai dihadapannya, Pete mengucapkan kalimat yang begitu mengejutkan bagi telinga Ae.

"Heyy kau mau jadi pacarku?"

============

Pete  pov

Awalnya aku ragu untuk menjalankan taruhan dari Kengkla tapi memikirkan kekasih cantik ku Punpun
dan apartemen mewah pindah tangan kepada seorang Kengkla membuatku mau tidak mau harus melakukannya, sisanya biar Tuhan yang bekerja, jika dia menolak tidak ada yang bisa kulakukan selain menyerahkan segalanya kepada manusia tidak terduga seperti Kengkla.

Memang benar apa yang diuacapkan Can. Kengkla adalah manusia tidak terduga dan juga sangat tidak terduga juga ia di pukuli seseorang tidak kenal di toilet hingga pingsan. Setelah aku mendengar kronologi ceritanya,  Kengkla cuma bisa mengingat tengah nencium seseorang saat itu dia mabuk berat hingga tidak bisa mengingat siapa yang dia cium.

Tapi kejadian itu terjadi di toilet pria, pastinya orang yang di cium Kengkla itu laki-laki. Ingin rasanya aku menggeplak wajahnya saat bercerita, pantas saja dia di pukuli sebegitu parahnya.

Kini orang yang di tunjuk Kengkla untuk menjadi kekasihku sudah berada di hadapanku, ia seorang pria sama sepertiku, bayangkan saja aku pria straight malah mengajak seorang pria berkencan di saat banyak wanita cantik dan seksi bertekuk lutut untuk menjadi pacarku.

"Ini benar-benar gila!!" gumam ku dalam hati.

Pria ini gagah dan tampan eh tunggu, apa tadi aku menyebutnya tampan? tapi memang benar dia sangat tampan tapi tatapannya begitu dingin.

Sekarang aku benar-benar ingin menonjok wajah Kengkla.

  Dengan penuh  percaya diri yang di buat-buat aku pun meminta orang yang ada di hadapanku ini untuk menjadi pacarku.

"Heyy apa kau mau jadi pacarku?"

Ia terdiam beberapa saat sambil melihatku dengan pandangan es nya dan juga teman yang berada di sampingnya tidak kalah shock, mulut orang berkulit putih itu sampai ternganga. Aku tidak pernah segugup ini saat meminta seseorang menjadi kekasihku.

Tapi jawabannya yang kudengar membuatku kembali tercengang.

"Baka!!! (bodoh) .... "

"Hah! apa? "

"Menyingkir  dariku! Baka mitai!! (dasar bodoh!) "

"Heh jika kau bisa bicara bahasa Thai, mengapa harus memakai bahasa lain."

Wajah orang itu masih sama, datar tanpa ekspresi.

"Menyingkir dari hadapan ku, bodoh!! Apa kau tidak dengar? ".

Oke, belum satu menit aku bersama orang ini sudah tiga kali dia mengatai ku bodoh dan aku tidak bisa membalasnya karena memikirkan tentang taruhanku dengan Kengkla, jika tidak karena taruhan yang mengharuskanku menjadikan orang ini pacar, pasti sudah kuhajar wajah beku orang ini. Tapi laki-laki straight manapun pasti akan bersikap sama jika disuguhi keadaan seperti sekarang yang di mana tiba-tiba  seorang yang bergender sama denganmu tanpa diduga menginginkanmu menjadi pacarnya, bodoh, yahh...  Itu satu kata yang tepat untuk diriku sekarang.

Ia melewatiku seperti sengaja  menabrakkan bahunya ke bahuku, membuat tubuhku mundur selangkah dan ia pergi berlalu begitu saja.

"Ae tunggu aku Aee!" Teman yang bersamanya tadi berseru memanggil laki-laki yang baru saja ku ketahui namanya adalah Ae.

"Ae, aku akan mengingat nama itu." gumamku dalam hati sambil memandangi punggung orang yang baru saja menolakku, tapi tunggu, apa dia menolakku?tidak, aku tidak pernah ditolak dan tidak menerima penolakan,  lalu pandanganku teralih pada  Can dan Kengkla yang masih berdiri di bawah pohon halaman kampus. Mereka tertawa terbahak dan tawa Kengkla yang terdengar paling menyebalkan.

The silence enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang