Chapter 5

2.1K 228 44
                                    

-============

Ae mengibas-ngibaskan rambut  yang setengah basah hingga tidak menyadari ada seseorang yang juga duduk disana sedang memperhatikan perilakunya, orang itu adalah Pete, ia memandangi Ae hampir tidak berkedip.

============  

Kini pandangan Ae dan Pete saling beradu. Ae sediki terkejut karena tidak menyadari ada seseorang di halte ini. Pete buru-buru mengalihkan pandangan, dia terlihat salah tingkah karena kedapatan memandang seseorang dengan cara yang sedikit tidak biasa. Pete tidak pernah memandangi seseorang dengan penuh kekaguman seperti tadi apa lagi kepada orang yang berjenis kelamin sama dengannya.

Keterdiaman melingkupi suasana halte bus. Hanya bunyi derai hujan yang terdengar,  pasalnya mereka hanya berdua di sana terjebak derasnya hujan yang mengguyur kota Bangkok.

Ae masih berdiri di sana lalu kemudian ia berjalan dan juga duduk di kursi panjang yang dimana Pete juga duduk di sana,  tangan Ae kembali merogoh kantong celana, mengengam erat belati yang ada di dalam sana, sejujurnya berbagai pemikiran  kejam melintas di pikiran Ae sekarang. Apa aku harus membunuhnya sekarang? Ini sangat mudah, di sini juga sepi. Atau mungkin melukainya sedikit tidak apa kan?  menggores leher jenjang itu sepertinya akan terlihat lebih indah jika kulit putih Pete dihiasi dengan noda darah merah.

Sesekali ekor mata Ae melirik kepada orang yang kini menjadi targetnya, ia seperti sudah ingin mengeluarkan pisau tapi tiba-tiba bunyi klakson mobil sport berwarna merah menginterupsi niat jahat Ae yang hampir saja terealisasi.

"Peteee! ayo masuk."

Dari dalam mobil Can dan Kengkla berteriak memanggil Pete. Yang dipanggil langsung beranjak dari tempat duduk tanpa menoleh kepada orang yang tengah duduk di sampingnya. Pete masuk ke mobil berwarna merah, setelahnya mobil itu melaju nenembus hujan yang lebat.

Kini tinggal Ae termangu sendirian, ia menghela nafas panjang.

"Hufftt..... apa yang kau pikirkan Ae! Kau hampir mengacaukan rencana mu sendiri!" Ae bergumam pelan pada diri sendiri.

============

Ae, Tin, Kengkla dan Tao kini mereka sedang berada di sebuah diskotik ternama di Bangkok, tapi tujuan mereka datang kemari bukan untuk bersenang-senang seperti yang orang-orang lakukan sekarang, kecuali dengan Tin ia nampak paling bersemangat saat masuk ke tempat ini.

"Yuhuu.... akhirnya Aku menemukan tempat menarik di Bangkok!" Tin bersorak girang seperti anak kecil diberi permen lalu ia secepat kilat memisahkan diri dari Ae dan lainnya.

Malam ini Perth akan melakukan transaksi pertama mereka di kota ini. Walaupun sebenarnya mereka adalah orang-orang yang sudah berpengalaman dalam bisnis ini, Ae tetap harus waspada.
 
"Tao kau awasi tempat ini, jika ada yang mencurigakan segera laporkan padaku."

"Hi'!! " Tao membungkuk hormat seperti kebiasaannya di jepang.

"Dan kau Techno, di sini bersamaku, bagaimana barang kita?  Aman? "

"Aman...  tapi Bos, Aku izin ke toilet." Techno menyengir bodoh setelah Ae mengibaskan tangannya tanda menyuruh ia pergi Techno bergegas  melenggang pergi menuju toilet.

Iris mata kelam Ae mengitari seluruh ruang diskotik. Semakin hari menggelap intensitas orang yang datang semakin banyak,  lampu diskotik berkerlap kerlip seiring irama yang menghentak dari alunan musik yang di mainkan. Ae sedang duduk di meja bar sendirian sambil menyesap minuman berkadar alkohol rendah dan matanya kini tertuju pada seorang pemuda yaitu Pete sedang duduk di sofa, bersenang-senang dengan  teman-temannya. Terlihat dari tingkah gerak gerik mereka yang sudah mulai hilang setengah kesadarannya, entah apa yang mereka bicarakan hingga Pete berjabat tangan dengan temannya tanda sepakat akan sesuatu. Hingga salah satu temen Pete beranjak dari sofa dan pergi entah kemana.

The silence enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang