Haiii semua. Ini coret-coretan kecilku. Jadi maaf ya kalo ceritanya gak bagus, dan membosankan. Karna aku gak punya bakat nulis, jadi iseng-iseng aja. Jadi sekali lagi maaf yaaa. Hmmmm kalau kalian beriminat buat membaca dan masih banyak kekurangan, tolong di coment. Hehehe. Terimakasih sebelumnya:) dan maaf kalo judulnya aneh ya. Soalnya binggung mau kasih judul apa? hehe.
=============================================================
Ericha POV : Part 1.
“Ericccc”
Teriaku sambil melambaikan tangan dan berjinjit supaya eric bisa melihatku. Dan hanya satu panggilan dariku, lelaki yang kupanggil eric tadi langsung menoleh ke arahku tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih, dan lesung pipinya yang dalam. Oh tuhan, kenapa jantung ini berderbar kencang setiap eric tersenyum padaku, dan aku masih sangat-sangat terpukau oleh ketampanan nya, padahal sudah enam tahun lamanya aku melihat senyum itu. Iya, bisa dibilang aku dan eric sudah sangat bersahabat dekat selama enam tahun. Eric berjalan ke arahku dan langsung menarik lengan ku untuk masuk ke mobilnya. Dia membukan pintu mobil untuku dan berkata :
“Silahkan masuk tuan putri” katanya sambil membungkukan badanya, aku tersenyum menanggapi tingkah konyolnya sambil masuk ke dalam mobil. segera dia menutup pintu mobil dan berjalan ke arah tempat kemudi.
“Hhhh kau tau? Aku menunggu mu keluar itu sangat lama” kataku cemburut menatapnya, ketika dia sudah berada di dalam mobil dan mulai melajukan mobilnya. kali ini dia tersenyum mendengarkan keluhanku.
“Oh babe, maafkan aku. Kau tau sendiri kan aku sibuk dengan urusan di dalam”
“Babe-babe, jangan panggil2 aku seperti itu. Apa kau tidak tobat-tobat karna panggilan ‘babe’ itu berapa kali kau di putuskan pacar-pacarmu? Hah?” tanyaku sebal. Memang sangat sering eric memangilku dengan panggilan cinta seperti itu, bahkan dia tidak sungkan-sungkan memangilku seperti itu di depan pacar-pacarnya. tidak sungkan-sungkan juga eric langsung mendapat tamparan di wajahnya dan berakhir dengan kata “Mulai sekarang kita putus!” entah sudah berapa kali aku mendengar pacar-pacar eric berkata seperti itu dan tentunya juga aku sudah sangat hafal perkataan itu diluar kepala.
“Sudah berapa kali ya? Ah aku lupa sayang mengingatnya, sudah lebih dari dua belas kali tentunya kan?” tanyanya cuek.
“Hhhh otakmu itu memang udah sinting ric” Ujarku.
“Hahahaha. Sudahlah Erica, jangan marah begitu. Kau hanya menungguku selama dua jam. Masa hanya karna itu kau langsung sewot begini?” katanya sambil mengacak-acak rambut ku dengan tangan kirinya.
“Tapi kau men-nye-bal-kan?” kataku, sengaja menekan kata ‘menyebalkan’
“Kau baru menungguku selama dua jam saja sudah begini. Tapi menunggku selama enam taun kenapa kau begitu sabarnya?” Katanya santai sambil menatap lurus ke arah jalan di depanya.
Deg!
Cukup dengan kata-kata itu sudah mampu membuat aku bungkam seribu bahasa. Kenapa bisa eric tau??? Padahal mati2an aku sudah menyembunyikan rasa suka ku padanya selama enam taun ini. Ralat, bukan suka, tetapi lebih tepatnya ‘Cinta’ ya cinta. Cinta dengan harapan kosong, dan tidak pernah menuntut balas sedikitpun darinya. Memangnya apa yang aku harus tuntut darinya? Batinku bertanya-tanya.
“Hei ericha? Kenapa kau diam? Apa yang aku bilang tadi jangan-jangan itu semua benar?” Tanyanya penuk selidik padaku. Aku yang menyadari kebodohanku barusan yang hanya diam saat eric berkata seperti itu langsung gelagapan.
“A-a-a-ku diam bukan karna itu tau” kataku tanpa menatap ke arah matanya.
“Hmmm benarkah? Yasudahlah tidak usah dibahas lagi” katanya tak acuh. Dan sepanjang perjalanan menuju rumah ku, aku dan eric sama2 diam. Kami tenggelam dalam pikiran masing2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?
RomanceAku "Ericha Vadelia" mencintainya, bahkan sangat-sangat mencintainya..Sahabatku sekaligus lelaki yang mengisi ruang hatiku selama enam tahun belakangan ini. "Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?"