Part 4.

1K 13 6
                                    

Ericha POV :

Aku sedang sibuk berkutat dengan kertas-kertas dihapadanku dan sibuk dengan laptopku sendiri. Aku tidak memperdulikan bahwa sekarang sudah saatnya jam makan siang.

Iphoneku berbunyi, buru-buru aku mengambilnya dari dalam tas tanganku yang berada dimeja.

Setelah melihat dilayar Iphoneku tertera nama "Radit" Aku tersenyum senang.

"Hallo dittt" kataku bersemangat.

"Eh hai ca. Cie semangat nih ya tau aku yang nelfon" katanya sambil tertawa.

"Hahaha. Kenapa nih? Kok tiba-tiba nelfon?" tanyaku binggung.

"Gak papa sih cuman pengen ngajak kamu makan siang. Bisa?"

"Yaaah dit, maaf ya bukan nya aku gak mau, cuman lagi sibuk banget nih" kataku masih sambil berkutat dengan kertas-kertas dihapadanku.

"Hmmmm. Kalau aku ke kantor kamu gimana ca? Aku bawain nasi uduk deket kantorku. Kamu suka banget kan?"

"Wah yaudah kamu ke kantoku aja. Suka bangetttt dittttt. Tapi emangnya gak ngerepotin ya?"

"Ngerepotin apa? Orang sekarang aku udah ada didepan ruang kerjamu nih"

"Hah? Jangan bercanda ditt" kataku tak percaya.

"Makanya coba kamu keluar kalau gak percaya" katanya langsung memutuskan sambungan.

Buru- buru aku bangkit dari kursiku dan membuka pintu kerjaku.

Dan....ternyata benar radit nyengir kuda padaku sambil menenteng dua bungkus nasi uduk. Aku tersenyum menatapnya.

"Wah-wah masuk dit" kataku.

Adit langsung masuk keruang kerjaku dan langsung duduk di sofa.

Aku menutup pintu dan duduk dihadapan nya.

"Kok bisa sih dit tiba-tiba kamu udah ada dikantorku? Kan kamu baru aja nelfon"

"Hahaha. Ajaib bukan? Sebenarnya sih aku gak tau kalau kamu lagi sibuk. Dan buat persiapan aja aku beli nasi uduk deket kantorku. Langsung deh kesini buat jemput kamu. Iseng-iseng aku nelfon kamu dan ternyata kamu lagi sibuk. Gak rugi dong aku beli nasinya?" katanya sambil tersenyum.

"Hehehe bener juga sih ya? Yaudah ayuk makan aku juga lagi laper banget nih"

Adit langsung mengeluarkan kotak nasi uduk dari bungkusnya. Satu untuk aku, dan satunya lagi untuknya. Kami melahap masing-masing makanan kami.

Setelahnya adit membuka satu kantong plastic lagi yang ternyata isinya dua the botol, aku lagi-lagi tersenyum senang.

Dia memberikan satu tehnya untuku dan aku meneguknya langsung begitu pula dengan adit.

"Makasi ditt. Kenyang banget nih aku"

"Iya sama-sama ca. Kalau gitu aku balik ke kantor dulu ya. Masih banyak kerjaan soalnya" katanya seraya berdiri.

"Oke. Sekali lagi makasi ya dit" kataku tersenyum dan mengantarnya keluar ruanganku.  

"Hati-hati dijalan dit" kataku padanya.

Dia tersenyum menanggapinya. 

Setelahnya aku menutup pintu dan kembali berkutat dengan kertas-kertas dihadapanku. 

Sekitar jam lima sore aku baru selesai dengan pekerjaanku. Aku menelfon pak ujang-Supirku- untuk menyiapkan mobil.

Aku mengambil tas tanganku dari meja dan tak lupa untuk membereskan kertas-kertas dan memasukan nya kedalam laci kerjaku.

Setelahnya aku keluar ruang kerjaku berjalan menghampiri pak Ujang yang sudah menyiapkan mobil untuku. Aku masuk kedalam mobilku. Pak Ujang mulai melajukan mobilnya.

Satu jam setengah baru aku bisa sampai dirumah.

Aku masuk kedalam rumah dan melihat mama dan izka sedang becengkrama. Mama menydari kedatanganku.

"Udah pulang ca?" tanya mama

"Udah nih mah. Aku keatas dulu ya" kataku langsung berjalan menuju kamarku dilantai dua.

Tanpa babibu lagi aku langsung mandi.

Seperti biasa empat puluh lima menit waktu yang aku butuhkan dikamar mandi. Setelahnya aku berganti pakaian untuk tidur, menyisir rambutku tanpa mengeringkan nya.

Karna binggung dengan apa yang harus aku lakukan. Aku memutuskann untuk pergi ke balkon kamarku. 

Dan...betapa kagetnya aku ketika melihat eric sedang bersama izka.

Dia seperti memberikan sesuatu pada izka. Hmmmmm seperti dompet, ya benar itu dompet izka aku yakin. Mungkin tertinggal dimobil eric. Entahlah.

Aku....terkejut melihat eric sebelum berpamitan untuk pergi...dia...mencium kening izka. Sesak! Sungguh sesak! Sesak sekali!

Pemandangan dihapanku saat ini seperti mengiris-iris hatiku.  

Lagi-lagi air mataku tumpah tanpa pertahanan. Perih sekali rasanya dadaku melihat semua itu langsung dihapanku. 

Buru-buru aku masuk kedalam kamar dan menangis sejadi-jadinya. Untuk kesekian kalinya...aku menangis karna eric.

===================================

Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang