Part 3.

1K 13 2
                                    

 Ericha POV :

*tiga bulan kemudian*

“Ericha” aku menoleh ke asal suara yang memanggilku tadi. Dan menemukan sosok radit yang sedang berjalan ke arahku sambil tersenyum. 

 Dia duduk dihapanku.

“Ericha. Kenapa mukamu kau tekuk seperti itu?  Kau tidak senang melihat orang setampan ini datang?”

“Tampan-tampan kenapa kau begitu percaya diri sekali hah?”

“Hahaha. Sudah berapa lama kau menungguku?” katanya menatapku.

“Lima belas menit” Ujarku datar.

“Oh aku kira kau sudah lama menungguku. Baru 15 menit ternyata.  Ayolah ericha kau  jangan menekuk mukamu seperti itu. nanti kalau  cantikmu hilang bagaiman?” tanyanya.

“Bodo amat mau cantiku hilang juga aku gak peduli. Kau itu kebiasaan sekali datang terlambat” kataku cemberut menatapnya.

“Baiklah-baiklah. Karna aku hari ini sedang berbaik hati maka hari ini kau ku traktrir makan. Dan juga sebagai permohonan maaf ku padamu karna sudah datang terlambat. Bagaimana? Apa kau mau?” tanyanya

Aku berfikir sejenak sebelum menerima tawaran nya.

“Hmmm baiklah” kataku meng-agukan kepalaku.

Radit tersenyum senang.

Raditya Permana Putra dia teman sekaligus sahabat lelakiku yang bisa dibilang baru. Aku mengenalnya sudah tiga bulan belakangan. Dia merupakan keponakan Pak Agus klienku. Aku bersukur bisa mengenal Radit.

Dia sosok lelaki yang baik dan ramah kepada siapapun.

Dan kalau ditanya apa diatau soal eric? Jawabanya adalah iya. Raditya tau semuanya, tentunya aku yang menceritakan nya. Hanya dia yang tau perasaan yang terpendam selama enam tahun ini pada eric. Dan…dia orang yang pertama kali melihat aku menangis karna eric.

Aku menceritakan semuanya pada Radit, dan berahir dengan tangisanku yang menjadi-jadi saat mengatakan kalau tiga bulan yang lalu, eric meminta pendapatku tentang pernikahan nya.

Entah kenapa setiap kali mengingatnya rasa sesaku tiba-tiba datang begitu saja. Seakan-akan kejadian nya baru terjadi kemarin. Aneh memang.

“Ca? Kok diem aja? Kenapa? Inget eric lagi?” tanya radit.

“Hmmmm. Enggak kok diitt. Cuman inget dikit aja. Hehe” kataku cengengesan.

“Itu mah sama aja ca. Gimana habis pulang dari sini kita jalan-jalan?” tanya radit penuh semangat.

Aku memikirkan tawaran radit. Hari ini hari sabtu dan sekarang sudah sore. Kalau aku pulang dan berdiam diri dirumah bukan nya bakalan buat aku sedih? Batinku.

“Oke” kataku tidak kalah semangatnya.

Lagi-lagi radit tersenyum senang.

Pesananku dan radit sudah datang.

Kami melahap makanan kami masing-masing dengan nikmat.

“Udah selesai?” tanya radit.

“Udah kok. Jadikan jalan-jalan?” tanyaku menatapnya.

“Yajadi dong. Yaudah ayuk” katanya bergegas berdiri setelah membayar makanan yang tadi dipesan nya untuku dan dirinya.

Aku berjalan keluar restoran bersama radit sambil tertawa menanggapi leluconya.

Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang