Rizka (Izka) POV :
Dua puluh lima menit aku menunggu radit, namun batang hidungnya pun tidak juga kelihatan. Ya, hari ini aku ada janji untuk bertemu dengan nya, ada suatu hal yang harus aku bicarakan dengan nya.
“Izka?” aku menoleh ke asal suara, menemukan radit sudah duduk dihadapanku sambil tersenyum ala kadarnya. penampilan nya sangat acak-acakan sekali, terlihat seperti seorang yang sedang tertekan.
Aku menatapnya heran. Dia membalas tatapanku dengan kening berkerut, seakan bertanya mengapa aku melihatnya seperti itu.
“Kau…penampilanmu…sungguh acak-acakan sekali radit.” Kataku jujur.
Dia hanya diam menatapku, menghembuskan nafasnya berkali-kali, dan mengacuhkan omonganku barusan.
Sebenarnya aku tidak usah heran lagi mengapa radit seperti itu, aku tau…bahkan sangat tau….mengapa penampilan radit sangat acak-acakan sekali, tapi mulutku gatal ingin mengatakan langsung padanya.
“Dit…” panggilku pelan.
Yang dipanggil hanya diam menatapku dengan tatapan kosong.
“Bisakah kau jangan berpenampilan seperti itu? Bagaimana kalau ericha melihatmu seperti itu? Dia tentunya akan bertanya-tanya bukan?” tanyaku padanya.
Lagi-lagi dia hanya diam menatapku.
“Radit?” panggilku lagi.
“Dit……. Aku tau semua ini berat untukmu dit, aku tau. tapi bisakah kau berusaha untuk tegar dan menerima semua ini? Bukankah kita sudah sepakat untuk berusaha tegar? Kau ingat radit yang sakit disini bukan hanya kau, tapi aku! Aku juga radit!” kataku dengan setengah berteriak.
“Izka…” panggilnya pelan sekali.
Dan sekarang aku lah yang hanya diam menatapnya. Aku ingin radit yang berbicara sekarang.
“Aku…..” katanya mengantungkan kalimatnya.
Aku hanya diam.
“Aku….aku tidak bisa tegar sepertimu izka. Aku terlalu mencintai ericha. Terlalu. Maafkan aku.” Katanya dengan suara yang terlihat lemah sekali.
Aku diam menatapnya.
"Dit, aku terlihat tegar di depan semua orang. Berusaha tertawa, dan ikut bahagia dengan semua ini. Tapi jauh……jauh…dilubuk hatiku yang paling dalam, aku hancur dit! Hancur! Bagaimana mungkin aku bahagia…saat semestinya yang menikah itu aku! Bukan ericha! Dan bagaimana mungkin aku bahagia….saat orang yang aku cintai harus menikah dengan orang lain? Bagaimana…mungkin? Hah?! Kita berdua harus berkorban untuk kebahagian ericha dan eric dit! Ericha sudah terlalu lama sakit perasaaan nya. Dan aku tidak mau egois, kau juga bukan?” kataku berteriak.
Sungguh aku tidak peduli dengan orang-orang disekelilingku, yang menatapku dengan pandangan tidak suka karna aku sudah berteriak-teriak di tempat umum.
Setelah berkata begitu, aku mengambil tas tanganku keluar dari restoran itu dengan perasaan muak. Aku langsung menyetop taxi yang ada dan masuk kedalam nya.
Hancur! Ya, perasaanku hancur!
********
Eric POV :
Iphoneku berbunyi, dan aku tersenyum senang saat melihat nama “Rizka” tertera di layar iphoneku.
“Hallo sayang.” Kataku bersemangat.
“Hallo juga sayang. Sedang sibukah?” tanyanya dengan suara yang menurutku seperti orang yang habis menangis.
“Hmmmm tidak. Ngomong-ngomong suaramu kenapa seperti habis menangis? Apa kau menangis?” tanyaku khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?
RomanceAku "Ericha Vadelia" mencintainya, bahkan sangat-sangat mencintainya..Sahabatku sekaligus lelaki yang mengisi ruang hatiku selama enam tahun belakangan ini. "Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?"