Ericha POV :
Hari ini aku ada janji untuk mendatangi klien ku yang meninta aku untuk men-disgn rumah hadiah perkawinan untuk istrinya. Semuanya sudah aku siapkan dimeja, tingal setengah jam lagi aku akan berangkat menuju ke tempat klien ku.
Sudah enam bulan aku mendirikan perusahaan ku sendiri kalau boleh dibilang ini perusahaan kecil, tapi aku cukup bangga untuk usahaku yang memang semenjak bekerja dikantor papaku selama dua tahun belakangan ini bertekad untuk mendirikan perusahaan sendiri, tentunya juga modal awalnya dari papa dan gaji perbulan ku selama masih bekerja dikantor papaku, aku tabung untuk mendirikan perusahaan ini.
Dan kalau ditanya bagaimana hubungan aku dan eric? Jawaban nya, kami masih bersahabat dekat tapi tidak sedekat dulu. Eric sekarang sedang menjalin hubungan bersama izka, yang tidak lain tidak bukan sepupuku sendiri. Iya memang di awal pertemuan saja mereka sudah sangat akrab, ditambah lagi dengan kenyataan kalau izka sudah resmi enam bulan yang lalu menjadi sekertaris eric.
Jujur saja aku senang sekaligus sedih. Senang karna untuk pertama kalinya eric bisa menjalin hubungan yang lumayan lama itu tandanya eric serius dengan izka. Dan yang membuat aku sedih, eric seperti orang lain, dia jarang sekali datang kerumah untuk sekedar ngobrol denganku. Paling-paling kalau dia kerumah, hanya untuk menjemput izka berangkat kerja bersama atau akan jalan bareng. Dan yang lebih membuat aku sedih, aku mengetahui mereka menjalin hubungan tepat satu bulan mereka jadian.
Eric biasanya akan menghubungiku kalau dia dan izka sedang bertengkar, dan meminta bantuanku untuk membujuk izka supaya dia mau memaafkan eric. Selebihnya? Dia tidak pernah menghubungiku lagi, dan itu cukup untuk menjadi tamparan telak untuk ku, eric yang aku kenal selama enam tahun telah berubah. Entahlah apa yang membuatnya menjadi seperti itu, aku sudah tidak mau memikirkan nya lagi. Cukup aku mencintainya dari jarak jauh, masih bisa mendengar kabarnya dari izka, atau melihatnya sekilas saat dia menjemput izka. Itu semua lebih dari cukup!
"Tok-tok-tok" terdengar suara pintu ruangan ku diketuk.
"Masuk" jawabku dari dalam ruangan.
"Maaf mba Erica waktunya kita sekarang pergi ketempat klien kita mba" kata rina sekertaris ku.
"Oke, kamu suruh ujang siapin mobil ku ya rin" kataku sambil bersiap-siap.
"Sudah saya suruh mba, sekarang mobilnya udah ada dibawah, tinggal jalan aja" kata rina sambil tersenyum.
"Oh oke-oke. Yuk rin" ajaku sambil melangkah keluar ruangan dan menuju lantai bawah.
****
"Terimakasih pak" kataku sambil menjabat tangan pak Agus, klienku yang meminta untuk aku men-design rumahnya untuk hadiah perkawinan nya.
Semua berjalan lancar hari ini dan aku bersyukur untuk itu.
"Sama-sama mba Ericha" kata pak agus sambil tersenyum.
"Kalau begitu saya pamit pak, nanti saya kabarin lagi" kataku sambil bergegas pergi.
"Baik mba" kata pak Agus sambil berdiri dari kursinya sambil mengantarkan aku dan rina sekertarisku ke luar ruangan nya.
"Rin kamu balik ke kantor aja ya. Aku mau cari makan dulu, bawa aja mobilku ke kantor, nanti aku naik taxi aja" kataku sambil berlalu pergi mencari taxi.
Saat melihat taxi ada dan kosong aku langsung masuk dan taxi melaju ke tempat yang kutuju.
Saat berada di dalam taxi, iphone ku berbunyi buru-buru aku mengambil iphone ku dari dalam tas tangan ku, melihat nama "Tante Diana"-Mamanya eric yang menelfon ku, aku mengerutkan kening sebentar sebelum mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?
RomanceAku "Ericha Vadelia" mencintainya, bahkan sangat-sangat mencintainya..Sahabatku sekaligus lelaki yang mengisi ruang hatiku selama enam tahun belakangan ini. "Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?"