Ericha POV :
Aku sedang menyesap teh hangat yang dibuat oleh OB dikantorku. Sambil melamun memikirkan sesuatu.
Tiga minggu lagi pernikahan eric, dan semua orang rumah sibuk dengan itu. Terkecuali aku…karna aku sibuk dengan pekerjaan yang semakin hari, semakin banyaknya melandaku.
Entah kenapa semakin mendekati waktu pernikahaan eric, perasaanku semakin tidak enak, ada sesuatu yang menganjal dihatiku.
“Tok-tok” suara pintu ruanganku diketuk, dan membuyarkan lamunanku.
“Masuk” jawabku sambil menaruh teh yang ku minum tadi.
Aku melihat sosok radit berjalan ke arahku, mukanya tak seceria biasanya.
Dia langsung duduk dikursi hadapanku, hanya menatapku dalam diam.
“Kau…kenapa raut wajahmu seperti itu? Dan…kenapa kau hanya menatapku dalam diam seperti itu?” tanyaku dengan kening berkerut.
“Kau….” Tunjuknya padaku.
“Aku? Aku memangnya kenapa?” tanyaku lagi.
“Kau…mengangapku apa? sahabat? Iya?” tanyanya.
“Iya, sahabat. Lalu? Ada masalah?” tanyaku lagi.
“Tapi kenapa kau tidak menceritakan padaku tentang masalah pernikahan eric dan izka?” tanyanya langsung menatapku.
Aku hanya diam setelah radit berkata seperti itu.
Aku sengaja tidak memberitahu radit soal ini, karna aku takut, jika aku menceritakan semua pada radit, air mataku akan tumpah tanpa pertahanan lagi. Sama seperti dulu waktu aku menceritakan semuanya tentang eric, dan segala perasaan yang tersimpan selama enamm tahun belakangan ini. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, bahwa tidak akan ada lagi tangisan!
Aku diam. Binggung akan memberikan alasan seperti apa padanya?
“Kenapa kau hanya diam? Apa kau sedang mencari-cari alasan?” kata radit menatapku.
“Bukan seperti itu radit, hanya saja….aku….aku masih butuh waktu.” Kataku tanpa menatap matanya.
Bisa kudengar radit menghembukan nafasnya.
“Baiklah aku mengerti. Tapi ingat? Kau masih punya teman untuk berbagi cerita, jadi jangan kau simpan sendiri perasan mu itu.” Katanya menatapku.
Aku hanya menganggukan kepalaku, bersyukur radit tidak memaksaku memberikan penjelasan yang lebih.
“Bagaimana kalu kita jalan-jalan saja, atau makan siang. Aku lihat kau suntuk sekali.” Ajak radit tiba-tiba.
“Maaf radit, aku banyak pekerjaan hari ini yang tidak bisaku tinggalkan.” Jawabku.
“Hmmmmm…baiklah, lain kali saja. Kalau begitu aku pergi dulu.” Katanya sambil berdiri dari kursi yang di dudukinya tadi.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, menatap kepergian radit dengan diam.
Setelahnya aku kembali berkutat dengan pekerjaanku, secepat mungkin berusaha supaya pekerjaanku ini selesai.
Dua jam kemudian baru semuanya pekerjaanku selesai, dan aku memutuskan untuk langsung pulang dan beristirahat, badanku rasa-rasanya pegal sekali.
Sampai dirumah aku terkejut dengan kedatangan tante vani –mamanya izka-
“Wah izka. Cantik ya sekarang, terahir tante liat kamu kan waktu lulusan SMA nak.” Kata tante vani sambil menatapku tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?
RomanceAku "Ericha Vadelia" mencintainya, bahkan sangat-sangat mencintainya..Sahabatku sekaligus lelaki yang mengisi ruang hatiku selama enam tahun belakangan ini. "Aku mencintainya. Bukan kah itu sederhana?"