Duk duk duk
Jungkook berlari tegopoh-gopoh, tangisnya tidak mau mereda. Cairan bening yang sudah menggunung di pelupuk itu akhirnya menguap kemana-mana. Mengiringi semangatnya yang semakin patah karena telah gagal hari ini.
Tangannya basah dari keringat, ketika hendak membuka pintu Jungkook terdiam sebentar. Mengusap kasar air mata yang masih saja mengalir menuruni pipi.
Suara bising dari terompet sudah terdengar juga harum masakan khas buatan ibu tercium kala pintu baru saja dibuka sedikit. Ada perayaan, seingatnya ia tidak sedang berulang tahun, atau baru pulang wajib militer pun ia tidak. Lantas mengapa ayah dan ibu perlu repot-repot menyiapkan semua ini?
"Ayah, ibu." Jungkook menangis tersedu sembari memeluk keduanya.
"Maaf, maaf tapi aku kalah." Cicitnya disela tangisannya, kompetisi dance yang ia ikuti telah membuat suasana hatinya memburuk, juga merasa bersalah karena kalau dirinya berlatih lebih keras lagi mungkin ia sudah dapat juara pertama.
"Tidak apa-apa nak, kita memang sedang merayakan kekalahan. Sekali-sekali kalah juga harus dirayakan, biar tidak iri sama menang." Ayah malah bercanda, ibu hanya menyikut ayah yang terkekeh.
"Jungkook anak ayah yang kuat, tak apa menangis saja yang keras nak. Seperti dulu tahun 1997 kamu juga menangis keras sekali untuk pertama kali bersama ibu dan ayah. Jangan khawatir, dulu dan sekarang, tangis dan tawa sudah dan akan selalu kita lalui sama-sama."
Ayah sedikit menyebut tahun lahirnya, Jungkook akhirnya tersenyum dan mengangguk ketika ayah dan ibu mulai mengambil makanan untuknya.
__________
"Ayah?"
"Ya nak? Sebentar ayah habis mengganti lampu yang padam di dapur." Ibu mewakili ayah menjawab panggilannya yang mungkin tidak begitu terdengar oleh sang ayah.
Ibu membuat teh juga kudapan sore ini, padahal makanan dari perayaan tadi masih lumayan banyak. Katanya, bisa dibagikan ke tetangga sebagai bentuk perayaan kecil bahwa Jungkook sudah bekerja keras dalam menekuni apa yang disukainya.
"Kenapa ayah menyimpan ini sih?" Tanyanya sambil menahan tawa, gantungan kayu berukuran sedang yang ditempel di kamar ayah dan ibunya dengan tulisan angka '1997' tersemat di sana.
"Ayah dan ibu sudah semakin tua nak, kami berdua takut lupa dengan tahun yang paling berharga." Ibu yang kemudian menjawab karena ayah sedang menyeruput tehnya.
"Ayah bahkan menyimpannya di mobil, digantung dekat kaca mobil. Begitu pun dengan kunci mobil milik ayah."
"1997 adalah simbol untuk penguatan, karena pada tahun itu kamu hadir di tengah tengah kita untuk menguatkan. Tahun yang ayah kira akan menjadi tahun paling pahit dan sulit tapi ternyata tidak."
"Di tahun 1997 Tuhan menghadirkanmu, menjadi anugerah terbaik untuk kami yang sedang limbung karena krisis moneter pada saat itu yang berimbas pada perusahaan."
1997 menjadi saksi bisu tangisan suka cita paling damai di bumi
Kamu membawa keberkahan di tahun yang sedang dirundung pilu
1997 tidak akan pernah terlupakan, karena jagoanku hadir di dalamnya.
Berharga dan utama.
***
Ps. Selamat Ulang Tahun Jungkookie, seluruh damai di bumi menyertai.
by: ohooman
KAMU SEDANG MEMBACA
GOLDEN DAY | Jeon Jungkook ✔️
FanfictionHari dimana ribuan kata dirajut menjadi untaian kalimat-kalimat yang membentuk cerita untuk pria bernama Jeon Jungkook. Cover by: @JungZeva Content: 6 mini fiksi Jungkook Centric dan do'a-do'a dari kalian semua. Jungkook Birthday Project