Jungkook tidak keberatan dengan sendiri.
Faktanya, Jungkook sudah hidup bergantung pada dirinya sendiri cukup lama sampai dia lupa bagaimana rasanya memiliki tempat untuk bersandar.
Jungkook terlalu akrab dengan rasa sepi hingga saat Seokjin menemukan dan membawanya pulang, sedikit banyak Jungkook mengerti.
Mengerti bahwa bagaimanapun juga, Jungkook tetap merasa berat untuk melalui semuanya ini sendiri.
.
September: Lost and Found
Jeon Jungkook Fanfiction
© celestaeall
Blood doesn't make family, love does..
Kali pertama Seokjin melihat Jungkook, yang terlintas di pikiran Seokjin adalah polos.
Saat itu Seokjin sedang mengelap gelas, dengan pandangan kosong melihat lalu lalang pejalan kaki dari dinding kaca kafe. Matahari di musim semi tidak terlalu panas, namun cukup terik untuk membuat banyak orang mengernyit silau di bawah paparan cahaya. Kafe sedang sepi dan tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengelap gelas dan piring yang hanya membuat Seokjin bosan. Hingga mata Seokjin menangkap sosok pemuda dengan raut wajah kekanakan di antara lalu lalang manusia.
Sesaat Seokjin terpana. Wajah pemuda itu terasa asing, anehnya terasa familiar. Seokjin menautkan alis berusaha mengingat-ingat dimana dia melihat wajah seperti itu.
Hingga kerutan di keningnya memudar.
Ah, ya. Seokjin ingat dimana dia melihat ekspresi wajah itu.
Ekspresi wajah pemuda itu mengingatkan Seokjin pada raut wajah anak-anak kecil yang tersesat hilang di tengah kerumunan.
.
.
.
Hidup di Seoul itu keras.
Jungkook menyadari hal itu sejak dia menginjakkan kaki di ibu kota Korea Selatan, dan itu sudah sekitar dua tahun yang lalu. Satu tahun awal tinggal di Seoul tidak mudah, menurut Jungkook. Jungkook adalah anak yatim piatu. Ibu Jungkook meninggal sesaat setelah melahirkan Jungkook. Ayahnya tiada saat Jungkook berusia 15 tahun, meninggal karena kecelakaan beruntun antara mobil dan bus.
Kemudian Jungkook tinggal berdua dengan neneknya di Busan hingga dia berumur 18 tahun. Nenek wafat di akhir musim panas, saat Jungkook menempuh pendidikan sekolah menengah atas. Setelahnya Jungkook pindah ke Seoul di umur 20, mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah di Universitas Nasional Seoul. Jungkook selama ini hidup sendiri, tinggal di apartemen kecil di pinggir kota Seoul. Apartemen yang lebih cocok disebut studio karena ukurannya yang sangat kecil. Sebanding dengan harga sewa per bulannya yang murah karena jauh dari pusat kota. Hingga dua tahun kemudian, Jungkook masih menghuni apartemen sempit dan jauhnya. Karena itu adalah satu-satunya apartemen yang mampu dibayar Jungkook per bulan dengan jarak paling dekat.
Tiap pagi, Jungkook berangkat lebih awal agar tidak telat ke kampus. Sepulang dari kampus, Jungkook mengambil kerja paruh waktu di toko kelontong kecil sampai sore, kemudian dari sore sampai malam dia bekerja di salah satu restoran keluarga sebagai tukang cuci piring.
Hidup di Seoul memang keras, tapi setidaknya Jungkook masih bertahan melalui semuanya sendiri sampai saat ini.
.
.
.
Saat kedua kalinya bertemu Jungkook, Seokjin menatap pemuda itu dengan mata membulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOLDEN DAY | Jeon Jungkook ✔️
FanfictionHari dimana ribuan kata dirajut menjadi untaian kalimat-kalimat yang membentuk cerita untuk pria bernama Jeon Jungkook. Cover by: @JungZeva Content: 6 mini fiksi Jungkook Centric dan do'a-do'a dari kalian semua. Jungkook Birthday Project