Ayah Bertemu Nazmi

95 9 0
                                    

Bismillah...
Jangan lupa vote dan comment :)

_______
Jam pelajaran ketiga kali ini diisi oleh Pak Adnan, guru mapel PJOK sekaligus wali kelasnya.

Namun beliau tak berniat mengisi pelajaran walau seluruh penghuni kelas sudah berganti baju menjadi kaos olahraga.

"Maaf sebelumnya, kali ini kita tidak praktek di lapangan. Kebetulan saya ada jadwal sosialisasi ke SMP tetangga dan kalian sebagai kelas XII disuruh mengisi lembar jawab mengenai pilihan kalian lanjut ke mana setelah lulus."

Pak Adnan mengelilingi seluruh ruangan sembari membagikan satu persatu lembar itu pada siswa di kelas.

"Saya tugaskan Aruni untuk mengumpulkan lembar jawab yang sudah diisi lalu diserahkn ke meja Kesiswaan."

Aruni yang ditugasi , mengangguk bersedia.

"Kalo begitu Bapak tinggal dulu. Kalian jangan main-main saat mengisinya."

Pak Adnan melenggang keluar kelas, beberapa anak laki-laki langsung ribut karena kecewa tak jadi olahraga.

"Kamu beneran jadi kuliah di Depok?"

Sima mengangguk mantap, kolom Universitas yang tertera di kertas itu sudah ia isi dengan salah satu Universitas di kota Depok.

"Bareng aku aja dong? Please."

Disya memohon, jelas sekali bahwa sesungguhnya ia tak ingin berpisah dengan Sima, teman satu-satunya semenjak ia memasuki masa putih abu-abu hingga sebentar lagi keluar.

"Maaf Dis, gak bisa."

Sima menyentuh tangan Disya, menenangkan. "Cita-citaku bukan di Jogja, juga sedekat apapun kita, punya banyak kesamaan tapi untuk kali ini kita harus berbeda karena cita-cita kita pun beda. Sahabat sejati bukan yang harus ke mana-mana bareng, satu sekolah terus, yang terpenting saling mendukung, Dis."

Disya terharu, ia segera memeluk erat sahabatnya. Merasa tak bisa mencari sahabat yang sama seperti Sima ketika nanti ia jadi kuliah di Jogja.

"Jangan putus komunikasi ya!"

Sima mengangguk setuju. "Siap Dis."

Disya melepas rangkulannya kala HP di saku seragamnya berdenting tanda ada pesan masuk.

Melihat nama pengirimnya, membuat Disya menahan nafas selama beberapa detik. Lalu beringsut keluar kelas untuk menghindari Sima yang bisa saja mencuri-curi pandang pada isi chat yang di kirim Nazmi.

Nazmi_

Dis...
Tolong panggilin Rizal ya.
Suruh naik ke kelasku. Sekarang, trimakasih :)

Disya segera memasukkan kembali HPnya ke saku seragam dan berjalan menuju kelas Rizal yang terhalang dua kelas dari kelasnya.

"Rizal."

Yang dipanggil menoleh, bersamaan dengan sosok Dera yang ikut menoleh ketika nama pacarnya dipanggil.

"Ada apa, Dis?"

Disya melempar senyum pada Dara, lalu menoleh pada Rizal.

"Itu ... kamu di panggil Nazmi. Suruh ke kelasnya sekarang."

"Oh gitu, oke otw."

Rizal beranjak dari duduknya.
"Ra, aku ke atas dulu ya."

Disya memutar bola matanya malas saat tangan Rizal mengusap pelan kepala Dara.

"Iya silahkan," jawab Dara lembut disertai senyum termanisnya.

"Dis, kamu mau sekalian titip salam buat Nazmi gak?"

"Terserah Mak Buyut kamu aja lah!"

Disya segera berbalik, malas meladeni Rizal yang terus menggodanya seputar Nazmi.

Ia memang senang, namun takut juga jika ia terus memupuk harapan namun kenyataanya Nazmi tak memiliki rasa apapun terhadapnya.

Ku...
Bosan sudah ku menyimpan rasa kepadamu
Tapi tak mampu ku berkata di depanmu
Aku tak mudah mencintai
Tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini
Denganmu aku jatuh cinta
Tuhan tolong dengarkan ku
Beri aku dia
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa...

(Devano Danendra _ Menyimpan Rasa)

                      *****
Malam ini, Ayah mengajak Disya untuk makan diluar bersama Aril, adik tirinya.

Kedai ayam panggang menjadi pilihan Ayah untuk menu makan malam kali ini.

"Minumnya pesen apa, Dis?"

Ayah bertanya pada anak gadinya yang sedari tadi fokus dengan HP.

"Hmm Teh susu aja deh."

Disya menoleh singkat pada Ayahnya lantas kembali fokus pada layar HPnya yang tengah memunculkan sosok Nazmi dan anggota hadroh lainnya sedang tampil pada acara perlombaan hadroh senin lalu.

Tubuh Nazmi yang menjulang tinggi, berdiri di baringan paling kanan. Di depannya berdiri Rizal, dan di sebelah kirinya Disya tak paham siapa.

"Dis, gimana sekolahmu?"

"Baik kok Yah. Udah mulai ada les tambahan sepulang sekolah juga."

"Begitu? Kesehatannya di jaga, Dis.  Mendekati UNBK selalu banyak rintangannya. Ayah gak mau kamu sakit pas nanti UNBK."

Disya tersenyum mendengar perhatian Ayahnya.

"Siap Bapak Komandan! Asal uang jajan ditambah, Disya bakal sehat terus kok."

Ayah tersenyum lebar, mengelus kepala anak gadisnya yang terbungkus jilbab dengan gerakan lembut.

Disya meletakkan HPnya ketika pesanan mereka datang.

"Ka, pinjem HPnya dong," pinta Aril

"Mau ngapain?" Disya menyeruput Teh susunya sembari mengawasi Aril yang merebut HPnya.

"Mau main game."

"Ealah, Kakak gak punya aplikasi game. Mending kita mulai makan aja."

Aril cemberut saat Disya mengambil kembali HPnya da meletakkan benda itu di dalam tasnya.

Disya segera mencomot Ayam panggang pesanannya yang terlihat menggoda dengan taburan sambal kecap di atasnya.

"Bismillah," ucap Disya.

"Aril ya?"

Yang dipanggil memang Aril, namun Ayah dan Disya pun ikut menoleh.

Uhukk...uhuk....

Disya menepuk-nepuk dadanya karena tersedak makanan, Ayah segera memberikannya minum.

"Eh Nazmi, sedang apa?"

Ayah yang pertama kali merespon sapaan Nazmi, sedangkan Disya tengah menenangkan dirinya pasca kejadian tersedak karena terkejut dengan kehadiran Nazmi yang tak diduga.

"Ini beli ayam panggang pesenan Mba Nawa."

"Oh begitu, mau gabung makan di sini bareng kita?"

Tawaran Ayah membuat Disya langsung menoleh penasaran pada  Nazmi yang mengumbar senyum hingga lesung di pipi kirinya terlihat.

Duh Gusti....
Hamba terlena akan senyuman ciptaan-Mu

"Duh maaf Om, kapan-kapan saja ya. Soalnya pesenan ini sudah ditunggu Mbak Nawa."

"Ah iya tidak apa-apa."

"Yasudah kalo gitu saya pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ketika langkah Nazmi mulai menjauh, Disya baru berani menatapnya secara terang-terangan. Tubuh menjulang tinggi entah kapan akan menjadi miliknya.

"Dilihatnya pas udah jauh gitu. Dasar cewek!

Ayah tersenyum pada Disya yang salah tingkah karena sindirannya.

____________
Lanjut=>

Memendam RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang