***
"Zra, makasih banyak ya?" ucapku saat telah sampai dirumah
Ia tersenyum, dan mengusap pelan rambutku.
"Gaperlu bilang makasih, udah kewajibanku sebagai seorang sahabat Feb" jawabnya
Aku membalas senyumanya, lalu turun dari mobil dan berkata, "Mau mampir dulu Zra?"
Ia menjawab, "Langsungan aja, aku ada acara sehabis ini"
Aku menganggukan kepala, "Hati hati!!"
"Siap princess!" jawabnya
***
Hari ini, hari yang pendek namun terasa panjang. Aku mungkin tidak bisa apa-apa tanpa sahabatku. Dan aku tidak bisa membayangkan jika sahabatku pergi meninggalkanku. Semoga saja, tidak.
Perutku berbunyi, aku beranjak turun ke dapur untuk mengambil makanan, namun hasilnya nihil.
Segera aku memakai jaket dan memesan taksi untuk mengantarkanku pergi membeli makan.
Lagi-lagi hujan. Aku menatap keluar jendela taksi, sudah gelap. Aku memasangkan earphone ke telingaku dan memutar lagu-lagu dari playlistku.
Terputarlah lagu dari Budi Doremi, yang berjudul Tolong.
Kurasa ku sedang jatuh cinta
Karena rasanya ini berbeda
Oh, apakah ini memang cinta?
Selalu berbeda saat menatapnya
Mengapa aku begini?
Hilang berani dekat denganmu
Ingin 'ku memilikimu
Aku sedikit merasakan sesuatu saat mendengarkan kalimat ini
Tapi aku tak tahu
Bagaimana caranya?
Dan iya, aku mencintai Ezra, namun aku tidak tau bagaimana cara menungkapkannya.
Tak terasa aku telah sampai di tempat yang kutuju, tak lain tak bukan adalah MacD.
Saat aku mengantri, tak sengaja mataku menangkap sosok yang aku kenal.
Lelaki berjaket jeans, berambut messy, dan berhidung mancung.
Ia bersama seorang perempuan.
Aku melanjutkan antrianku untuk memesan makanan dan berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi aku tak bisa. Aku sakit hati.
Iya lelaki itu Ezra, dia bersama seorang perempuan cantik nan manis. Ezra tak pernah cerita soal perempuan itu, hal ini membuatku curiga.
Setelah aku selesai memesan, aku beranjak pergi ke meja tempat ia duduk.
"Zra? Hai?" ucapku gemetar
"Loh? Feb? Sama siapa disini? jawabnya kaget
"Sendiri."
Kami berdua sama-sama diam, menatap satu sama lain, mataku seakan-akan meminta penjelasan tentang semua ini.
Dan benar saja,
"Oiya Feb, kenalin ini gebetan baruku" ucapnya sambil tersenyum
"Halo kak, aku Kezia" ia memperkenalkan diri dan menjabat tanganku
"Oh hai Kezia! Aku Febi, sahabatnya Ezra hehe" aku membalas jabatan tangannya
"Duduk sini aja Feb gapapa, join aja" kata Ezra
"Engga deh aku meja lain aja, takut ganggu Zra" aku membalikan badan dan mencari tempat yang kosong.
Entah kenapa, jantungku berdebar tidak beraturan, antara merasa sedih, marah, dan sesak. Ini mungkin karena aku sudah mulai mencintai Ezra dan aku tidak terima ketika Ezra mempunyai pendamping lain.
Aku tidak boleh cemburu maupun egois, aku hanya sebatas sahabatnya.
Jujur saja, ketakutanku saat ini sudah memuncak. Ingat kan aku sudah pernah bilang kalau aku takut sahabatku pergi? Nah, mungkin dia akan benar-benar pergi.
Pipiku basah, tanpa sadar aku menangis. Aku merasa bodoh sekali hari ini, capek, kesal, semua menjadi satu. Belum sempat aku makan, moodku sudah sangat turun. Lekas aku memesan taksi untuk pulang.
Aku berusaha menyemangati diriku sendiri, dan tentu saja aku menyalahkan diriku sendiri, bisa-bisanya menyimpan perasaan kepada sahabatku, yang belum tentu ia mempunyai perasaan yang sama sepertiku.
Kenapa harus aku yang selalu tertimpa kesedihan berkali-kali?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Zra&Feb
Teen Fictionmenurut kalian, apakah bisa laki-laki dan perempuan akan bersahabat selamanya?