Hati Minhee sudah hancur berkeping-keping, tapi hidupnya jangan sampai ikutan hancur. Apalagi kini dirinya tak sendiri. Sehun meninggalkan harta berharga untuknya yang tidak diketahui pria itu. Buah hati.
Minhee kembali ke keluarganya. Wanita itu diberikan kepercayaan untuk memegang perusahaan keluarga di kantor pusat. Namun Minhee menolak, ia ingin ditempatkan di kantor cabang yang berada jauh dari Seoul. Yakni Singapura.
Hanya orang tua Minhee yang tahu jika dirinya hamil. Oleh karena itu mereka tidak mengizinkan Minhee mengurus cabang di tempat yang jauh. Namun dengan dewasa Minhee menjelaskan bahwa dirinya ingin mencoba lingkungan dan kehidupan baru. Sebagai orang tua yang ingin anaknya bahagia, keluarga Minhee pun mengizinkan.
Sayangnya orang tua Minhee tidak sedewasa dan setegar Minhee. Mereka langsung mencabut investasi dan menghentikan kerja sama dengan perusahaan Sehun. Karena orang tua Minhee badalah pemegan saham utama, perusahaan Sehun sempat mencapai colaps. Namun Sehun bisa mengatasi kegoyahan perusahaan hingga kembali ke titik normal, meski tidak sejaya sebelumnya.
Enam tahun di Singapura, Minhee berhasil menata hidupnya dengan baik. Perusahaan keluarga yang ada disana juga berkembang pesat setelah ditangani Minhee, bahkan sampai membuka beberapa anak cabang di negara yang sama. Hidup Minhee terasa lengkap dan bahagia setelah anak manisnya lahir.
Bohong jika ia bisa melewati masa hamil dengan baik. Hati Minhee tersiksa setiap hari karena banyak ngidam yang tidak tertuntaskan.
Memeluk Sehun, mencium Sehun, sarapan bersama Sehun, semua tentang Sehun.
Entah itu keinginan sang anak atau keinginan dirinya. Yang pasti, Sehun selalu ada di pikiran Minhee ketika hamil.
Bersyukurlah setelah melahirkan, bayangan Sehun bagaikan menguap begitu saja. Dirinya sudah tidak memikirkan Sehun lagi.
Dan ternyata sifat tegar dari Minhee menurun kuat pada sang anak, Kim Jasmine. Betapa dewasanya anak yang baru berusia 5 tahun itu ketika ditanya bahkan diejek tentang ayahnya.
"Tentu saja aku punya ayah, bodoh! Kalau tidak, mana mungkin aku bisa ada di perut ibuku!"
"Tak apa aku tak punya ayah, aku punya ibu yang jauh lebih hebat dari ayah kalian! Buktinya ibuku punya perusahaan besar yang cabangnya dimana-mana. Sedangkan ayah kalian? Ayah kalian kan kerja di perusahaan ibuku. Berarti ayah kalian tidak bisa apa-apa jika tidak ada ibuku. Aku tidak salah kan Paman Daniel?"
Pria yang disebut paman Daniel hanya bisa terkekeh mendengar jawaban ajaib dari mulut anak bosnya. Entah dari mana gadis cilik itu mendapatkan kata-kata itu, dirinya apalagi Minhee tidak pernah mengajarkan demikian.
"Jasmine! Memangnya kau bahagia punya keluarga yang tidak lengkap seperti itu?"
"Memangnya kau bahagia punya keluarga yang lengkap seperti itu? Kau pernah main ke Disney Land? Atau apa kau piknik setiap akhir pekan? Atau apa keluargamu yang lengkap itu selalu menceritakan cerita menarik sebelum kau tidur? Tidak kan? Meski kau punya ayah, tapi ayahmu selalu bekerja dan piknikmu tidak pernah lengkap kan? Atau ayahmu ada, tapi ibumu pergi arisan. Lalu apa bedanya denganku? Sekalian saja tidak punya ayah tapi bahagia seperti aku"
Anak yang mengolok-olok Jasmine tercengang karena ucapan Jasmine sepenuhnya benar.
"Kalau mau kalah lagi, besok saja ya. Aku mau pulang. Ibuku sudah memasakan makanan lezat untukku" Jasmine mengibaskan rambut panjangnya kemudian berbalik meninggalkan teman-teman sekelasnya yang tercengang.
Ucapan Jasmine memang tidak terkalahkan.
"Eommaaaa!!!" Jasmine berlari menuju dapur setelah menyimpan sepatunya di rak sepatu.
"Hallo sayang" Minhee merentangkan tangannya menyambut Jasmine ke pelukannya. Wanita itu masih menggunakan setelan kerja dengan celemek abu.
"Bagaimana sekolahmu hm?" Minhee menggendong Jasmine ke ruang makan.
"Menyenangkan seperti biasa"
Minhee mendudukan Jasmine di kursi makan, "Mana Paman Daniel?"
"Kebelet pipis" jawab Jasmine sembari mencomot pasakan Minhee yang terlihat menggiurkan.
Sesibuk apapun, Minhee tidak pernah melewatkan makan bersama sang anak. Jika benar-benar tidak sempat, ia akan membeli makan di luar kemudian memakannya di rumah bersama Jasmine atau membawa Jasmine ke kantor untuk makan disana.
"Eitt, cuci tangan dulu" tahan Minhee.
Jasmine nyengir.
"Paman!!"
Daniel yang baru keluar dari kamar mandi menoleh.
"Cuci tangan" Jasmine mengangkat tangannya meminta gendong.
"Ayo" Daniel mengangkat Jasmine. Tangan kekarnya menerbangkan tubuh Jasmine ke udara hingga anak itu tertawa merasakan jantungnya berdegup kencang.
"Hahahaha sudahh" Jasmine langsung memeluk leher Daniel agar pria itu tidak melemparkannya lagi ke udara.
Minhee tertawa melihat interaksi anak dan asistennya yang begitu dekat.
Dulunya Daniel merupakan anak buah sekaligus bodyguard kepercayaan ayah Minhee, Kim Youngwoon. Ia diutus oleh Youngwoon untuk menjaga dan menemani Minhee selama di Singapura. Daniel ikut dengan Minhee ke Singapura dan sedikit demi sedikit membantu ketika Minhee hamil.
Daniel sangat segan dan kaku pada Minhee, namun berbeda dengan Minhee yang hangat dan ramah pada Daniel. Sehingga mereka dekat bagaikan sahabat. Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada atasan, Daniel sudah menganggap Minhee sebagai adik yang wajib dilindungi. Beserta si cilik Jasmine tentunya.
Mungkin bagi orang lain aneh jika atasan dan bodyguard makan bersama dalam satu meja. Tapi tidak dengan Minhee dan Daniel beserta Jasmine. Mereka makan dalam satu meja setiap hari.
Pernah suatu saat Minhee menyuruh Daniel pergi agar pria itu memiliki kehidupan sendiri. Setiap orang pasti ingin memiliki keluarga, tak terkecuali bodyguard seperti Daniel. Minhee rasa Daniel sudah cukup melindungi dirinya dan Jasmine, sekarang pria itu harus pergi untuk mencari belahan jiwa. Youngwoon pun tidak melarang jika Daniel ingin pergi dan berkeluarga.
Namun Daniel menolak. Ia bilang jodoh akan datang pada waktunya tanpa harus meninggalkan Minhee dan Jasmine. Simple, tapi tidak bisa dibantah oleh siapapun.
"Jasmine mau makan sama apa?" Minhee menyerahkan semangkuk nasi pada Jasmine dan Daniel.
"Semuanya!"
Minhee kaget, "Semua? Wahhh hebat" ia menyisihkan semua lauk pada piring kecil dengan porsi yang cukup untuk Minhee.
"Daniel-sii.."
Daniel menoleh dengan mulut penuh.
"Lusa kita akan ke Korea"
.
.
See youuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Happy
General FictionMembangun bahtera rumah tangga dengan kekasih yang sangat dicintai merupakan impian semua orang. Keluarga yang harmonis, dan juga anak manis. Siapa yang tidak tergiur? Tapi ternyata mendapatkan itu tidaklah mudah, apalagi bagi Minhee. Ratusan kali d...