*Pletak*
Dita memukul kepala Sabrina dengan sendok ketika dia makan dengan cepat seperti orang kesetanan. Dia belum mengerjakan tugas Fisika, makanya terburu buru sekarang. Apalagi waktu isitirahat hanya 20 menit.
Sabrina mengusap kepalanya sambil menatap Dita tajam, lalu dia melanjutkan makan sampai akhirnya makanannya tandas tak tersisa sebutir nasi pun.
Sabrina segera minum dan berlari ke kelas meninggalkan Dita yang hanya bisa geleng geleng melihat tingkah sahabatnya itu.
Tapi Dita merasa beruntung memiliki teman seperti Sabrina. Dia yakin, Sabrina bisa menjadi sahabat terbaik sekaligus pelindung baginya.
Sabrina
Aku baru ingat di jalan tadi pagi kalau ada tugas fisika. Aku tidak bisa mengerjakan saat 2 pelajaran pertama, karena keduanya praktek. Alhasil aku menggunakan sedikit waktu istirahat ini untuk makan, agar otakku tidak terlalu macet untuk mengerjakan tugasnya. (Alibinya sih begitu)
"Hey, Sabrina!" Teriak seseorang.
Aku sungguh mengenal suara ini. Firasatku tidak enak entah mengapa.
Aku berhenti dan menoleh ke asal suara.
Dia menghampiriku dengan gayanya. Ugh dasar tebar pesona. Benar kan? Kalau aku terpesona, berarti dia tebar pesona kan?
"Ada apa Bray?" Tanyaku tergesa-gesa.
"Lo liat Dita?" Tanyanya.
Uh-oh sudah kuduga. Padahal sudah sering aku mengalami ini, tapi tetap saja rasanya menyakitkan.
"Di kantin." Ucapku seraya lari sekencang kencangnya begitu melihat jam tangan.
Huaaaa aku tidak mau disuruh berdiri di depan kelas atau di cap pemalas oleh teman teman dan guru. Tugas ini juga diberi Pak Marvel (guru fisika) saat aku tidak bisa hadir ke sekolah. Kemarin salah satu teman sekelasku sudah memberitahuku, tapi aku kan pelupa. Alhasil aku seperti orang kesetanan begini.
***
"Sabrina, ambil buku tugas teman-temanmu." Ucap Pak Marvel sesaat sebelum aku menyelesaikan tugas tadi. Aku pun menghela napas lega dan berjalan keliling kelas untuk mengambil buku teman-teman.
Ada saja yang belum mengerjakan, dan saat aku ingin mengambilnya dia malah menarik bukunya kembali. Jadilah kami tarik menarik buku tersebut yang sudah jelas sangat menarik perhatian Pak Marvel. Sepertinya aku kena masalah.
"Ada apa itu? Vino, kenapa kamu?" Ucap Pak Marvel dengan logat bataknya.
Vino hanya menunduk dan sesekali memandangku seolah ingin menelanku hidup hidup. Oh tidak, ini mengerikan. Vino adalah salah satu preman sekolah yang akan membuat perhitungan dengan siapapun yang membuatnya marah.
Pak Marvel menghela napas, "Hukuman biasa sudah takkan mempan padamu. Kau ku hukum memberi pelumas pada katrol tiang bendera, dan memasukkan sampah sampah di sekolah ini ke dalam kantung. Silahkan kerjakan!" Ucap Pak Marvel dengan penegasan di akhir kalimat.
Vino memandangku dengan tatapan membunuh dan meninggalkan kelas setelah menginjak kakiku dengan sangat tidak berperasaan.
Aku dalam masalah.
***
Sampai bel pulang sekolah, Vino terus memandangku dengan tatapan membunuhnya yang membuatku tidak dapat berkonsentrasi sama sekali.
Saat aku keluar kelas, dia masih di dalam kelas sambil menatap kepergianku dengan penuh dendam.
Apakah aku salah bila sekarang tenang karena sudah terlepas dari Vino?
![](https://img.wattpad.com/cover/25216575-288-k744331.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Complifeated
Fiksi RemajaApakah kalian setuju jika aku berkata kisah remaja yang paling sulit adalah ketika ia jatuh cinta pada laki-laki yang juga dicintai sahabatnya? Menurut kesimpulanku begitu, karena jika dia adalah sahabat yang paling baik padamu, apakah kau tega memb...