Sabrina
Baru kali ini aku jengkel pada matahari. Bagaimana tidak? Aku baru saja bisa tertidur jam 4 tadi, dan seenaknya saja dia menampakkan diri sampai mataku terpaksa terbuka.
Aku melirik jam di atas nakas. Baru jam 7. Ingin rasanya bergelung dengan selimut lagi, tapi kantukku hilang entah kemana.
Aku melompat dari tempat tidur dan segera membersihkan muka.
Mandi? Nanti saja lah ya, ini kan hari libur ngahahaha.
Setelah membersihkan muka, aku mengambil handphone kesayangan dan memainkan aplikasi favorit di sana. Beberapa socmed juga kubuka. Dan asal kalian tahu, banjir notification segera menyambutku. Pusing melihat handphoneku setiap hari begini. Kasihan.
Lalu ku-cek satu satu hingga semua tanda itu hilang dan kuputuskan untuk bermain games.
10 menit berlalu. Bosan.
Lalu kudengar pintu kamarku diketuk.
"Iyaaa?" Ucapku untuk menjawab ketukan tadi.
Pintu dibuka dan muncullah kepala asisten rumah tanggaku.
"Ada tamu, kak." Katanya.
Jangan heran, memang aku yang menyuruh para asisten rumah tanggaku untuk memanggilku seperti itu, karena aku tidak mau dipanggil dengan embel embel "Non." Serasa seperti anak juragan. Lagipula dari dulu aku selalu ingin menjadi seorang kakak, tapi ya belum kesampaian.
"Siapa?" Tanyaku balik. Jujur saja aku heran, bagaimana tidak? Tidak ada yang pernah bertamu ke rumahku selain Dita. Kalaupun yang datang Dita, pasti dia langsung masuk ke dalam kamarku.
"Laki-laki, Kak. Katanya, kakak harus cepat siap siap dan turun ke bawah."
Siapa sih? Aku memang dekat dengan laki-laki. Tapi tidak ada yang pernah bertamu kesini. Tapi kalau dia berbicara begitu, pasti dia laki-laki terdekat denganku.
"Oke, makasih Mama." Jawabku berterima kasih. Ya, begitulah. Hanya kepala asisten yang kupanggil Mama, selainnya kupanggil Mbak, Tante, Kakak dan Teteh karena memang rata-rata masih muda.
Sesuai dengan permintaan laki-laki misterius itu-halah. Aku segera memakai pakaian yang lebih pantas dan turun.
Satu persatu anak tangga kulewati, dan hampir saja aku terjatuh di anak tangga terakhir begitu melihat sosok yang menungguku.
Aku melihatnya duduk di sofa ruang tamu yang jaraknya lumayan jauh dari tempatku berada. Menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Dan sudah pasti hal itu menyangkut Dita.
Aku berjalan perlahan ke arahnya. Kurasa dia belum menyadari kehadiranku.
Aku pun semakin mendekat. Dan saat jarak antara kami tinggal beberapa meter, tiba-tiba saja dia berdiri, membuatku berjengit kaget.
"Lama banget sih lo! Gue kan udah suruh cepetan!" Omelnya dengan tatapan tajam kearahku.
"Lama gimana sih?! Gue cuma ganti baju kok! Lo kalo bertamu ke rumah orang selalu gitu kali ya? Mending gue gausah turun!" Jawabku sebal dan berjalan ke dapur.
Menyebalkan sekali dia, lebih baik aku tidak menemuinya dan menonton drama di kamar.
Baru beberapa langkah, dia menarik siku kemejaku dan menyeretku paksa keluar rumah. Pernahkah kalian menerima tamu kurang ajar seperti ini? Jika nanti kalian mengalaminya, jangan berlaku sama denganku. Karena saat ini aku malah shock dan pasrah ditarik seperti hewan olehnya.
Tanpa kuduga, dia membuka pintu penumpang dan mendorongku untuk masuk ke dalamnya. Ya, kedalam mobilnya.
Aku melihatnya memutari sisi depan mobil dan pintu pengemudi terbuka, membiarkan orang yang sepertinya berencana menculikku ini untuk duduk didalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Complifeated
Fiksi RemajaApakah kalian setuju jika aku berkata kisah remaja yang paling sulit adalah ketika ia jatuh cinta pada laki-laki yang juga dicintai sahabatnya? Menurut kesimpulanku begitu, karena jika dia adalah sahabat yang paling baik padamu, apakah kau tega memb...