"Jika dari awal aku mengetahui bahwa kamu akan pergi, tidak akan mau aku mencintaimu hingga sedalam ini."
-Takdir Cinta Nadia
🕊️🕊️🕊️
Dari tirai yang putih nan bersih, terlihat seseorang yang tengah membereskan tempat tidurnya. Terlihat ia baru saja bangun dari tidur panjangnya.
Dia Nadia Kirana Ningrum. Gadis cantik yang sholehah dan begitu tegar. Ada harapan tersembunyi pada gadis cantik itu, ia berharap, kelak bisa membahagiakan kedua orang tuanya.
Ibunya Nadia, bernama Ibu Nada Bahira Ningrum. Perempuan yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Ibunya yang selalu menjadi teman, sahabat, yang mampu menaunginya ketika keluh kesahnya mendatang.
Ibunya yang telah mengandung dan melahirkannya dengan perjuangan yang begitu besar. Pengorbanan seorang Ibu tidak akan pernah bisa terbayarkan oleh apapun.
Mau memberikan harta yang begitu banyak pun tidak akan bisa terbayar. Sebutan untuk Ibu, Mama, Umi, Bunda, Mami, Uma. Mau sebutan apa pun, ia adalah pahlawan terbesar. Perjuangannya begitu mengharukan, ada tangis air mata yang selalu menghantui hidup seorang Ibu.
Tak ada yang bisa menggantikan posisi terbesar seorang Ibu, ketika mengandung selama sembilan bulan, beratnya seorang Ibu harus membawa nyawa dalam tubuhnya. Belum lagi ketika ia harus rela mempertaruhkan nyawanya ketika melahirkan sang buah hati.
Adakah yang tega menyakiti hati seorang Ibu? Jika ada maka orang itu layak untuk dikatakan sebagai anak yang durhaka. Tidak tau malu dan tidak tau terimakasih. Banyak dari orang-orang yang terkadang tega menyakiti hati Ibunya. Sungguh miris.
Pernah mendengar cerita dari Nabi Muhammad SAW. Bahwa derajat seorang Ayah lebih rendah daripada derajat seorang Ibu? Ya memang benar. Namun, memang benar jika derajat seorang Ibu lebih tinggi dari pada derajat seorang Ayah. Tetapi perjuangan juga kerja keras seorang Ayah tak dapat disandingkan dengan apapun.
Ayah Nadia, almarhum Pak Nazar Baharudin. Ayahnya yang sudah pergi dijemput oleh sang illahi. Ayahnya yang selalu berjuang keras untuk keluarga kecilnya. Yang selalu kerja keras supaya ketiga anaknya dapat sekolah tinggi.
Nadia tiga bersaudara. Adik pertamanya Naura Aliya Ningrum. Yang masih duduk di bangku kelas dua SMA. Adik keduanya sekaligus adik terakhirnya, Nadin Alina Ningrum. Yang masih duduk di bangku kelas dua SMP.
Ayahnya, telah tiada sejak lima tahun yang lalu, ketika Nadia masih berumur lima belas tahun. Lima tahun sudah berlalu sejak kepergian Ayah tercintanya, yang meninggal akibat penyakit jantungnya.
Sejak Ayahnya meninggal, Ibunya membuka usaha dengan berjualan kue dan bolu. Tidak besar, namun hingga sekarang mampu dijalaninya tanpa meminjam uang kepada siapapun.Ini kisahnya, tentang perjuangan hidup dan cara takdir menyurati hidupnya.
🕊️🕊️🕊️
Nadia sudah membereskan tempat tidurnya. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Ia kembali tertidur, selesai sholat subuh karena rasa kantuk sudah berkobar pada tubuhnya.Semalam ia bergadang, karena tugas kuliahnya yang menumpuk, mengharuskan ia tertidur lagi setelah sholat subuh.
Nadia melangkah ke arah kamar mandi, ia akan membersihkan tubuhnya untuk pergi kuliah. "Ya Allah, maafin Nadia. Nadia tidur lagi setelah sholat subuh. Ini mata nggak bisa diajak kompromi." Ujarnya lalu berjalan menuju kamar mandi dekat dengan tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Nadia [SELESAI]
De TodoTETAP VOMENT MESKIPUN CERITA SUDAH SELESAI!🔥❤️ Pernah merasakan sakitnya ditinggalkan oleh dia yang pernah membuat kenangan? Jika pernah, aku tau rasanya. Sakitnya yang tak bisa dijelaskan, dan juga pedihnya yang tak bisa di ceritakan. Kisah cintak...