16. Nyatain

793 94 7
                                    

Daniel dan Jihyo masih sama - sama diam setelah Daniel mengakan cinta pada Jihyo. Senang? Tentu saja. Tapi ego Jihyo terlalu kuat untuk mengungkapkan kegemberiaan itu. Jihyo bersyukur karena kejadian kemarin, Daniel ngakui kalau dia suka sama Jihyo. Kesal? Tentu. Siapa yang gak kesal jika dilupain gitu aja?

Kini jam menunjukan pukul sembilan lebih tiga puluh menit yang artinya sekarang jamnya siswa siswi untuk beristirahat. Jihyo memiliki akal untuk berteriak lagi untuk meminta bantuan.

Daniel dari arah belakang memegangi tangan Jihyo agar tidak membuat kegaduhan karena sudah memukul - mukul pintu dengan keras.

"Kenapa sih digedor - gedor terus pintunya? Apa susahnya sih disini dulu sama aku?" Tanya Daniel.

Jihyo melepas tangan Daniel secara paksa. "Berdua disini sama kamu? Yang udah ngebuang barang lama dengan yang baru? Itu mau kamu?"

SKAK.

Daniel diam seribu kata. Sekarang ia paham apa yang membuat Jihyo pulang dulu kemarin dan marah - marah padanya saat ini.

"Jadi kamu marah gara - gara itu?" Tanya Daniel.

"Tcih, buat apa aku marah? Emang aku ada hak buat marah sama kamu? Emang aku pacar kamu? Gak kan?" Tanya Jihyo.

Daniel mendekatkan dirinya pada Jihyo, "Yaudah kalau gitu sekarang kita pacaran." Kata Daniel yang membuat Jihyo menatap Daniel.

Dia langsung sadar jika itu hanya bualan yang sudah Daniel buat. "Maaf aku bukan orang yang mudah kamu bohongin. Mendingan kasih aku kunci gudang ini biar aku bisa ikut pelajaran lagi." Pinta Jihyo.

Daniel menggeleng, "Kata siapa aku bohong?" Tanya Daniel.

"Kata aku? Kenapa? Salah?"

Daniel menghela napas panjang. "Yaudah terserah kamu. Mau kamu percaya atau enggak itu juga terserah kamu. Dan yang penting aku udah junur kalo aku suka kamu." Daniel membuka pintu gudang tersebut. "Nanti kalau masuk kelas terus ada yang tanya kamu dari mana jawab aja ada keperluan sama ketua basket untuk persiapan lomba seminggu lagi." Kata Daniel dengan muka datar dan cuek. Daniel kemudian meninggalkan Jihyo digudang.

Jihyo tampak sedang berpikir. 'Kamu tau Daniel? Aku sangat senang waktu kamu bilang itu. Tapi mau gimana lagi? Aku takut kalau waktu aku percaya sama kamu, kamu malah bohong soal itu.' Batin Jihyo.

"Buat apa sih aku mikir gitu? Ji... Ji... kamu itu jangan mudah baper sama omongan tukang kerdus." Setelah mengatakan itu Jihyo langsung lari dan bergegas untuk pergi kekelas.

Benar saja kata Daniel, sesampainya dia dikelas, semua temannya menatap dengan heran tak terkecuali kedua sahabatnya yang juga memberikan Jihyo pertanyaan yang sama yaitu habisa darimana?

Jihyo duduk dibangkunya. "Habis ada urusan sama ketua basket." Jawab Jihyo untuk Nayeon dan Tzuyu.

"Jinjja? Si ketua basket yang kece itu? Yang namanya... namanya... siapa? Aku lupa" tanya Tzuyu.

"Kang Daniel kalau gak salah." Jawab Nayeon yang membuat mata Jihyo terbelalak.

"Nah iya itu Daniel." kata Tzuyu.

Jihyo terkejut pasalnya dia juga tidak tau nama siapa ketua basket disekolah ini. Pantas saja waktu ada kelas yang sedang pelajaran olahraga Daniel selalu ada untuk menonton.

"Ji? Jihyooo?" Panggil Nayeon yang membuat Jihyo sadar akan lamunannya.

"Eh? Ya? Kenapa?" Tanya Jihyo gelagapan.

"Kamu kenapa? Kok ngelamun? Kamu sakit?" Tanya Nayeon cemas.

"Emmm enggak kok. Aku cuma lagi kepikiran sesuatu aja." Jawab Jihyo.

"Ohhh gitu."

"By the way, kamu udah makan belum?" Tanya Tzuyu.

"Belum." Jawab Jihyo.

"Untung tadi aku beli dua roti." Kata Tzuyu sambil memberi roti untuk Jihyo.

Jihyo menerimanya dengan senang. "Wahhh kamu peka banget deh sama aku. Makasih yaaa."

"Iya iya." Kata Tzuyu.

Jihyo pun memakan lahap roti tersebut sampai habis.

Jam pelajaran telah berakhir, semua siswa dipersilahkan untuk pulang. Jihyo, Nayeon, dan Tzuyu sedang berjalan bersama untuk menuju halte. Mereka banyak ngobrol sambil ketawa ketiwi. Mereka terlalu asik sampai gak nyadar kalau mereka menjadi pusat perhatian karena ketawanya. Mereka juga tak peduli. Karena Nayeon pernah bilang "No Laugh No Life".

Acara ketawa mereka, bukan! Acara ketawa Jihyo terhenti ketika ia melihat orang yang tadi pagi bilang mencintainya sekarang sedang bercanda gurau dengan orang yang kemarin menyita perhatian Daniel saat ia dan Daniel sedang berada di mall. Ya! Orang itu Jennie.

Jihyo terus memerhatikan mereka berdua. Sampai akhirnya ia membuang pandangan saat Daniel juga melihat kearahnya.

 Sampai akhirnya ia membuang pandangan saat Daniel juga melihat kearahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap pake sragam)

Jihyo pun bergagas menarik kedua tangan sahabatnya dan mempercepat jalannya. Setelah sampai dihalte, Nayeon dan Tzuyu bertanya bada Jihyo.

"Kamu kenapa sih? Jalan pelan aja bisa kok. Gak bakal ketinggalan juga." Oceh Tzuyu.

"Kalau bisa dipercepat kenapa harus lambat?" Tanya Jihyo yang membuat Nayeon dan Tzuyu geleng kepala.

Mereka pun masuk ke bis saat bis itu sampai dihadapan mereka.







Guysss.
Mau nanya dong.
Ceritanya tuh aku mau ganti judul cerita ini.
Kan sekarang jarang tuh ada chat whatsappnya, jadi mau aku ubah.
Kira - kira kalian punya saran gak untuk judulnya?
Kalo ada saran komen ya^_^
Vote+comment+follow guys.






NB = ada yang tanya sama aku di pesan kenapa judulnya line whatsapp padahal gak ada chat di line nya. Jadi gini loh... aku itu nulis line whatsapp bukan berarti aplikasi semua. Maksud aku itu...
Line = garis
Whatsapp = apk chat.

Jadi maksud judul ini garis - garis chat. Kan waktu aku buat chat ada garsi itu kan? Nah itu dia maksudnya. Udah paham? Sip.








LINE WHATSAPP | DANIEL X JIHYOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang