Bag 3.

1.8K 105 24
                                    

Sudah satu bulan Lesti mendiami Rizki karena kejujuran Rizki waktu itu.Selama itu pula ia merahasiakan kehamilannya dari sang suami.

Ya Lesti saat ini tengah hamil, ia mengetahui kehamilannya sesaat setelah Rizki pergi tugas ke Bandung waktu itu.
"Aku harus terima apapun takdir yang Allah gariskan untukku. Mungkin a iki dijebak waktu itu. Aku ga boleh egois,a iki berhak tau kalau dia akan segera menjadi seorang ayah. Anak ini juga berhak mendapat kasih sayang dari ayahnya." Ucap Lesti menatap  Rizki yang kini terlihat kurus.

"Bismillah, apapun yang terjadi a iki suami aku, dia mungkin salah, tapi aku tidak tahu kejadian sebenarnya, a iki pun tak tau apa yang terjadi,dan aku harus buktiin kalo cinta aku bisa mengalahkan kegilaan Salsha." Ucap Lesti lagi dengan air mata yang kini telah membasahi pipi mulusnya.

"A iki, bangun yuk. " Ucap Lesti mengusap pipi Rizki yang kini terlihat tirus.

"Emm.. " Jawab Rizki hanya menggumam tanpa enggan membuka mata.

"A' hayuk bangun, ini udah siang, Aa' nggak ke kantor? " Tanya Lesti lembut.

"Ke kantor. " Jawab Rizki enggan membuka mata.

Seperdetik kemudian ia baru sadar. Lestilah yang membangunkannya.
"Suara ini, suara lembut ini, suara ini yang aku rindukan selama satu bulan terakhir. " Batin Rizki tak percaya.

"Le.. Lesti. " Ucap Rizki pelan tak percaya.

Dilihatnya wanita yang ia rindukan itu tersenyum kearahnya, senyum yang menjadi candu, senyum yang selalu ia rindu.
"Bangun yuk, udah siang, Aa' emang ga kerja? " Tanya Lesti tersenyum.

"A.. Aku ga mimpikan, kalo cuma mimpi, aku harap aku ga bangun lagi. "Ucap Rizki yang kini duduk ditepi ranjang dengan ekspresi tak percaya.

" Aa' nggak mimpi, ini beneran aku, istri Aa'. "Jawab Lesti tersenyum. memegang pipi Rizki yang kini tak berisi lagi.

" Sayang. "Ucap Rizki langsung memeluk erat Lesti.

" Maafin aku.. Tolong maafin aku. "Ucap Rizki dengan air mata yang telah mengalir.

" Aku yang harusnya minta maaf. "Jawab Lesti menangis masih dalam pelukan Rizki.

" Maafin aku karena mungkin aku egois, maafin aku karena aku mendiami kamu selama satu bulan ini. "Sambungnya.

" Hei.. Ka.. Kamu ga salah, aku yang salah disini, karena telah menghancurkan kepercayaan yang kamu beri.. Ma.. Maafin aku yah. "Ucap Rizki menangkup pipi Lesti.

" Aku mohon setelah ini jangan tinggalin aku, a.. Aku ga berarti tanpa kamu, aku janji, aku akan lakuin apapun yang kamu minta buat nebus kesalahan aku, tapi aku mohon jangan pergi lagi, jangan seperti ini lagi, kamu separuh nyawaku, disaat kamu mendiami ku, disaat itu juga separuh aku hilang bersamamu. "Sambung Rizki menagis dengan masih menangkup pipi Lesti yang makin berisi.

Lesti mengangguk sebagai jawaban atas permintaan Rizki.
" Bismillah, apapun yang terjadi, apapun cobaannya, kita akan hadapi bersama. "Jawab Lesti tersenyum disertai air mata.

Rizki lega cintanya kini telah kembali, diciumnya seluruh permukaan wajah Lesti.
" Terimakasih, terimakasih karena masih bersamaku. "Ucap Rizki pelan memeluk Lesti.

" Kamu tau rasanya aku ingin mati saja saat orang yang aku cintai ini kecewa karena ku, aku ingin mati saat melihat air matamu, rasanya aku menjadi mayat hidup saat kamu mendiami ku. "Ucap Rizki menjelaskan keadaannya pada Lesti.

Ketika Cinta Harus DibagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang