Setahun berlalu begitu cepat..
Semenjak Zara berpisah dengan Galas, berakhir sudah komunikasi diantara mereka. Tak ada yang saling memberi kabar. Ditambah lagi Zara yang mengganti nomor handphonenya.Kini, Zara telah resmi menjadi mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Jogja. Entah mengapa, dia memilih kota Jogja untuk tempat melanjutkan kuliahnya. Banyak pertimbangan ketika harus memutuskan untuk kuliah di Jogja. Orangtuanya seperti tidak tega melepas anak semata wayangnya tinggal sendirian di kota orang.
Zara baik-baik saja. Di awal tahun menjadi mahasiswi, dia sudah memiliki banyak teman. Zara benar-benar bisa menjaga dirinya sendiri.
"Zara, ada waktu enggak nanti?" Tanya seorang lelaki setahun lebih tua darinya.
"Eh mas Hendy, umm.. nanti kapan mas?" Zara memastikan."Nanti jam 4 sore. Rencana mau ngajak kamu jalan-jalan" Hendy menatap Zara dengan harapan. Semua teman kelasnya tau bahwa kakak tingkatnya itu menyimpan rasa untuk Zara. Bagaimana tidak, setiap ada waktu Hendy selalu datang menemui Zara sekedar memberi beberapa camilan yang ia beli dari kantin.
Zara dengan sifat dan sikapnya yang manis itu selalu berhasil memikat hati lelaki yang kenal dengannya.
"Aduh, jam 4 ya mas? Nanti aku kabarin mas Hendy lagi aja deh. Soalnya diajak Dina nemenin shopping juga tapi, dia belum ngomong jam berapa." Jelas Zara.
"Oke enggak apa. Nanti kabarin aja ya Za."
"Siap."Beberapa langkah pergi dari tempatnya, sepasang kaki berjalan di samping Zara. Fahmi, teman SMP Zara yang kini menjadi teman dekatnya di kampus.
"Diajak kemana lagi, Za?" Fahmi to the point.
"Jalan. Enggak tau kemana." Jawab Zara.
"Terus lo setuju?"
"Fifthty fifthy sih Mi.""Jalan sama gue aja Za. Main ke rumah oma gue. Nanti gue siapin makanan yang enak buat lo. Free"
"Tergiur gue. Lama banget enggak ketemu oma. Sehat kan oma?"
"Sehat. Dia tambah cerewet sekarang.""Terakhir yang gue inget, oma marahin lo di depan ruang bp karna lo bolos kelas fisika." Zara tertawa mengingat itu.
"Parah. Gue belum belajar taktik bolos biar enggak ketahuan guru waktu itu. Sial banget deh."
Mereka berdua tenggelam bersama dengan memori masa SMP yang masih bisa dibilang polos.....
"Za. Sorry, nunggu lama ya?" Sosok Hendy terengah-engah di depan Zara yang sedang duduk menunggunya.
"Enggak apa, mas. Macet ya?"
"Iya, padahal aku bawa motor, harusnya kan cepet sampainya." "Yaudah yuk jalan." Ajak Hendy.Mereka berdua berjalan dengan Hendy yang tak jarang mengambil beberapa foto dengan kameranya.
"Zara bisa photography juga?" Tanya Hendy tiba-tiba.
Zara mengangguk. "Iya. Dulu waktu SMA sering banget bantuin panitia sie. Dokumentasi"
"Kamu itu udah aktivis dari SMA ya. Keren!""Zara, coba deh berdiri di sana, aku fotoin." Pinta Hendy. Zara berdiri mengikuti permintaan Hendy. Pose Zara cukup manis, tak ada pose 'peace' di jemarinya. Ia hanya berdiri dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"Cantik" ucap Hendy melihat hasil jepretannya.
"Aizara.." ucap seseorang. Zara menoleh, mencari suara itu. Beberapa langkah tak jauh dari tempat dirinya berdiri, ia menemukan Leo, kakak kelasnya dulu.
"Bang Leo" ucap Zara lirih. Seketika ia sosok Galas tergambar jelas di benaknya.
"Mas, bentar ya." Pamit Zara pada Hendy.Leo tidak sendirian, ia sedang bersama dengan teman-teman yang tidak Zara kenal. Mereka berdua menjauh dari kerumunan teman Leo dan saling berbincang. Hendy sangat penasaran dengan percakapan mereka bedua sebab mereka terlihat serius. Alhasil Hendy menyibukkan dirinya dengan kamera yang ia pegang, menghilangkan kebosanan yang melanda akibat menunggu Zara yang tak lekas selesai berbincang dengan Leo.
15 menit kemudian, Zara kembali menghampiri Hendy dengan perasaan yang tidak baik. Melihat raut wajah Zara yang memikirkan sesuatu, Hendy mengajaknya makan. Namun, Zara kali ini menolak. Ia meminta maaf pada Hendy karna ia merasa tidak enak badan dan harus segera pulang. Mau tak mau, mereka berpisah di sana.
.....
Malam itu pukul 8, Zara menutup bukunya menghentikan niatnya untuk belajar. Percakapan dengan Leo membuatnya bertanya-tanya tentang keberadaan Galas."Gue denger, Galas kuliah di Australi." Leo yang mengucapkan itu membekas di pikirannya.
"Apa peduli lo? Semenjak lo ninggalin Galas, Galas bukan lagi temen yang gue kenal. Dia mutusin untuk kuliah di luar negeri juga enggak ngabarin gue." "Seakan akan Galas beneran ingin menghilang dari kehidupan" tambah Leo saat itu.
"Tapi.. lo ngapain di jogja? Nyariin Galas?"
Zara memejamkan mata, dadanya terasa sesak. Ia menangis kala memikirkan tujuannya ke Jogja. Kuliah? Ataukah menunggu takdir mempertemukannya dengan Galas?
Akun instagram Galas tak pernah lagi mengupload foto. Namun, semua foto-fotonya dengan Galas masih ada di akun ig Galas.
....
Zara keluar dari perpustakaan usai mengerjakan tugas sendirian. Ia tak menyangka jika di depan perpustakaan, Hendy berdiri menatapnya. Sebuah kebetulan? Mungkin, pikir Zara.
"Hai Za." Sapa Hendy yang menyamai langkah Zara.
"Hai mas. Ngapain di sini?"
"Oh umm.. aku tadi habis dari kantor jurusan, terus enggak sengaja kamu keluar dari perpus, ketemu deh." Jelas Hendy dengan cengirannya."Mas Hendy enggak ada kelas?"
"Kebetulan kosong. Terus pada pulang"
"Wahh enak banget dong."
"Ya gitu.. by the way, makan siang bareng yuk. Aku yang traktir."
"Asikk! Suka nih tawaran yang kayak begini." Jawab Zara membuat Hendy ikut tersenyum melihatnya.Zara membalas chatt dari Fahmi sembari menunggu makanan mereka datang. Sedangkan Hendy hanya diam dan melamun.
"Mas Hendy" panggil Zara. Hendy tersadar dan bertatap dengan Zara.
"Malah bengong." Ujar Zara.
"Habisnya ditinggal main hp sih."
"Udah kok hpnya.""Za.. boleh nanya enggak?" Tanya Hendy hati-hati.
"Nanya apa?"
"Kamu.. ada hubungan apa sama cowo kemarin sore?"
Zara terdiam, ia kembali teringat percakapan yang memojokinya.
"Maaf Za. Enggak usah dijawab, mulutku suka lancang kalau ngomong nih." Lanjut Hendy ketika melihat raut wajah Zara berubah.
Zara tersenyum."Permisi, pesanannya." Ucap pelayan yang telah berdiri di samping meja dengan makanan yang ia bawa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until I Meet You.. Again
General FictionKamu melangkah ke selatan, aku melangkah ke timur. Namun bagaimana jika tanpa disadari, keputusan yang kita ambil ternyata mempertemukan kita?