Zara kembali ke kelasnya usai dari toilet. Kelas pagi menjelang siang ini membuatnya mengantuk, entah karena ia yang tidak bisa fokus atau karena materinya. Diliriknya teman sekelasnya. Beberapa masih fokus mendengarkan dosen yang menjelaskan dengan metode ceramah, banyak juga yang fokus dengan layar handphone mereka. Ia menundukkan kepalanya, mencoret-coret kertas yang ada di depannya.
"Aizara" panggil dosen tersebut.
"Saya, pak" Zara tersadarkan ketika namanya dipanggil.
"Nanti usai kelas, temui saya di kantor ya"
"Eh? Baik pak"Bingung tentu saja. Ada apa?
"Kenapa Za?" Tanya Dina berbisik di sampingnya.
"Enggak tau, tumben banget"..
"Za, mau kemana?" Panggil Fahmi berlari ke arah Zara.
"Ke kantor jurusan"
"Ngapain lagi?"
"Enggak tau juga gue"
"Mau gue temenin?"
"Tungguin di luar kantor jurusan aja, ok?"Zara sedikit membungkukkan badannya ketika melewati dosen yang tengah berbincang dengan dosen lainnya. Senyum ramah juga sopan santun ia jaga.
"Sini, duduk Zara" pinta dosen itu, Pak Dodit panggilannya.
"Terima kasih, Pak."
"Jadi begini Za, selama bapak mengajar, beberapa kali saya menggunakan metode ajar dengan permainan. Nah, saya minta tolong untuk menjadi relawan bapak. Kamu hanya perlu menjelaskan bagaimana selama proses belajar itu, semacam testimoni seperti itu. Jelas kan?"
"Wah, dengan senang hati pak. Tapi ngomong-ngomong apakah hanya saya pak?"
"Tentu tidak, nanti saya minta tolong kamu untuk mengajak 2 teman kamu lagi. Yang mau saja."
"Siap pak. Nanti saya beritau teman sekelas. Itu tulis tangan atau bagaimana pak, testimoninya?"
"Divideo. Nanti akan ada kru yang datang untuk mengambil video kalian.""Wah.. kok saya deg deg an gini ya pak" canda Zara dengan tawa lirihnya.
"Enggak usah gugup. Masih ada waktu satu minggu untuk persiapan menyusun kalimat untuk testimoni kemudian take video"
"Untuk pakaiannya formal, pak?"
"Pakaian bebas sopan saja"
"Baik pak. Nanti saya dibantu mengoreksi kalimat testimoninya ya pak, biar bagus ehe.."
"Iya, terserah kamu saja. Yasudah, begitu ya Zara. Tolong kabari saya siapa saja yang mau jadi relawan testimoni."
"Siap pak, terima kasih, pak. Saya permisi"Fahmi duduk di kursi yang berderet di depan kantor jurusan. Ia memegang ponselnya tanpa mengetahui Zara berjalan ke arahnya.
"Udah, yok makan!" Ajak Zara berjalan terlebih dahulu. Fahmi menyamakan langkah hingga berjalan di sebelahnya.
"Disuruh ngapain lo?"
"Relawan testimoni metode ajarnya pak Dodit"
"Oh.. Makan ke rumah Omma yuk?" Ajak Fahmi
"Hah? Cukup enggak waktunya? Lo enggak ada kelas lagi habis ini?"
"Lo kosong habis ini?"
"Iya, nanti jam 2 ada lagi"
"Ah udah cukup banget. Masih ada waktu 3 jam. Dari kampus ke rumah Omma butuh waktu 15 menit doang. Yuk!"
"Ayoklahh!"
...
"Sibuk banget sih, ditaro napa hp nya" Fahmi yang menyetir mobil kesal melihat Zara yang sibuk dengan hp nya hingga dia hanya diam seperti sopir.
"Lagi ngechat grup kelas, ngabarin itu tadi. Bentar yaaa" goda Zara.Fahmi menyalakan musik dan memutarnya sedikit kencang.
"Ada apa lo? Ada masalah? Udah selesai ini hpnya. Cerita sini sama gue" ujar Zara dengan suara yang ia buat-buat.
Setelah musik mati. Fahmi melirinya singkat.
"Kenapa? Ada apa?" Tanya Zara melembut.
"Kemarin gue ketemu mantan Zaa!Dia sama cowo barunya gandengan tangan coba. Astagaa, pengen kabur tapi udah ketauan duluan."
"Ica itu?"
"Iyaa" Fahmi dengan raut mukanya yang berlipat-lipat membuat matanya kian sipit.
"Terus gimana?
"Yaudah cuman basa basi aja nanyain kabar terus pisah deh. Mana dikenalin lagi sama cowonya. Ambyarr hati gue Zaa"
"Wahh.. keren juga Ica."
"Apasih Za. Kepikiran gue, mana gue masih jomblo"
"Emang udah siap pacaran lagi?
"Belom.."
Zara menghela nafas dengan mimik wajah yang datar.
"Yaudah enggak papa"...
"Ommmaaa~" panggil Fahmi dengan suara yang bernada.
"Sudah pulang?" Teriak Omma dari dalam, belum keluar dari ruangannya.
"Omma! Aizara datang" Ucap Zara meletakkan tasnya di sofa.
Tak lama kemudian, Omma keluar dengan wajah penasarannya.
"Ya ampunnn, calon cucu ommaa ke rumahh. Kamu makin cantik aja sayang" peluk Omma membelai rambut panjang Zara.
Fahmi tertawa mendengarnya, "calon cucu omma?" Ulangnya.
"Lama enggak ketemu Omma.. maaf Zara enggak pernah main ke sini"
"Enggak papa, sayang"
"Omma, Zara laper" ujar Fahmi yang kemudian Zara melempar death glare pada Fahmi.
"Tepat sekali. Omma udah selesai masak siang ini. Ayo makan"
"Ehe, maaf omma.. sekalinya main malah minta makan" ucap Zara merasa bersalah.
"Aigoo.. omma seneng kamu kesini. Tiap hari makan di sini aja. Menginap juga boleh. Nanti pakai kamar Thea karna ia masih kuliah di luar negeri."
"Wah.. kak Thea lama-lama betah di sana omma" goda Zara.
"Iya, bahkan sekarang tubuhnya tidak sekurus dulu. Sepertinya lingkungan di sana sehat"
"Wah, Zara juga pengen nyusul kak Thea"
"Mau ngapain?" Fahmi masuk pembicaraan.
"Mau kencan, siapa tau dikenalin sama temen-temennya"
"Bitch!" Gumam Fahmi yang masih dapat di dengar oleh Zara.
"Awas ya lo!" Mata Zara melotot dengan gerakan bibir tanpa suara.
"Ayo makan dulu. Berantemnya ditahan" ucap Omma menginterupsi.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until I Meet You.. Again
General FictionKamu melangkah ke selatan, aku melangkah ke timur. Namun bagaimana jika tanpa disadari, keputusan yang kita ambil ternyata mempertemukan kita?