0.5 Milik siapa?

45 4 0
                                    

3 hari berlalu setelah sahabat Zara berkunjung di Jogja. Zara melepaskan kemeja yang ia kenakan dan melempar tepat di keranjang pakaian kotor. Ia merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu. Menatap langit-langit kamar yang tak berubah.

Ada rasa sesak dalam dadanya sejak kemarin, bawaannya ingin menangis saja. Semenyedihkan itu aku merindu. Andai saja saat itu aku tidak cepat memutuskan Galas dan percaya padanya. Andai saja aku tidak dipenuhi rasa takut kehilangan dia. Pikir Zara dengan matanya yang terpejam. Namun, apa yang akan Zara lakukan jika suatu hari nanti ia bertemu dengan Galas? Apakah ia bahagia atau malah sebaliknya..

Zara merogoh saku celananya yang bergetar. Menatap layar handphone yang tertera nomor tak di kenal. Ia membiarkan handphonenya seperti itu. Takut salah berbicara dengan orang asing. Ia bangkit dan mengambil handuk untuk membersihkan badannya.

Seperti hari-hari biasa, Zara selalu mengulang kegiatan yang sama. Pulang kuliah, mandi, istirahat, makan, kemudian mengerjakan tugas. Zara jarang sekali kembali ke kost untuk menunggu jadwal berikutnya, ia lebih suka menghabiskan waktunya di perpustakaan sembari menunggu jam kuliah berikutnya dimulai. Hal ini selalu menarik perhatian teman-teman sekelasnya. Banyak yang iri karna dosen selalu menatap ke arahnya.

"Halo" sapa Zara ketika teleponnya kembali berdering. Nama Hendy muncul di layar.
"Halo, Za. Lagi sibuk enggak?" Tanya Handy.
"Eum.." sejenak Zara melirik laptopnya yang belum ia nyalakan. "Belum mas, kenapa?"
"Aku ada di depan kost kamu. Kamu mau keluar bentar enggak? Makan ke burjo, hehe.."
"Eum.. boleh deh. Bentar ya, aku ganti dulu"

Zara mengganti celana pendeknya dengan celana training dan menggunakan jaket rajut pemberian.. Galas.
Handy dengan motor matic miliknya, mengulurkan helm untuk Zara.
"Kan cuma deket mas.." ucap Zara mengernyitkan dahi saat menerima helm itu.
"Pake aja, demi keselamatan juga" jawab Hendy dengan senyumnya.
Zara mengangguk dan memposisikan dirinya.

"Zara, mau pesen apa?" Tanya Hendy turun dari motonya.
"Aku mie dok dok deh, sama es teh"
"Siap!"

Zara duduk di salah satu meja yang tak begitu dikerubungi lelaki. Ada satu asap yang membuat Zara tidak nyaman oleh karenanya ia menjauh dari meja itu. Hendy berjalan ke arah Zara dan duduk di depan Zara.

"Ngomong-ngomong, kok mas Hendy tau alamat kost aku?" Tanya Zara to the point.
"Mmm itu, aku ngikutin kamu pulang pas kita habis dari Malioboro, maaf ya lancang" jawab Hendy cengengesan.
"Wah, mas Hendy ngeri juga ya.." ujar Zara. Zara menjadi begitu tak nyaman di dekat Hendy, ia waspada pada pria yang terobsesi padanya.

"Kamu uda pernah makan di sini belum Za? Maaf ya bawa kamu makan di sini, pasti kamu kalau makan di resto resto gitu kan?" Duga Hendy
"Enggak papa mas, lagian di sini makanannya juga enak kok"

Selama makan itu, Hendy melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Zara makin tidak nyaman. Apakah begini caranya atau aku yang terlalu emosional? Batin Zara. Zara kembali pulang ke kost diantar oleh Hendy.

"Za, aku mau nanya satu lagi boleh?" Tanya Hendy mematikan mesin motornya dan Zara sudah berdiri di depan gerbang kost.
"Apa mas?"
"Za, aku suka sama kamu, kamu mau enggak jadi pacar aku?"
Zara terdiam sejenak, menyusun kata agar tidak menyakiti perasaan kakak tingkatnya itu.
"Maaf ya, mas."

Hendy tersenyum tipis, menundukkan kepalanya lalu menatap Zara kembali.
"Apakah kamu menyukai orang lain?"
"Aku masih menyukai orang lain, lebih tepatnya mas. Maaf ya.."
"Ah.. belum move on ternyata." "Apakah aku benar-benar tidak ada kesempatan Za? Aku serius sama kamu."
"Maaf mas.." lagi-lagi kata maaf slalu terucap.
"Baiklah, aku menyerah. Semoga lelaki itu segera sadar bahwa ada malaikat cantik yang menjaga perasaan untuknya"
Zara hanya tersenyum.
...

"Ah, belum move on ternyata"
Ucapan Hendy masih terngiang di memorinya..

Aku belum move on.. ternyata sulit sekali menetralkan perasaan untuk seseorang. Berulang kali aku berkata akan move on, itu ternyata hanya sebuah semangat untuk diriku sendiri. Tapi faktanya, hatiku tak ikut bergerak. Bagaimana ya.. aku rasa, aku takkan bisa move on sampai aku mendengar sendiri bahwa Galas sudah mempunyai kekasih baru.
Pikir Zara yang masih terjaga.

Until I Meet You.. AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang