Looking up to the sky, it's rainy day. Feels like the sky crying with me. yes, we crying together.
Huh!
Windy mendengkus kecil, mata nya yang sembab menatap kesal langit mendung yang sedari tadi bergemuruh.
"Kalo kayak gini, aku harus naik mobil ke Bandung nya" gumam Windy sembari melirik sekilas jam di pergelangan tangan nya.
Windy cukup yakin penerbangan nya pasti delay, sedangkan Windy harus secepat nya sampai di Bandung.
"Mbak, jadi ke bandara?" Tanya pak Budi yang sedari tadi menatap penasaran Windy.
Sembari mengetuk pelan jemari nya di dagu akhirnya Windy menggeleng, "Pak Budi kuat nyetir sampe Bandung?" Tanya Windy yang dengan cepat dibalas anggukan oleh pak Budi.
"Kita naik mobil aja ya pak, lewat tol. Saya yakin kalo pesawat pasti delay" tambah Windy yang akhirnya membuat pak Budi memutar setir dan berbalik arah menuju tol.
Perjalanan semakin hening, sudah hampir sepuluh menit mobil Windy memasuki tol dan baik Windy maupun pak Budi belum ada yang berniat memulai percakapan.
"Mbak Windy di Bandung cuma seminggu kan?" Tanya pak Budi yang hanya dibalas anggukan kecil, Windy terlalu fokus melamun menatap jendela mobil. Rintikan hujan semakin membuatnya terhanyut.
Sudah dua hari ini hujan turun beberapa kali di Jakarta. Jika begini rasanya langit seperti ikut menangis bersama Windy yang juga dua hari ini banyak mengurung diri di kamar.
Kenapa? Ya jelas karena Windy masih sering memikirkan Bagas dan akan berakhir menangis. Windy itu cengeng, ia sadar.
"Oh ya mbak, selama tiga hari mbak di Jakarta ini kok saya nggak pernah liat mbak sama mas Bagas ketemu ya? Padahal kan selama mbak di Paris, mas Bagas sering loh ketemu saya. Sekarang kok malah nggak keliatan ya?" Tanya pak Budi yang tak menyadari perubahan raut wajah Windy.
Windy menghela nafas pelan, dua hari ini ia berusaha keras menghilangkan bayang Bagas diingatannya dan kini justru pak Budi kembali membuatnya mengingatkan nya pada lelaki itu.
"Saya sudah putus pak sama Bagas" ucap Windy seketika membuat pak Budi terdiam, merasa canggung dengan nya.
Dan setelah nya, perjalan Windy ke Bandung benar-benar sunyi tanpa percakapan. Selama tiga jam lebih Windy dan pak Budi sama-sama terdiam. Bahkan hujan yang rintik sama sekali tak berhenti mengiringi perjalanan Windy ke Bandung kali ini.
Kemarin pagi, Windy mendapat tawaran dari teman sekolah nya dulu untuk datang ke acara pameran foto milik teman lama nya. Tanpa pikir panjang Windy menyetujui ajakan teman nya, dengan harap ia akan bisa melupakan sejenak rasa sakit nya pasca putus.
"Mbak, ini udah mau maghrib.. Berhenti di pom bensin dulu ya?" Tanya pak Budi pelan yang hanya diangguki Windy.
Sejak dua hari lalu Windy benar-benar suka merenung, ia selalu menatap kosong seolah tengah memikirkan banyak hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedua | wenga
General FictionRASA INI series {1} Son Seungwan x Min Yoongi Ketika untuk sampai di rumah, kita harus melewati jalan yang penuh dengan persimpangan. Akankah kita terhenti? Atau berbelok ke arah yang salah? Nyatanya selalu ada kesempatan kedua bagi kita. [190819...