14 | Restart

474 63 5
                                    

Mengulang tak selamanya berakhir sama, dan aku percaya itu.

Mengulang tak selamanya berakhir sama, dan aku percaya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceklek..

Bagas tersentak saat mendapati Lara duduk di sofa sembari sibuk dengan ponsel nya. "Lara..?" Bagas terbata – bata namun tetap berjalan pelan duduk di sofa sebelah Lara.

Lara, perempuan itu menatap Bagas sebentar sebelum akhirnya kembali fokus pada ponsel. "Ngapain disini Ra? Kamu nunggu aku? Dari tadi? Kok nggak telepon aku?" tanya Bagas bertubi – tubi sembari masih menatap Lara tak percaya, sedangkan Lara yang dipandang hanya diam tak berniat melepas pandangan dari ponsel nya.

"Nggak cukup lama, sekitar dua setengah jam yang lalu aku sampai. Kenapa nggak telepon? Takut ganggu quality time kamu sama kakak kamu yang kemarin, eh tapi bener kan dia kakak kamu?" Lara menjawab semua pertanyaan Bagas dengan pelan namun masih sibuk mengetikkan beberapa pesan di ponsel nya.

"I-..Iya, bener. Mbak Saras emang mbak aku Ra. Terus, kamu ngapain nunggu aku selama itu? Emang ada keperluan mendesak?" tanya Bagas lagi, ia jujur sangat penasaran dengan tujuan kedatangan Lara setelah cukup lama kedua nya saling tak menghubungi. Bagas bingung? Jelas. Kedatangan Lara yang sama sekali tak ia harapkan di siang menjelang sore ini sukses membuatnya bingung.

"Sabtu ini aku bakal pindah Gas. Atasan ku minta aku handle butik nya yang di Surabaya" Bagas tersentak mendengar ucapan Lara.

"Kenapa mendadak Ra? Kamu nggak lagi ngehindarin aku kan?"

Lara tersenyum kecil sembari menggeleng sebagai jawaban Bagas, "Kalo aku menghindar ngapain aku kasih tahu kamu? Aneh deh" ucap Lara sembari masih tersenyum. Ada rasa janggal di hati Bagas, bahkan jawaban Lara masih tak memberi ketenangan pada Bagas.

"Beneran?" ulang Bagas memastikan. "Terus tujuan kamu dateng kesini cuma pamit?" Lara mengangguk namun sesaat kemudian menggeleng.

"Sekalian mau memperjelas dan berdamai dengan semua nya" tambah Lara sembari memasukan ponsel nya kedalam tas dan segera berdiri, membuat Bagas mendadak bingung.

"Maksudnya?"

"Udah waktunya kamu bertanggung jawab Gas. Selesaikan apa yang kamu mulai, kalau toh nyatanya semua jauh dari ekspetasi kamu. Seenggaknya akhiri semua dengan baik bukannya malah menghilang seolah kamu cowok nggak bertanggung jawab"

Bagus! Ucapan Lara semua nya jelas menohok bagi Bagas yang kini memilih diam menunduk. Bagas benar – benar tak sedikitpun menatap Lara yang justru tersenyum kecil melihat nya.

Cih! "Ternyata bener ya kata Windy, kamu pengecut Gas!" Bagas mendadak kaku, mendengar nama gadis kesayangan nya disebut Lara membuat Bagas menatap tak percaya. "Kamu dan Windy-.."

"Iya, tadi aku sama Windy nungguin kamu. Tiga puluh menit lalu Windy pamit. Setelah kita menangis berdua. Kamu tau Gas, kamu alasan aku sama Windy nangis hampir se-jam. Kamu yang katanya Windy pengecut ini yang buat kita nangis selama itu Bagas. Sadar nggak sih sejahat apa kamu ke kita berdua. Sa-..."

"Maaf Ra... Maaf" Lara tersentak saat Bagas sujud dihadapan nya. Bukan ini kemauan Lara maupun Windy, bukan permintaan maaf seperti ini. Jelas sekali ini salah. Bagas tak seharusnya memperlihatkan sisi lemah nya. Lara hanya ingin permintaan maaf gentleman, yang dengan tegas mengakui kesalahan nya, bukan yang dengan air mata berucap maaf. Ia tahu Bagas menyesal, namun ini? Astaga!

"Bangun Gas.. bukan ini yang Windy tunggu dari kamu" Bagas menatap Lara tak percaya. Apa lagi ini? Batin Bagas semakin bingung.

"Windy kesini juga tadi?" Lara hanya mengangguk sembari membantu Bagas berdiri lagi, dengan cepat Bagas menarik Lara untuk duduk kembali di sofa ruangan nya dan membicarakan banyak hal, sungguh Bagas penasaran bagaimana bisa Lara bertemu bahkan bercakap – cakap dengan Windy diruangan nya tadi. "Gimana cerita nya kamu bisa ketemu Windy Ra?.. ceritain semua nya" ucap Bagas lagi.

"Ya nggak gimana – gimana.. Kebetulan aja tadi aku ketemu Windy dibawah, ya udah aku ajak aja dia naik dan nunggu bareng disini"

"Kok bisa?"

"Iya bisa lah. Bayangin aja ada dua orang perempuan yang disakitin cowok yang sama. Pasti tau kan akan secocok apa mereka? Iya secocok itu aku sama Windy Gas. Kita bahkan udah tukeran nomer handphone, saking cocok nya" entah kenapa Lara mendadak ingin sekali menggoda Bagas yang kini semakin merasa tak nyaman mungkin dengan fakta dirinya yang dekat dengan Windy.

"Kalian chattingan?" tanya Bagas lagi, astaga tak sadarkah Bagas bahwa perempuan yang ditanyai nya ini pasti sakit hati dengan sikap Bagas ini.

"Hei, bukan urusan kamu juga Gas aku chat sama Windy atau nggak.." ucap Lara yang kembali berdiri, "udahlah, aku mau balik aja. Yang penting aku udah pamit ya, kamu jangan lupa jaga kesehatan ya Gas. Jangan bandel lagi, berusaha yang keras juga buat dapetin Windy balik, aku sadar kalian masih saling sayang" ucap Lara sembari berjalan keluar ruangan Bagas.

Grep!

Lara mematung sembari tangan nya masih memegang gagang pintu. Bagas memeluknya dari belakang, dapat Lara rasakan pelukan Bagas mulai mengerat, bersamaan dengan ucapan Bagas yang jujur kembali membuat air mata menggenang di pelupuk mata Lara.

"Sekali lagi maafin aku ya Ra. Aku udah brengs*k banget sama cewek sebaik kamu. Maaf banget udah buat kamu jadi serba salah di hubungan ku dan Windy yang berantakan ini. Maaf banget aku udah jadi pengecut yang lari menghilang saat masalah dateng. Maaf banget aku nggak bisa mertahanin kamu kayak apa yang aku bilang diawal hubungan ini. Maaf banget Ra, aku sadar peran Windy sepenting itu di kehidupan aku dan kamu nggak bisa buat aku bener-bener berpaling. Maaf banget Ra, aku tahu aku salah, sangat bersalah... Saking salah nya aku sampe milih buat menghilang dan menggantung hubungan kita cukup lama. Maaf Ra-.."

"Hei, stop Gas. Aku udah nggak ngerasa kamu bersalah kok, aku berusaha buat berpikir positif, mungkin ini emang cara Tuhan buat ngelatih hati aku. Aku sadar, sebesar apa cinta kamu ke Windy dari saat kalian putus dan aku tahu aku bukan segalanya buat kamu. Aku udah belajar dari semua Gas, nggak baik buat aku juga nyimpen rasa sakit ini, mending aku fokus ke kerjaan aku dan lingkungan baru aku nanti. Aku harap kamu juga bisa fokus ke satu orang Gas dan aku tahu itu bukan aku, itu Windy. Kamu harus jadi cowok yang bertanggung jawab Gas, kalau emang kamu nggak mau putus gitu aja sama Windy, kamu harus ngejar dia. Minta maaf se-gentle mungkin dan ajak dia balikan" balas Lara Panjang lebar menyela Bagas. Sesaat kemudian Lara benar – benar keluar ruangan Bagas, berpamitan dengan Naya dan segera pergi.

Tugas nya sudah selesai, ia sudah memperbaiki semua nya. Hubungan dengan Bagas dan dengan Windy. Lara senang? Lega? Tenang? Jelas iya, Lara tak perlu lagi terlibat di hubungan Bagas dan Windy. Sekarang biarlah Lara mencari kebahagiaan nya sendiri tanpa mengusik kedua nya.

 Sekarang biarlah Lara mencari kebahagiaan nya sendiri tanpa mengusik kedua nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.

.
.

Kurang 1 part lagi otw ke RV series ke-2. Kira-kira siapa ya member selanjutnya? Need more comment for next update💙

Kedua | wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang