11 | Menilik Hati

526 89 9
                                    

Menjadi pemaaf itu pilihan, dan kini aku memilih memaafkanmu

Hari ini hari kelima, dan Windy masih memikirkan pertemuan nya dengan Bagas kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini hari kelima, dan Windy masih memikirkan pertemuan nya dengan Bagas kemarin. Windy bingung, sangat. Entah kenapa hatinya mendadak ragu akan semua keputusan yang dulu ia kira adalah jalan terbaik.

Huh!

Windy kembali menidurkan kepala nya di atas meja, pusing kembali menyapa, padahal seharusnya ia tengah bersenang-senang sekarang. hari terakhir di Bandung malah harus dihabiskan dengan galau, Windy tak ingin itu sebenarnya.

"Win, jadi ke Dago?" Tanya Cahyo yang baru kembali dari kamar mandi, kedua nya tengah menyantap sarapan di restoran hotel. Windy menegakkan tubuhnya dan kini bertatapan langsung dengan Cahyo.

Huh!

Windy lagi dan lagi menghela nafas pelan seolah beban nya sangat berat. Oh ayolah, Windy sadar ia tak seharusnya se-galau ini hanya karena putus cinta. Namun bagaimana ya? Bagas lebih dari berarti bagi Windy setahun belakangan ini. Bagas adalah lelaki pertama yang berhasil merebut seluruh atensi nya di awal bertemu, Bagas yang dingin namun memiliki sikap perhatian pada Windy itulah yang semakin membuatnya terjatuh.

dan kini dirinya kembali meragu, sebegitu besarnya dampak luka yang torehkan Bagas namun mengapa Windy masih juga enggan menutup hati nya. Windy salah dan ia tahu memang ini kesalahan nya yang sampai saat ini masih membuka hati dengan segala kemungkinan kembali berdama dengan Bagas.

"Win.." Windy tersentak sesaat setelah Cahyo kembali menyadarkan nya. Cahyo yang sedari tadi duduk dihadapan Windy pun sebenarnya sudah menyadari kejanggalan sikap Windy.

"Aku nggak enak badan Yok.. Kayaknya aku mau istirahat aja deh" ucap Windy yang dengan perlahan memilih beranjak dan sesegera mungkin kembali ke kamar nya di lantai atas hotel. Windy terus berjalan dan seolah tuli dengan semua panggilan yang berulang kali diucap Cahyo.

sesampainya di kamar, Windy langsung menghempaskan tubuh nya dengan kasar ke atas tempat tidur dan menangis sesenggukan. Semua rasa sakit yang ditorehkan Bagas padanya setahun belakangan kembali terasa perih seiring dengan keputusan nya untuk kembali.

"Aku pengen maafin kamu, tapi kenapa sesakit ini Gas... Hiks Hiks.." Windy bergumam dibawah bantal sembari masih menangis dan menendang selimut dengan kaki nya, kesal. Sungguh rasanya semua melebur jadi satu, rasa sakit, kecewa dan keinginan untuk kembali dengan harapan tak akan terulang lagi.

***

"Gas!" Bagas menoleh sesaat setelah namanya dipanggil, ada Saras disebelah kursi kemudi nya. Hari ini Bagas berniat kembali ke Jakarta dan menyelesaikan hal yang memang seharusnya tak ia lakukan dibelakang Windy kala itu.

Bagas menyesal, sungguh. Bagas merasa bersalah pada Windy maupun Lara, dan kini rasa bersalah itu bertambah setelah ia mengingat Lara yang sama sekali tak ia jelaskan apapun. Lara pasti sakit, Bagas yakin itu dan karena itu pula Bagas memutuskan pulang dan memperjelas semua nya.

"Kamu yakin mau balik? masalah Windy belum selesai loh ini" ucap Saras lagi, sebenarnya Saras sendiri tak tahu menahu soal upaya Bagas menemui Windy karena memang Saras tak ada disana saat itu dan ia sendiri baru tiba tadi pagi setelah Bagas menelpon minta ditemani pulang.

"Kalo aku disini terus masalah gak akan selesai kak, mending aku balik dan berusaha jelasin ke Lara, aku juga udah  jahat banget sama dia kak-.."

"Baru sadar kamu jahat? Kamu ini, Astaga! Kakak nggak tahu kenapa kamu bisa sebr*ngsek ini, nyakitin dua perempuan sekaligus" oceh Saras seketika menyela ucapan Bagas, membuat lelaki itu terdiam karena perasaan bersalah kembali merasuki pikiran.

Saras menghembuskan nafas pelan saat menyadari perubahan raut wajah adiknya ini, sebenarnya Saras masih ingin marah, namun ia mana tega melakukan nya saat Bagas sendiri sudah menyesalinya. Karena itulah ia memilih diam sesaat setelah terlebih dulu meminta Bagas segera melajukan mobilnya.

Perjalanan Bandung - Jakarta dirasa cukup singkat jika dibanding rasa gugup yang sedang dialami Bagas. Tujuan pemberhentian pertama Bagas adalah apartemen Lara dan hal itu menjadikan Bagas semakin gugup.

Apakah Lara mau bertemu dengan nya?

Apakah Lara mau memaafkan nya?

Apakah Lara mau mengakhiri baik-baik hubungan kedua nya?

Segala prasangka hadir dan mulai membuat Bagas pening, lagi dan lagi.

"Yakin mau langsung masuk?" ucap Saras pada Bagas yang baru saja selesai memarkirkan mobilnya di basemen apartemen Lara.

Bagas mengangguk namun sesaat kemudian menggeleng keras, entahlah. Bagas mendadak ragu dengan keputusan nya menemui Lara. dan keraguan itu dilihat jelas oleh Saras yang akhirnya bersuara, "Mau ngopi dulu? Biar lebih fresh wajah kamu" ajak Saras yang segera keluar terlebih dulu.

keduanya berjalan beriringan menuju kedai kopi di lantai bawah apartemen Lara. Ya, Bagas yang awalnya beriringan dengan Saras mendadak berhenti guna melihat dengan jelas apa yang ada didepan nya.

"Makasih ya mbak.." ucap seorang lelaki yang kini tengah duduk berdua dengan Lara, ya Lara tengah berada di kedai kopi yang sama dengan bagas sekarang. Lara didepan Bagas. Bukannya, segera mendekat, Bagas justru terdiam dan semakin tertinggal jauh dari Saras yang sudah lebih dulu duduk di salah satu meja.

"Gas!" Panggilan Saras sontak membuat lamunan Bagas hancur, lelaki itu berkedip namun masih menatap Lara yang kini juga tengah menatapnya saking kerasnya suara Saras memanggil. Bahkan lelaki yang duduk bersama Lara ikut menatap nya juga.

"Sorry Luca, aku harus balik. Tolong bilang ke Joella aku masuk besok" ucap Lara yang kemudian segera beranjak dan melewati Bagas tanpa berucap apapun. Lara mendadak buta akan kehadiran Bagas dan itu membuat Bagas segera mengejar nya.

"Ra.." panggil Bagas sembari menarik pergelangan tangan Lara dan membuat kedua nya saling berhadapan.

"Apasih!" pekik kesal Lara yang dengan sigap menyentak genggaman Bagas, membuat Bagas menatap bingung sesaat.

"Ra!" panggil Bagas lagi saat Lara segera berjalan meninggalkan nya.

"Maaf Ra.." ucap Bagas setengah berteriak di kerumunan depan kedai kopi. Bagas mengucapkannya tak hanya sekali, namun beberapa kali sehingga mau tak mau Lara berhenti dan menutup mulut Bagas.

Ma-..Hmph...." ucap Bagas tak jelas. Dengan kesal Lara menarik nya dan segera membawa Bagas ke ujung dekat tangga.

"Kamu nggapain sih?!" Tanya Lara kesal.

"Aku mau minta maaf Ra, aku tahu aku salah. Aku tahu aku udah nyakitin kamu, aku tahu mungkin kamu nggak bisa segampang ini maafin aku. Tapi aku nyesel, aku bener-bener mau minta maaf dan tolong Ra, maafin aku.." ucap Bagas penuh penyesalan dan seketika membuat air mata Lara luruh bersamaan dengan semua perasaan yang beberapa hari ini ditahannya hingga jatuh sakit.

"Maaf Ra..." Ucap Bagas lagi sembari memeluk Lara yang justru menangis tersedu-sedu dalam pelukan nya.

" Ucap Bagas lagi sembari memeluk Lara yang justru menangis tersedu-sedu dalam pelukan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.

.
.

#Repost

Kedua | wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang