Kisaran Peristiwa

110 9 3
                                    

Cuaca dingin di tengah dini hari itu menenggelamkanku dalam barisan selimut tebal dijejeran santri-santri lainnya.
Malam itu adalah salah satu deretan hari terpenting dalam hidupku, usiaku akan genap berada diangka 18. Tepatnya, bulan terindah untuk menantikan waktu berlibur menjadi seorang santri.

Waktu berdetak detik demi detiknya. Menyambung setiap masa menjadi menit, jam, hari, bulan, tahun, hingga berabad-abad lamanya.
Hitungannya semakin cepat, hingga sebuah deringan panjang membuatku terhentak dari penjagaanku di malam panjang di masa itu.

"Teeeettttt... Teeetttt... Teeettttt...".

Waktunya berkemas, memulai aktifitas, menyempulkan sayap-sayap senyum bebas untuk pagi yang akan penuh hias-hias jingga nantinya.

"Kamu, begadang lagi?", teman dekat yang akrab kusapa Kinan itu mengucek kedua matanya yang masih sembab dan merah.

Sesekali uapan kecil tersemburat, sambil menatap wajahku dengan lemah karna kantuknya yang mungkin saja belum terbayar lunas.
Aku menjawabnya dengan anggukan mantap.

"Huuhhh.., ya ampun Bil, mulai kapan sih, kamu jadi kelelawar penjaga malam seperti itu? Aku saja masih butuh rebahan tau", nadanya yang kian redup nan berat terlihat sangat memelas.

Meminta matanya tuk kembali terlelap. Walau mungkin, itu terjadi barang sejenak.
Aku hanya terkekeh melihat tingkah lucunya.

"Ahh.., sudah cukup tidurnya. Cepat bereskan peralatan mandimu! Nanti kamu telat lagi loh. Memangnya, kamu mau desek-desekan di gerbang kecil sambil meratap ke Musyrifah, 'Ayolah Ustadzah, kali iniiiii saja?', dengan wajah rengekan seperti.."

"Syutttt... sttt.., Stop stop. Cepat buruan, Aku udah siap".

"Heh, serius banget bisa sesingkat itu? Tunggu!", ucapku sambil mencoba mengejar langkahnya yang sudah lebih dulu keluar dari ambang pintu kamar kecil, yang dihuni 19 orang itu.

Khusus untuk kamar ini, kami adalah anak organisasi di Pesantren. Sebut saja singkatnya sebagai OP3NH. Lengkapnya, Organisasi Pengurus Pusat Pondok Nurul Hakim. Sudah kurang lebih 1 tahun lamanya kami mengapit jabatan sebagai pengurus asrama. Salah satu organisasi besar di pondok kami yang bernama Nurul Hakim itu adalah dia, OP3NH.

Jika diluar, mungkin tak asing menyebutnya sebagai OSIS Sekolah. Tapi untuk kami, yang tak ada banding adalah OP3NH asrama.

Mengurus adalah amanah terbesar yang kami rekrut selama masa jabatan. Yang kami langsung terima dari Syaikhuna. Panggilan hormat, untuk Pemimpin Pondok kami. Atau, kami juga terkadang menyebutnya 'Abuna'.

Berbagai macam peristiwa terbesar kami rasakan disini. Karna kami adalah pengurus terbesar, amanah terbesar pun segalanya milik kami. Mulai dari menjaga keamanan asrama, kebersihan dan keindahan asrama, ketertiban dan kedisiplinan dalam kegiatan asrama, kenyamanan pengunjung ataupun tamu yang masuk asrama, kegiatan seluruh anggota dan beragam amanah terbesar lainnya.

Tak ada yang tak bahagia, jika semuanya kami terima dengan lapang dada dan bekerja sama. Pun jika sedih datang bertandang, itu mungkin saja karna asap keputusasaan yang terpatri dalam jiwa. Semuanya berawal dari seluruh program asrama. Kami yang ciptakan aturan, kami pula yang berantas pelanggaran. Dalam seluruh investasi, organisasi ini mengajarkan kami bertanggung jawab dalam mengemban segala amanah yang diberikan. Mulai dari bangun hingga anggota terlelap, semua adalah hak dan tanggung jawab semua pengurus asrama.
Sudah menjadi rutinitas tersendiri untuk membangunkan anggota.

Langkahku dan Kinan terhenti disebuah 'hamaam' pribadi milik kami, dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kamar mandi. Yaah, itulah istimewanya menjadi pengurus, meski memiliki suka duka dalam mengemban kepercayaan, para Musyrifah mempercayakan beberapa fasilitas kepada kami. Mulai dari leptop, kamera, uang iuran kepondokan, kamar pribadi, hamaam pribadi, atau beberapa fasilitas pendukung lainnya untuk mempermudah aktifitas kepengurusan kami yang terkait dengan beberapa pendataan lainnya.

Sebuah WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang