Sebuah Mushaf

24 6 3
                                    

Hari ini padat sekali. Semua santriwati sudah dari pagi berangsur-angsur kembali ke asrama. Padat, sesak, panas, dan lelah yang kami rasakan bercampur menjadi satu.

"Nan, kita keluar asrama yuk?", ajakku.

"Ngapain?"

"Yaah, cari celah buat udara bisa masuk kehirup", candaku pada Kinan.

"Ntar kalo diliatin Ustadzah bagaimana?"

"Tumben sekaaali, takut seperti itu?"

"Kan ini hari kedatangan santriwati Bil, pengurus pasti akan dicari-cari laah, buat bantu sana-sini", celotehnya.

"Hmmm, trus gimana dong? Pengen keluar nii", rengekku kearahnya.

"Emm, begini saja deh, tinggal beberapa menit kan bagi tugas nii, untuk rekan pengurus. Nanti Aku minta musyrifah buat tempatkan kita untuk kontrol anggota di luar asrama".

"Cerdaaasss!"

"Eleehh, giliran beginii saja".

"Stttt", Aku berusaha memotong perkataannya.

"Kita sama-sama butuh loh, Aku untung, Kamu juga untung dapat jalan-jalan".

"Aku sih, nggak mau-mau banget laah".

"Iyaaa sudaahh-sudaahh. Aku ngalah. Iya-iya, Aku yang pengen keluar. Udah sana, minta tolong sama Musyrifah", senyumku padanya, dan sedikit mendorongnya keluar menuju salah satu kamar Musyrifah kami.

"Hmmm, asal nyuruh", omelnya dan berjalan menjauh.

Kubiarkan muka asamnya terlihat. Untuk saat ini, yang Aku inginkan hanya satu. Keluar asrama. Hanya beberapa menit menunggu Kinan kembali, membawa kabar bahagia. Dan selanjutnya, kita dapat keluar asrama bersama. Khusus untuk kegiatan-kegiatan besar, kewajiban para pengurus selanjutnya adalah tetap stay terhadap seluruh anggota. Baik yang diluar ataupun di dalam asrama. Terkhusus yaumul ahad, asrama kami memberi keringanan untuk seluruh santriwati agar bisa keluar asrama bersama wali. Jika tidak bersama wali, kami hanya menyediakan satu paket untuk setiap angkatannya. Satu paket itu terdiri dari dua orang. Dan sebagaimana biasa, dua orang inilah yang bertugas menerima titipan belanja dari teman-teman angkatannya. Dan durasi waktu yang diberikan, biasanya hanya 45 menit saja.

Yaah, Aku tau itu hal yang sangat mengekang. Tapi jika tidak ditekankan? Bagaimana disiplin dapat ditegakkan?

Satu hal yang tetap menarik walau diberikan banyak titipan. Terpenting bisa keluar menikmati suasana baru. Tak pengap di dalam asrama yang dipenuhi berbagai aturan. Aku juga dulu demikian. Tapi, lebih nyaman jika bersama wali. Nggak ada titipan dan nyaman juga kemana-mana saja pergi nya. Nggak ada perdebatan, sama teman yang berbarengan keluar.

Suasana desa di sekitar asrama kami begitu ramai di senja itu. Maklumi saja, hari-hari berkunjung juga begitu kok. Apalagi, ini kan hari kedatangan, bukan main ramai dan panasnya yang menyegat dan padat.

"Kita mau kemana sih Bil?", tanya Kinan disela-sela sore hari yang sedang kami nikmati itu.

"Jalan-jalan, sambil ngontrol anggota".

"Hmmm, kamu nggak belanja nii?"

"Yaa belanja laah. Nanti di asrama mau makan apa? Kan baru datang Nan! Bibi-Bibi Kos mana ada yang sudah masak untuk malam ini", ujarku menjawabnya.

"Ya sudah, kamu traktir yaa?", senyumnya mengkerjap-kerjipkan kedua bola mata hitam pekat yang dimilikinya.

"Eehhh, eehh, enak aaja. Sisa uang ku cuman 200 tau".

"Ya ampun, 200 di bilang cuma-cuma. Bilaa, Bilaa".

"Iyaa, ini kan saku sampai bulan depan", lanjutku kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang