Sebuah Pesan

34 6 0
                                    

Anak gadis itu kini sudah remaja. Usianya pun kini sudah 18 tahun. Dia bukan lagi gadis kecil yang senang bermain dan tertawa. Pikirannya pun tak hanya sebatas senyum saja. Mungkin, bisa dikatakan lebih dari itu semua. Bersekolah disebuah Pesantren membuatnya kini lebih ingin mendekat diri kepada penciptanya. Hari-harinya tak pernah bosan Dia lakukan dengan belajar dan beribadah kepada Tuhannya.

Namun...

Dia, tetaplah Salsabila yang dulu. Tetap masih malu seperti dulu. Tetap sependiam dulu. Hanya saja, kini usianya sudah remaja. Sebuah organisasi di Pesantren diikuti olehnya. Tepatnya, gadis itu terpilih menjadi salah satu bagian darinya. Salah satu organisasi terpopuler diseantero Pesantren yang di diaminya.

Suatu ketika, hatinya kembali dihadiri awan kegelisahan. Itu adalah kedua kalinya gadis itu kembali di dekatkan. Melalui sebuah pesan singkat. Yang menyapa malamnya. Entah hal apa yang membuat hatinya bahagia. Walau pada dasarnya, gadis bernama Bila itu tau, Ia sedang keliru dalam melangkah kan kakinya kala itu. Bibirnya tersenyum. Menatap layar ponsel yang berada di genggaman tangannya.

Peristiwa itu menyapanya. Tepat ketika hari libur Pesantren tiba. Saat dimana seluruh santri diperbolehkan pulang ke rumah mereka masing-masing. Hanya untuk sekedar memadu rindu dengan kerabat dan keluarga. Bener-benar waktu yang sangat dinantikan, jika menjadi seorang santri.

Perpulangan itu membuat hatinya tersenyum hebat. Terlebih, ribuan cerita yang akan Bila sampaikan kepada Ayah dan Mama nya. Serta satu khobar lagi, yang tak pernah bosan Ia kisahkan. Yaa, kali ini Ia terpilih menjadi juara 1 di kelasnya. Suatu kebanggaan tersendiri baginya.

Malam itu adalah malam pertama Bila berkumpul bersama keluarga kecilnya. Tersemat rasa syukurnya kepada Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan karunianya yang diberikan kepadanya. Juga berbagai ucapan selamat, yang diberikan oleh keluarga kecilnya.

Tapi, pesan itu seperti membuatnya tersihir, dan Ia lebih memilih mengurung dirinya seorang, di dalam kamarnya. Sebuah pesan yang begitu singkat. Namun, membuat fikirannya menerawang jauh ke masa lalu. Sudah sekitar enam tahun yang lalu Dia menghilang. Itulah kurang lebihnya.

***

"Assalamualaikum", sebuah pesan singkat menyapa malam hening ku pasca liburan.

Walau tulisan salam itu belum benar seutuhnya, pesan itu sepertinya berhasil membuat segaris senyuman kecil diwajahku. Entah perasaan apapun itu, Aku tak tau. Ada sedikit keraguan yang menghampiri hatiku, saat Aku ingiiin sekali menulis jawaban singkat yang akan disampaikan kepadanya. Namun, sesegera mungkin kutepis, karna suatu rasa tersimpan rapi dihatiku. Dan Aku pun tak tau, sejak kapan rasa itu hadir disana. Yaa, Aku rindu. Rindu dengan surat-suratnya. Rindu dengan semua tingkah konyolnya. Rindu dengan tingkahnya yang terkadang mengintipku dibalik celah jendela kelas. Sangat dulu, ketika usia kita masih ada di masa Sekolah Dasar dulu.

"Wa'alaikumussalaam", dan klik.

Pesanku terkirim. Tidak perlu menunggu waktu yang panjang untuk menunggu balasannya. Karna hanya dalam hitungan kurang dari satu menit saja, balasan itu hadir lagi.

"Ini Salsabila Al-Khumaira kan?"

Iyaah, itulah balasan sekaligus pertanyaan yang kembali disampaikan nya padaku. Aku terkadang bingung pada diriku, ketertarikan apa yang membuat diriku meladeni dirinya. Padahal, ada komunikasi dengan ikhwan pun Aku tak selera. Tapi kali ini, semuanya berbeda. Entah dari mana aku punya prinsip untuk mendakwahi dirinya. Karna menurut penuturan salah satu temanku, yang memiliki rumah berdekatan dengannya,

Sebuah WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang