04 : Si Pendek Viral

339 62 8
                                    

Masa ospek. Masa dimana mahasiswa baru a.k.a maba menjalani masa pengenalan lingkungan kampus dan "dibully" senior mereka.

Masa ini tentunya tidak mungkin dilewatkan oleh enam manusia rantauan yang sedang bersiap-siap dengan totalitas. Oh iya, fyi, mereka tinggal bersama dalam satu rumah besar hasil tabungan mereka sejak kecil hingga SMA. Suka menabung memang, dicontoh ya. Kebiasaan misuhnya jangan.

Omong-omong, mereka udah lumayan fasih berbahasa Indonesia, sedikit-sedikit mulai belajar bahasa Jawa dan misuhnya orang Malang.

Ospek hari pertama berjalan dengan baik. Setidaknya mereka belum mendapat penyiksaan dari para senior yang seakan menatap mereka dengan tatapan lapar akan mem"bully".

Tapi, keenam bocah yang sudah beranjak dewasa ini menjadi trending topic sekampus. Tentunya karena visual dan pertemanan mereka yang tidak ada seorangpun dapat ikut campur. Apalagi setelah mendengar bahwa mereka berasal dari Korea, semua langsung menatap mereka terkagum.

Kecuali para manusia miring yang iri melihat kecantikan dan ketampanan mereka, dan mengatai mereka operasi plastik. Suatu penghinaan, tapi mereka sama sekali tidak peduli. Toh, hidup cuman sekali, mau menghujat atau meninggalkan komentar bagus adalah pilihan mereka sendiri.

Di sisi lain, beberapa gerombolan senior lelaki sedang mengobrol tentang junior-junior mereka. Banyak yang menarik menurut mereka, tentunya untuk dijadikan kecengan.

"Gua paling suka yang rambut pendek sebahu itu, sih." seru seorang dari mereka.

Seorang di hadapannya menepuk tangan sekali, "Setuju gua sama lo, Nath. Yang tadi pakai jaket denim biru muda itu, 'kan?"

"Yass, lucu banget mukanya, gila. Gua gemes sendiri ngeliatinnya." kata Nathan  sambil membayangkan wajah gadis yang mereka bicarakan, "Lu lihat waktu dia kesusahan buka botol minum nggak, Ren?"

Laki-laki bernama Rendra itu mengangguk, "Melted gua, Nath."

"Oalah, yang namanya Airuna itu, tah?" tanya lelaki lain yang langsung kukenalkan dengan nama Devin.

Nathan memandang Devin bingung, "Kok lu tahu namanya? Gua aja baru tahu gara-gara lo kasih tahu."

"Tahu lah, 'kan gua yang absen."

"Devin curang, padahal harusnya gua yang absen maba tadi. Gara-gara gua telat langsung disamber." gerutu laki-laki yang duduk di sebelah Rendra.

Nathan tertawa terbahak, "Lagian lo sih, Yud. Dijadwal jam tujuh kumpul, lu malah masih ngebo." ledeknya membuat Yudha rasanya ingin menghisap ubun-ubun Nathan.

Dan yang sedang dibicarakan melewati mereka, membuat keempat laki-laki yang sedang ngerumpi itu mengarahkan pandangan seluruhnya pada gadis itu. Airuna alias Eunha.

"Wangi vanilla, cuy." gumam Devin membuat ketiga laki-laki lainnya  berebutan ingin mencium harumnya juga.

Tak sengaja mata Nathan menangkap beberapa gerombolan lelaki juga menatap ke satu gadis yang sama, yang tak lain tak bukan adalah Eunha.

Waduh, si gemes banyak yang demen.

Di sisi Eunha, ia sama sekali tak merasa diperhatikan. Karena sejak tadi sibuk merapal pesanan kelima sohib masa kecilnya yang kelewat susah. Masakan Indonesia semua, 'kan susah nyebutinnya.

"Mau pesan apa, neng manis?" tanya ibu penjaga stan yang dihampiri Eunha.

"Nasi uduknya dua, gado-gadonya dua, ba-ba-baksu? Eh, bukan, maksudnya bakso dua, bu." ucap Eunha sedikit malu karena salah menyebut.

Temen, Iya 'Kan? [ slow-up ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang