03.Rencana Buruk

75 12 1
                                    

Dean dan Arga telah sampai di kelasnya sambil meminum minuman kaleng milik mereka masing-masing.

"Yan, Kira-kira si Satrio gimana ya?" tanya Arga sambil menatap Dean.

Dean mengangkat bahu sambil menggelengkan kepalanya pelan. Pertanda bahwa ia tidak tahu.

Arga menghela napas pelan. "Semoga aja dia ga di putusin."

Dean terkekeh pelan dengan ucapan Arga.

"Kok lo ketawa? Gue khawatir si Satrio nanti nasib nya kayak gue Yan," jelas Arga.

Dean menepuk bahu Arga pelan. "Tenang Ga, Tania ga akan mutusin Satrio, mau seberapa malu pun Tania karena Satrio. Tania ga akan pernah mutusin Satrio cuma karena tingkahnya yang somplak. Kalo Tania nerima Satrio jadi pacarnya, otomatis Tania juga udah tau kelakuan si Satrio yang bener-bener somplak." jelas Dean.

Arga mengangguk paham.

*****
"My lovely... My lovely.... "

"My lo—vely tung—gu!" ucap Satrio dengan napas terengah-engah.

Tania terus berlari dan tak menghiraukan panggilan Satrio yang masih sibuk Mengejar di belakangnya. Tania juga tak sadar bahwa kelas nya sudah ia lewati begitu saja.

Satrio terus berlari untuk meraih tangan Tania. Tapi lagi-lagi Tania bisa menghindar dan langkah kakinya berbelok ke arah gudang belakang.

Tania berhenti mendadak. Saat ia sadar ia memilih berbelok ke arah gudang belakang yang jelas-jelas adalah jalanan buntu.

Tania berdecak pelan sambil sesekali mengatur napas nya yang masih terengah-engah.

"Cape ya my love?"

Tania tersentak kaget, saat suara itu terdengar begitu nyaring di telinganya.

Satrio tersenyum, sambil mengulurkan tangan untuk memberikan sebotol air mineral. "Minum dulu, sekalian istirahat. Kalo udah ga cape, nanti kita main polisi-polisian lagi ya."

Siapa yang main polisi-polisian coba? Batin Tania.

Tania meraih botol air mineral itu dan langsung duduk di atas rumput. Tania meneguk air itu sampai habis.

Satrio tersenyum penuh. Tangannya terjulur untuk mengusap-usap kepala Tania. "Tuhkan cape banget ya? Kamu sih pake segala main polisi-polisian"

"Apa si Yo," ucap Tania sambil mendengus sebal.

Tangan Satrio masih setia mengusap-usap kepala Tania. Tania juga nyaman dengan usapan itu.

Satrio bisa melihat Tania yang sekarang sudah mulai lebih tenang.

"Kamu kenapa tadi langsung pergi gitu aja?" tanya Satrio.

Hening.

Tania tak menjawab.

"Malu ya?"cecar nya lagi.

Banget. Batin Tania.

"Kalo diem terus tandanya iya," "kamu malu sama tingkah aku ya?"

Dikit. Batin Tania.

"Emangnya salah ya? Kalo kita ngungkapin rasa sayang kita dengan cara yang sedikit berbeda?"

"Salah ya Tan?" tanya Satrio lagi.

Tania menggeleng pelan. "Engga salah, setiap orang kan punya cara tersendiri buat ngungkapin rasa sayang nya Yo."

Satrio tersenyum puas. "Itu kamu tau, kamu sendiri pasti tau kenapa aku tadi kayak gitu."

Tania terperangah.

Give Me A Chance.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang