16

35 5 0
                                    

aku menyerah pada rindu yang tidak punya suara.


Gelap.

Sunyi.

Sepi.

Itulah hal yang disukainya. Hanya seukir bayangan dirinya dan banyaknya minuman beralkohol yang menjadi temannya di tempat tersebut. Tatapannya tertuju pada foto dua orang yang sedang bersama kala itu. Rasa iri dan benci selalu menyeruak di dalam dirinya. Karena orang itulah yang sudah membuat hidupnya menjadi gelap dan kelam.

Cklekk

"Boss"

Kini pandangannya beralih menatap kedua orang yang sedang berdiri di belakangnya.

"Boss gue bawa orang baru, temen sekolah gue, dia bisa bantu kita untuk menghancurkan target kita boss"

"Cewe? Lo yakin?"

"Lo, sini mendekat" lanjutnya

"Lo yakin dengan keputusan lo?" ucapnya sambil menatap manik mata cewe yang berdiri tepat di depannya.

"Gue yakin"

"Apa yang lo mau?"

"Cowo yang ada di foto itu" tunjuk cewe tersebut pada bingkai foto yang ada di depan dirinya.

"Jika gue suruh lo bunuh orang itu apa lo mau?"

"Membunuhnya?"

"Tidak usah tegang, gue hanya bercanda, lo mau orang itu menjadi milik lo seutuhnya? Gue akan bantu lo"

"Lo diterima, mari bekerja sama" lanjutnya

***


Hujan di hari sabtu terus menerus turun membasahi jalanan. Banyak motor motor yang menepi untuk melindungi dirinya dari air hujan.

Kini gadis itu termenung sendiri di sebuah cafe sambil menikmati segelas milk shake vanila kesukaannya.

Gadis itu sangat menyukai hujan.
Aromanya, suaranya, apapun itu tentang hujan. Hujan yang membuat dirinya tenang. Namun hujan juga yang membawa memori tentang masa lalu itu datang. Dirinya ingin menjadi seperti hujan karena hujan rela jatuh berkali kali tanpa mengeluh sedikitpun, tetapi apa daya dirinya hanya sebatas putri malu yang ketika disentuh langsung menyerah begitu saja.

Shaula menatap kosong kearah segelas milk shake vanila yang berada di depannya. Pikirannya melayang pada kejadian kemarin, saat dimana dirinya dan Sargas mengakhiri hubungan mereka.

Sakit?

Kecewa?

Jangan ditanya. Berani mencintai, berani tersakiti bukan?

Tetapi apakah harus sesakit ini?

Entahlah, yang jelas inilah efek dari mencintai.

Perlahan demi perlahan senyumnya mulai terbit di bibir mungil gadis itu, kejadian demi kejadian yang telah ia dan Sargas lewati. Sargas yang menembak dirinya secara paksa di rumah sakit, perhatian kecil sargas, sikap dinginnya sargas, dan segala hal tentang sargas. Walau terkesan hanya sebentar namun manis di ingatan.

Move on memang gampang. Tetapi menghapus kenangannya yang susah.

"Jangan melamun, lo mau kemasukan jin penunggu yang ada di cafe ini?" lamunannya seketika buyar ketika seseorang duduk di sebelah dirinya sambil tersenyum manis. Sangat manis.

"Kenzo" lirihnya

"Iya ini gue"

"Butuh teman cerita?" lanjutnya

SARGAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang