Mendengar kalimat 'talak' sontak Diandra keluar dari kamar lalu mengamuk dan menampar dua kali Raymond.Plak!!!
Plak!!!
Pipi kanan dan kiri pria tampan berwajah Timur Tengah itu memerah karena tamparan Istrinya yang keras.
"Talak?! Kita lihat apa yang akan kamu lakukan jika kamu berani menceraikan aku!" Diandra keluar rumah lalu masuk ke dalam mobilnya dan melenggang dari halaman rumah yang cukup luas itu.
"Raymond, kamu ini seharusnya bisa kontrol emosi kamu! Kamu kira semudah itu mengucapkan talak kepada Istri kamu? Jaga pernikahanmu ini agar tidak hancur seperti pernikahanmu yang dulu!" Mona memperingati anaknya bahwa tindakannya bisa mengakibatkan hal yang fatal.
"Ya aku emosi banget Ma, aku ini seorang Suami yang seharusnya dilayani oleh Istri!" ucap Raymond duduk di sofa lalu memijit keningnya.
"Sayang, Mama tau kalau kamu kesal dengan dia, begitu juga dengan Mama, tapi bagaimanapun juga hal ini masih bisa diperbaiki," nasehat Mona lalu menyuruh Saskia mengambilkan minum.
Sahyina, Mustafa dan Sari telah sampai di kediaman rumah Danar dan Lina. Mereka menyambut hangat kedatangan mereka bertiga. Setelah menceritakan tujuannya datang kembali ke kota Bandung, Danar dan Lina juga akan ikut berziarah ke makan cucunya itu.
"Keputusanmu itu tepat, anakmu butuh doa dari seorang Ibu yang dicintainya," ucap Lina.
Mereka berlima berkumpul di ruang tamu lalu celetukan Danar membuat Sari kesal.
"Ina? Ayah senang jika kamu berada di dekat pemuda ini," Danar sudah tahu bahwa Mustafa anak dari Jali dan Kinar. Kepala desa di desa Suka Asih dan memiliki beberapa aset harta yang cukup banyak.
Mustafa yang mendengar itu lantas menjadi malu dan tersenyum tipis. Sari mulai kepanasan, namun ia mencoba reda rasa iri itu karena Sahyina adalah sahabatnya.
"Ayah ini apa-apaan si? Mustafa itu teman aku," jawab Sahyina membuat Mustafa kecewa. Pemuda dengan alis tebal, hidung mancung dan mata bulat itu pasalnya mengharapkan lebih dari sekedar teman. Sedangkan Sari berharap bahwa Sahyina menganggap Mustafa hanya sekedar teman agar dirinya bisa menarik simpati.
"Apapun itu, itu pilihanmu, hak kamu untuk membuka hati lagi atau tidak," Danar berkata lalu meneguk teh hangatnya.
"Mari dimakan gorengan dan diminum teh hangatnya," Lina menjamu kedua tamunya.
Diandra pulang ke rumahnya, rumah ia dan Raymond memang tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu sekitar setengah jam saja.
"Kamu ini jadi wanita bodoh sekali! Bukankah kamu sendiri yang bilang saat itu kalau kamu telah mendapatkan seluruh aset kekayaan Raymond?" Eva dengan nada mantap berkata seperti itu, karena ia yakin bahwa Diandra bukan wanita lemah yang hanya pasrah jika dirinya ditalak.
"Aku tau Ma, tapi sepertinya Mas Raymond tidak akan berpengaruh jika seluruh hartanya diambil! Bantu aku untuk membuat Raymond meminta maaf jika perlu buat dia bersujud di kakiku!" Diandra resah karena hampir saja ia terkena talak.
"Kamu itu tidak ada bedanya sama Sahyina, mantan Istri Raymond yang lemah itu!" bentak Eva kecewa.
"Ma! Jangan samakan aku dengan wanita desa itu, itu jelas berbeda!" protes Diandra.
"Lalu kembalilah ke rumah itu dan lakukan rencanamu untuk membuat Raymond mencintai kamu lagi!"
Saskia, wanita dengan rambut ikal yang setiap harinya dikuncir kuda itu tengah asik mengaduk kopi untuk Budi, supir pribadi di rumah ini.
"Kia, sudah jadi belum?" Budi dengan seragam hitamnya masuk ke dalam dapur.
"Sudah A, tenang saja, ini kopi buatan aku sudah jadi,"
"Oiya ngomong-ngomong rumah ini semakin tidak tentram ya setelah ditinggal pergi Bu Sahyina," celoteh pemuda berusia 22 tahun itu.
"Ssst, jangan gosip disini, nanti terdengar pak Raymond sama nenek Mona," ucapnya memperingati sambil menyerahkan secangkir kopi dengan tatakan piring itu kepada teman kerjanya yang sama-sama berasal dari Bogor.
Malam tiba, langit tampak cerah dihiasi oleh sinar bulan sabit dan jejeran bintang-bintang kecil yang tak kalah indah. Hembusan angin segar melengkapi malam yang tampak damai itu, membuat kota Bandung semakin dingin.
Sahyina dan Sari masuk ke dalam kamar dan berbincang-bincang mengenai perasaan hati salah satu dari mereka.
"Entah sebuah kebetulan atau tidak, aku merasa nyaman jika berasa dekat dengan Mustafa, padahal jika ditilik lebih dalam, aku dan dia baru saja kenal, tapi rasanya aku seperti terperangkap oleh dirinya." Sahyina mengungkapkan isi hatinya.
Sari yang mendengar hal itu mencoba untuk ikhlas walaupun jauh di lubuk hatinya, ia sedih karena Sahyina benar-benar mencintai Mustafa.
"Alhamdulillah kalau begitu, sepertinya Mustafa juga menyukai kamu," timpalnya dengan senyuman palsu.
Mustafa dan Danar mengobrol di ruang tamu.
"Mus, Bapak mau tanya tentang kondisi Sahyina selama di desa Suka Asih, apakah dia bisa tenang dan sejenak melupakan masalahnya itu?"
"Alhamdulillah dia cukup tenang disana, walau memang terkadang ia murung akibat mengingat kembali masalahnya itu," jawab singkat Mustafa sambil melahap gorengan pisang.
"Dari dulu saya sudah setuju jika kamu dan Ina menjadi sepasang Suami Istri," terang Danar membuat Mus tersedak saking terkejut nya dan Sahyina yang tidak sengaja keluar kamar mendengar percakapan itu.
Diandra kembali pulang ke rumah, lalu disambut tidak enak oleh Mona.
"Tuan putri telah pulang?" ucap Mona yang tengah duduk santai di sofa sambil membaca majalah.
"Ma, Mama kenapa sih? Ingin hubungan aku dengan Raymond rusak?!"
"Engga, Mama cuma ingin kamu menjadi Istri yang baik, yang tidak menghambur-hamburkan uang," jawab Mona datar.
"Apa Mama lupa ya, seluruh aset kekayaan Mas Raymond itu sudah ada di tangan aku! Nasib kekayaan keluarga ini ada di aku!" Diandra berkata dengan nada ancaman.
Bltak!!
Sebuah majalah internasional melayang dan tepat mengenai kepala Diandra.
Plak!!!
Wanita dengan rambut merah pendek itu menampar menantunya, "Menantu bajingan! Kita lihat nanti, Raymond akan menalakmu!"
"Mertua bangsat!" Diandra hampir saja melayangkan tangan untuk menampar wajah mertuanya itu namun dicegah oleh Raymond.
"Kamu mau cari mati ya?"
Selesai.......
Bercanda deh:v
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Wanita yang Dicemooh(Tamat)
RomanceSahyina digugat cerai oleh Suaminya karena insiden kecelakaan yang menewaskan putra kecil mereka. Dengan rasa sakit hati yang luar biasa, Sahyina menerima dirinya ditalak karena memang hubungan pernikahan mereka sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Sem...