Sore hari, Raymond dan keluarganya berbenah untuk segera pulang ke kota Bandung. Pikiran itu terus berkecamuk di kepala pemuda tinggi tegap yang merasa bahwa ia ingin kembali rujuk dengan Sahyina. Ia tidak mau pulang ke Bandung sebelum mendapatkan kembali mantan Istrinya itu yang sudah menjelma menjadi bidadari setelah cerai dengannya. Sama seperti Diandra, Raymond memiliki sikap yang ambisius dan keras kepala, hingga apa yang ia mau harus ia dapatkan."Semua sudah beres, mari kita pulang," seru Mona membuyarkan lamunan Raymond yang belum masuk ke dalam mobil.
"Ayo Ray, kita masuk ke dalam mobil," ajak Mona membuat Diandra kembali kesal karena sudah menduga bahwa Raymond akan berberat hati meninggalkan pantai di Sukabumi ini, itu semua karena kehadiran Sahyina.
"Rupanya ada yang berat hati meninggalkan pantai ini," celetuk Diandra sambil bertepuk tangan. Raymond segera masuk ke dalam mobil dan membanting pintunya, tanda bahwa ia kesal.
"Raymond, wanita desa itu sudah memiliki kekasih, jangan harap kamu dengan dia bisa kembali rujuk!" ujar Eva membuat Raymond terkejut. Sahyina sudah memiliki kekasih, pikirannya bertambah kacau, atau mertuanya hanya membohongi saja?
Mobil mercedes hitam itu melenggang pergi meninggalkan villa yang bagus dengan menghadap pantai. Gagal sudah Raymond dan keluarganya untuk liburan dengan tenang dan damai di pantai ini.
Ina kemudian menceritakan apa yang terjadi kepada Paman dan Bibinya, itu semua karena ia sudah tidak sanggup menghadapi cobaan yang membuat harga dirinya sebagai wanita sangat rendah.
Rita dan Hadi dibuat marah oleh tingkah laku mantan Suami Ina beserta keluarganya itu."Bibi akan temui mereka semua atas perbuatannya yang semena-mena terhadap kamu nak," ucap Rita pasti. Wanita dengan rambut dikuncir kuda itu sudah gerah dengan konflik keponakannya yang terus disakiti.
"Jangan Bi, ini juga salahku, Raymond kembali menyukai aku karena aku merubah penampilan menjadi lebih cantik," Sahyina memegangi lengan Rita yang sudah berdiri dari kursi.
"Lalu kamu mau mengikhlaskan apa yang mereka lalukan kepada kamu? merendahkan harga diri kamu sebagai wanita," tandasnya.
Sahyina ikut berdiri dari kursinya dan mengajak Bibinya itu untuk kembali duduk, "Bi, aku tidak mau memperpanjang masalah ini, aku memang sangat sakit hati atas perlakuan mereka semua, tapi aku tidak ingin membalasnya," terang Sahyina yang langsung dipuji oleh Hadi.
"Nak, Paman tahu kalau kamu adalah seorang wanita yang baik hati dan lembut, simpan dendammu sebagai pacuan untuk berbuat lebih baik lagi," senyuman terukir di wajah pria berusia 50 tahunan itu.
"Iya Paman, aku sudah sangat merasa bersalah mengambil keputusan untuk melepas hijab, aku tidak bisa memegang prinsipku." tatapannya sayu, Rita segera membelai rambut hitam Sahyina yang indah membuat siapa saja terpesona.
"Nak, bahkan Bibi yang sudah berumur 45 tahun belum bisa memutuskan untuk berhijab, sedangkan kamu masih muda dan bisa memperbaiki diri lagi." Sahyina merasa beruntung bahwa Paman dan Bibinya sangat peduli terhadap dirinya yang sedang rapuh ini.
Sore hari, suasana pantai cukup sepi, semilir angin berhembus dengan kencang. Langit tampak mendung, seperti keadaan hati seorang wanita yang ditinggal anak dan Suaminya. Sahyina berjalan di garis pantai, jejaknya tercetak di pasir putih. Sudah rutinitas setiap hari untuk berenang menikmati matahari terbenam.
Sahyina melepaskan sweater putihnya lalu masuk ke dalam dan berjalan di air menuju permukaan yang lebih dalam. Dirinya berenang dengan sangat lincah, tapi ketika sampai di tengah-tengah, Sahyina mengingat masa lalunya ketika ia, Raymond dan Vigo berenang bersama di pantai. Itu semua membuat Sahyina shock dan panik hingga hampir tenggelam.
"Bertahan!" suara seorang pemuda dari pantai dapat terdengar oleh Sahyina yang sudah sangat panik, rasanya ia tidak bisa melawan ombak laut padahal dirinya handal dalam berenang. Seperti dirinya ingin diselamatkan oleh pemuda yag sudah menyeburkan diri ke dalam air untuk menolongnya.
Sosok pemuda itu menarik Sahyina dan membawanya ke tepi pantai. Sahyina tidak pingsan namun terbatuk karena menelan banyak air.
"Syukurlah kamu masih sadar," ucap pemuda itu yang basah kuyup lalu mengibas rambutnya.
"Makasih ya," ucapnya yang masih belum fokus, keadaan mereka berdua sekarang tengah duduk di pantai.
"Lain kali kalau tidak bisa berenang jangan mencoba ke tempat yang dalam," Mus memperingatinya lalu menatap kagum ketika wanita itu tersenyum tipis.
"Aku sebenarnya bisa berenang, hanya saja saat di tengah-tengah aku memikirkan sesuatu hingga tidak bisa fokus dan malah panik," ungkap Sahyina. Lalu segera ditimpali oleh Mus.
"Oh begitu ya, aku juga dulu pernah seperti itu, memikirkan sesuatu yang menyedihkan," sahutnya seperti bisa menebak isi pikiran Sahyina.
Sahyina mengulurkan tangannya, "perkenalkan aku Sahyina, dan sekali lagi terimakasih karena telah menyelamatkan aku, jasamu tidak akan kulupakan," Mus dengan gugup menerima jabatan perkenalan itu.
"Aku Mustafa, panggil saja Mus, aku tidak sengaja lewat kesini dan melihat kamu hampir tenggelam," senyum tipis ia coba ukir di wajah tampannya.
"Aku pergi dulu ya, kamu mau disini atau ikut pulang bersamaku?" tanya Ina berdiri.
"Aku ingin disini dulu, kamu duluan saja," ucapnya lalu be bahagia di dalam hati.
"Akhirnya aku bisa dipertemukan dengan dia,"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Wanita yang Dicemooh(Tamat)
RomanceSahyina digugat cerai oleh Suaminya karena insiden kecelakaan yang menewaskan putra kecil mereka. Dengan rasa sakit hati yang luar biasa, Sahyina menerima dirinya ditalak karena memang hubungan pernikahan mereka sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Sem...