00. Bukan awal

159 42 23
                                    

Mungkin ini adalah hasil dari usahaku yang selalu memperjuangkanmu meski kamu tak pernah mau melirikku.

🎵🎵🎵

Awal aku melihatnya, kupikir dia itu cowok humoris dengan sejuta senyuman manis dan tatapan mata yang seperti magis. Tapi ternyata itu hanya pikiranku saja. Karena kenyataanya dia hanyalah cowok paling tidak peka yang pernah ada di dunia. Ingin rasanya aku mengumpat diwajahnya, tapi kucoba meredam amarahku karena saat ini dia, kekasihku.

Kekasihku. Ya ampun! rasanya aku ingin terbang melayang dia antara bintang-bintang saat mengucapkan kata itu. Dia memang tidak humoris, tidak manis dan emm dia juga tidak romantis, tapi bagiku dia itu sempurna dan aku menyukainya ehehe.

Aku terus tersenyum mengabaikan tatapan orang-orang yang mungkin menganggapku gila. Namun senyumku menghilang saat mataku menatap dua orang yang tengah duduk dipelaminan itu. Ih dasar! Sok manis emang itu cewek! Untung ya dia lebih milih aku dan ninggalin cewek genit itu. Jadi, meski datang ke acara pernikahan cewek itu aku tetap berusaha bersikap tenang.

Marah nggak sih kalo udah dandan rapi-rapi terus pakai baju couple dipikir mau diajak nge-date atau minimal jalan-jalan kek, tapi ternyata malah diajak ke acara nikahan mantan. Mantannya dia, emmmm sebenernya nggak bisa dibilang mantan sih lebih tepatnya cewek yang dua jam tadi telah melaksanakan akad nikahnya itu dulunya pernah menyukai kekasihku. Jadi wajar kan ya kalo aku marah diajak kesini?

Ingatanku tiba-tiba kembali pada masa-masa SMA saat cewek itu dengan gencarnya mencoba mendekati kekasihku. Ih ngeselin tau nggak sih! Padal ya cantikan cewek itu kemana-mana hiks.

"Yang?"

Panggilan itu, aku sangat mengenalinya. Meski sudah sering mendengar suaranya, entah kenapa aku masih ingin tertawa saat mendengarnya. Suaranya itu emm unik juga lucu. Andai dia pandai bernyanyi, tapi sayangnya dia hanya pintar dalam dance dan memainkan gitarnya.

"Apa!" Jawabku sedikit ketus, mungkin. Dapat kulihat dengan jelas keningnya sedikit berkerut, mungkin dia heran kenapa moodku tiba-tiba berubah.

"Kamu kenapa?" Tanyanya sambil menyodorkan segelas minuman dingin kepadaku dan aku menerimanya dengan enggan. Aku ingat tadi dia meminta ijin untuk mengambil minuman di stand depan.

"Inget masa SMA," jawabku to the point, jujur aku memang lebih suka mengungkapkan langsung daripada sok-sok an ngambek gak jelas.

"Kenapa nggak diceritain langsung aja? Siapa tau aku bisa lihat ceritanya dari versi kamu," jawabnya enteng lalu menyeruput minuman yang ada dalam gelasnya hingga habis. Ini haus banget apa doyan?

"Emangnya boleh? Tapi nanti kalo aku jelek-jelekin kamu bomat loh ya." Kataku masih dengan mata yang masih enggan mengalihkannya dari wajah datar itu.

"Boleh, asal jangan bilang kalo aku cowok gak peka." Bodo amat mas! Orang emang dasarnya kamu itu manusia gak peka huhuhu.

Tapi, tak ada salahnya jika aku menceritakan masa SMAku dan dia. Bukannya berhenti, senyumku justru kian melebar, ini juga bisa jadi kesempatanku untuk mengumpatnya dengan sepuas hatiku HAHAHAHA mampus kamu sayangku.












*****

Holla gesss! Aku bawa cerita baru yang aku usahain bakal sampek tamat, amin . Maaf karena kelabilanku setiap cerita yang aku bikin selalu aku hapus gitu aja, doain yang ini sampek selesai

Salam sayang,
ITA LESTARI (istrinya fawzio) *ekhem

Sing for Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang