Melupakan, mengikhlaskan tidak semudah yang di ucapkan, aku hanya ingin belajar merelakan apa yang pernah terjadi.
***
Di Busan seorang gadis sedang
mengepak beberapa barangnya, karena hari ini ia akan pergi ke Seoul untuk kerumah paman dan bibinya, karena paman dan bibinya sendiri yang memintanya, mengingat kedua orang tua Eunha telah meninggal 3 tahun yang lalu. Paman dan bibinya tidak tega setiap berkunjung ke Busan untuk menengok keponakannya itu, dia terlihat murung, beberapa tahun belakangan ini, jadi mereka berinisiatif agar Eunha tinggal bersama mereka, agar mereka lebih leluasa memantau Eunha."Uhhh, kenapa paman dan bibi harus menyuruhku untuk tinggal di Seoul?" Gumam Eunha seraya mempacking beberapa barang yang tersisa.
Sebenarnya, Eunha tidak ingin pergi apalagi pindah ke Seoul, karena menurutnya ia tidak ingin meninggalkan rumah orang tuanya, apalagi kenangan-kenangan yang indah di Busan, termasuk kenangan bersama orang yang ia sangat cintai. Tapi, Eunha sudah mengubur semua kenangannya bersama kejadian 3 tahun yang lalu, karena baginya jika ia mempertahankan perasaannya itu, hanya akan membuat kedua belah pihak sakit dan sangat sulit melupakan kenangan mereka termasuk bagi diri Eunha pribadi. Dan Eunha sekarang pergi ke Seoul demi paman dan bibinya, serta ingin mencari pekerjaan, meski 1 tahun belakangan ini Eunha sangat nyaman dan mencintai pekerjaannya sebagai penyanyi cafe, walaupun gajih nya tidak seberapa, tapi Eunha mendapatkan kebahagiaan karena ia dapat menghibur orang-orang dengan suara miliknya.
Sebenarnya, banyak sekali tawaran pekerjaan dari perusahaan besar dan terkenal di Seoul, maklum saja Eunha adalah mahasiswi lulusan terbaik di salah satu Universitas terkenal di Busan dengan predikat S1. Baru saja minggu lalu, tawaran pekerjaan yang ia terima tapi ia harus mengurungkan niatnya, karena alasan yang sama.
Dan sekarang ia akan pergi atau pindah ke Seoul atau lebih tepatnya ibu kota, dengan niat tidak ingin membuat paman dan bibinya selalu khawatir padanya dan berusaha meyakinkan hatinya bahwa ia akan memulai kehidupannya dari nol di Seoul, Eunha berharap jika di Seoul nanti hanya ada kebahagiaan bagi dirinya, memang sangat egois tapi pikirnya dengan cara begitu ia akan bisa meyakinkan dirinya untuk bangkit kembali, dan ia akan mencoba mencari pekerjaan, Eunha sempat berfikir akan menerima tawaran pekerjaan yang seminggu lalu dikirim pada dirinya, karena menurutnya perusahaan tersebut, perusahaan yang paling besar yang menawarinya pekerjaan, bukan berarti tawaran-tawaran pekerjaan yang ditawarkan kepadanya dari perusahaan yang kecil, semua perusahaan yang menawarinya pekerjaan itu semua dari perusahaan besar di Seoul, tapi entah kenapa hatinya cocok dengan perusahaan ini.Tidak lama suara ketukan pintu dari luar terdengar, "Una, apakah kau sudah selesai membereskan barang-barang mu? Jika sudah cepat turun kebawah untuk makan sebelum kita berangkat ke Seoul." Tanya bibinya Eun Gi.
Dengan cepat eunha membuka pintu kamarnya, "ahhhh, bibi dan paman makan saja duluan, aku belum beres membereskan barang-barangku." Jawabnya.
"Sudahlah, cepat kau turun dan makan bersama pamanmu, biar bibi saja yang membereskan barang-barang mu." Titah Eun Gi.
Dengan cepat Eunha menggelengkan kepalanya, "aniyo, tidak usah bi biar aku saja yang membereskannya, lagipula tinggal beberapa barang lagi yang perlu aku masukan." Jawab eunha.
Eun Gi membuang nafasnya dan mengelus rambut halus Eunha dan tersenyum hangat kepada Eunha, inilah yang membuat Eunha tidak bisa menolak permintaan mereka, karena mereka menyayanginya seperti anak mereka sendiri, "sudahlah, jangan membantahku cepat turun dan makan bersama pamanmu"titah Eun Gi.
Eunha menggelengkan kepalanya untuk kedua kalinya, "aniyo, lebih baik bibi makan duluan bersama paman, bibi kan sudah cape memasak, aku akan menyusul nanti." Jawab Eunha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't leave me
Fanfiction"STORY"!!! Kisah dimana seorang laki-laki yang merindukan seseorang di masalalunya dan berharap orang tersebut bisa kembali lagi padanya. Jeon Jungkook dia kini tengah bingung dengan pilihannya sendiri, apakah dia harus menuruti kata hatinya? atau...