Part 7

2.5K 307 2
                                    

"Gue nggak tau apa-apa lagi tentang Sakha selain yang lo tanyain tempo lalu."

Aerylin mencebikkan bibir kala mendengar ucapan Momo. Tadi, setelah Sakha pergi, dia bergegas ke kelas-melupakan tujuan awalnya ke perpustakaan-untuk mencaritahu tentang Sakha lebih lanjut. Dan, ya. Tentu yang menjadi sasaran informasinya adalah Momo.

Meski pada kenyataannya, Aerylin bukanlah tipikal penyuka gosip atau apapun sejenisnya. Tapi kalau dia sudah penasaran akan suatu hal, maka dia akan menuntaskannya sampai selesai.

Begitupun kali ini.

"Ya, masa lo nggak ada denger desas-desus gitu, sih, tentang dia? Kayak semisal, lagi deket sama siapa, atau orang yang dia suka, mungkin?"

Momo memutar kedua bola matanya malas sembari menutup Buku Bank Soal Matematika yang baru setengah jalan dikerjakan.

"Gue nggak sedeket itu sama Sakha sampe tau segalanya tentang dia."

"Tapi, kan, lo satu klub basket sama dia."

"Satu klub basket bukan berarti bisa ngepoin segala hal. Lagian, apa peduli gue kalau dia deket sama siapa? Toh, bukan dia yang ngasih gue makan, rumah sama pakaian."

Aerylin hanya bisa mendengus kasar dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Kalau sudah begini, informan terkemukanya tidak bisa diandalkan lagi. Padahal, kan, dia benar-benar kepo sama Sakha. Sekepo paparazzi kala mendapati Tyler Cameron yang kepergok masuk ke dalam Apartemen Gigi Hadid. Atau mungkin, sekepo waktu mendengar Anwar Hadid dan Dua Lipa yang memutuskan untuk tinggal bersama.

Begitulah kira-kira.

"Tapi, kenapa tiba-tiba lo jadi makin kepo sama Sakha?" Pertanyaan yang entah kenapa diajukan Momo itu langsung membuat Aerylin gelagapan. Dia otomatis menegapkan tubuhnya sambil nyengir kuda.

"Kepo dikit, kok."

Alis Momo mengerut. "Lo ada masalah lagi sama dia?"

Aerylin sontak menggelengkan kepalanya cepat, mengelak. "Bukan gitu. Cuma---"

"Cuma mulai tertarik aja sama Sakha." Kalimat Aerylin tiba-tiba saja dipotong oleh Cecel yang baru datang dan langsung menyerobot duduk di sampingnya. Senyum jahil terpatri di bibir Cecel saat dia menoleh ke arah Aerylin.

"Ih, apaan, sih? Nggak usah sotoy." Buru-buru Aerylin menggeser tempat duduknya menjauhi Cecel. Nggak mungkin, lah, dia tertarik sama Sakha. Dia yakin, kok, kalau dia cuma penasaran doang sama cowok itu.

Iya, kan?

"Bukan sotoy, tapi kenyataan. Dari kepo, jadi tertarik. Terus, suka. Eh, malah keterusan jatuh cinta. Abis itu, baru patah hati. Udah hapal gue, mah, sama ciri-ciri yang lo alamin sekarang."

"Beneran, Yer?" Momo menatap Aerylin penuh pertanyaan.

"Enggak bener. Lagian, nih, ya, model-model cowok kayak Sakha itu bukan tipe gue banget." Sanggah Aerylin.

"Sekarang bilangnya 'bukan tipe gue banget', nanti aja pas udah suka, baru bilang 'cinta muncul karena terbiasa'. Basi!" Ejekan Cecel seketika mendapat pelototan dari Aerylin. Sementara Momo memutar kedua bola matanya, malas.

"Kan, sotoy lagi." Cibir Aerylin.

Mengangkat bahu, Cecel kembali bersuara. "Tapi ngomong-ngomong masalah Sakha, gue ada berita lainnya."

"Apa?"

"Nggak tertarik."

Aerylin dan Momo kontan menyikapi ucapan Cecel bersamaan, namun dengan jawaban yang berbeda.

"Kalau nggak tertarik, pura-pura nggak denger aja." Tukas Cecel, membuat Momo berdecak kecil sebelum kembali berkutat dengan Buku Bank Soal Matematikanya.

"Jadi, info apa yang lo dapet tentang Sakha?" Tanya Aerylin semangat. Dia menarik kursinya mendekat ke arah Cecel. Akhirnya, ada juga yang bisa dijadikan informan. Aerylin harap, berita yang diberikan Cecel itu akurat dan mampu menjawab rasa penasarannya.

"Gue tadi liat Sakha sama Pak Kepsek di depan ruang Kepala Sekolah lagi ngomong serius banget, sampe bisik-bisik gitu."

Mendengarnya, Aerylin jadi mendesah kecewa. Dia kira, Cecel bawa berita tentang Sakha dan 'Leony' itu. Ternyata tidak.

"Ya, mungkin aja ada urusan sekolah. Sakha, kan, murid berprestasi." Sahut Aerylin nggak minat.

Cecel menggeleng keras. "Gue rasa enggak, Yer. Soalnya, dari tampang mereka tuh enggak lagi ngegambarin seorang guru yang bangga sama muridnya atau seorang murid yang seneng atas pujian dari gurunya. Mereka kayak lagi ngomongin tentang siasat perang dunia ketiga."

Kini, Aerylin menaikkan sebelah alisnya. "Masa, sih, seserius itu?"

"Sumpah demi apapun. Emang, ya. Walaupun gue kagum sama Sakha, nggak bisa dipungkiri kalau gue juga curiga sama dia."

"Curiga gimana?"

"Nggak tau kenapa, gue rasa Sakha sama Pak Kepsek ada sesuatu. Semacam, ada hal yang mereka sembunyiin."

Aerylin memiringkan kepala. "Kenapa lo bisa nyimpulin gitu?"

"Gini, ya. Yer. Sakha itu masuk sekolah ini pas kelas sepuluh di semester kedua. Dan yang gue denger, dia dikeluarin dari sekolahnya yang dulu karena pernah berantem sama anak kelas sebelas sampe masuk rumah sakit cuma gara-gara masalah cewek." Papar Cecel.

Aerylin menatap sahabatnya tidak percaya. Dia memang pernah mendengar kalau Sakha adalah anak pindahan, tapi dia tidak tau alasan cowok itu pindah sekolah di detik-detik kenaikan kelas. Dan begitu tau faktanya, pikiran Aerylin langsung tertuju pada satu nama. Leony.

"Lo tau darimana?"

Cecel membasahi bibirnya, lalu menjawab. "Murid sekolah ini ada yang punya temen dari sekolah Sakha dulu, SMA Harapan. Jadi, ya, pasti karena gosip, lah."

"Dan lo kemakan gosip itu juga. Udah, lah, biarin aja. Setiap orang punya rahasianya masing-masing, kan." Timpal Momo acuh tak acuh.

"Gue tau. Gue cuma heran. Cowok ganteng dan kalem kayak Sakha bisa jadi trouble gitu? Perasaan, selama di sini dia nggak ada masalah. Malah, dia cetak prestasi. Punya jabatan juga. Aneh, nggak, sih?"

"Kenapa nggak lo tanya langsung sama orangnya?"

Cecel mendelik ke arah Momo. "Lo mau nasib gue kayak Kak Lauren? Bukannya dijawab, yang ada gue ditinggal pergi."

"Mangkanya, jadi orang jangan kepo. Mending urusin hidup masing-masing."

"Ke laut aja sana lo, Mo."

"Ogah. Enakan nonton BTS."

"Pacar gue, itu."

"Dasar halu."

"Ya, udah. Calon masa depan."

"Makin nggak waras."

Sementara Momo dan Cecel berdebat, Aerylin merenung di tempatnya. Bukannya mendapat jawaban pasti atas rasa penasarannya, Aerylin malah semakin dibuat bertanya-tanya tentang Sakha. Kenapa makin kesini, cowok itu terasa abu-abu?

Siapa Sakha sebenarnya?

~~~

Minggu, 14 Juni 2020

Happy weekend di rumah 💕

Gimana pendapat kalian tentang ceritaku? Komen di sini yaa 🤗

Ineffable (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang