Chapter 6

9 1 0
                                    

SEE THE SUN

You wait

I wait

Casting shadows

Interrupted

The Writer, Ellie Goulding


Kami sampai di Capitol, satu hal yang kulakukan pertama kali adalah melakukan apa yang semua Haymitch katakan tadi, walaupun sebenarnya ini sangat tidak berguna karena pada akhirnya aku tidak akan melawan saat para pemenang lain melayangkan senjatanya kearahku. Aku menyambut warga Capitol.

Mereka menyoraki kami dengan antusias. Gale tidak ikut menyambut mereka, ia lebih senang melempar orang-orang berpakaian aneh itu dengan sorotan mata penuh bencinya.

Aku menantapnya sesekali, pikiranku masih mengingat semua yang kami—aku, Gale dan Haymitch bicarakan tadi. Gale tidak memberi alasan yang jelas kenapa ia mengajukan dirinya sebagai sukarelawan, ia hanya berkata kalau ia sedang sangat marah saat itu, dengan tambahan nada penuh benci melihatku.

Aku juga membencinya.

Karena kebodohannya dan diriku.

"Pin Mockingjay?" Tanya laki-laki berkulit hitam dengan eyeliner emas yang kutebak adalah perancang busanaku, "persis yang dipakai Katniss."

"Anda kenal Katniss? Ya, ini miliknya, aku memberikannya saat ia terpilih lalu adiknya mengembalikannya kembali." Jelasku pelan, "ia, teman baikku."

"Cinna. Kau pasti Madge Undersee?" aku mengangguk pelan, "aku merancang baju Katniss tahun lalu, sebuah penghormatan untukku merancangkan baju untuknya." Ia tidak terlihat seperti orang-orang Capitol lainnya. "temanmu adalah gadis pemberani, Madge."

"Ya, dia memang." Tidak sepertiku.

"Kau juga." Ucap Cinna sambil tersenyum lembut, ia menyelipkan beberapa rambutku ke belakang telinga. "kau memiliki hati yang berani, Madge."

Aku tersenyum dengan semua perkataan selamat tinggal manis yang Cinna ucapkan padaku. Lalu ia memberitahu tentang konsep pakaian yang ia rancang dengan Portia—perancang busana Gale untuk bagian chariot nanti.

Tubuhku berbalur abu tebal dengan beberapa kain yang menutupi bagian tubuhku, aku tidak mengerti cara berpikir orang-orang Capitol tapi Effie dan Haymitch menyuruhku untuk mengikuti instruksi Cinna dan Portia. Aku tidak melihat Gale berada dikuda kami, "apa kau mengenalnya juga?" tanyaku pada kuda hitam itu, aku menanyakan tentang Katniss dan Peeta padanya.

Seperti orang yang tidak memiliki harapan.

"Kau berbicara dengan kuda, Madge?" Tanya seseorang dibelakangku, ia tersenyum lalu menggigit gula kubusnya, "gula ini seharusnya untuk kuda, tapi aku tidak peduli. Kau mau?" lanjutnya, hanya satu pemenang yang mengenakan pakaian-pakaian gila dan masih terlihat tampan. Finnick Odair.

Aku menggeleng pelan. "Oh ada apa dengan abu-abu kotor yang menutupi kecantikanmu ini? Apa perancang busanamu kehabisan ide? Sebaiknya aku memberikan mereka gula-gula ini." Ucap Finnick menghiburku sambil membersihkan sedikit abu di wajahku. Tapi sepertinya itu tidak berguna karena abu itu sangat banyak. Aku tersenyum menyadari tidak ada yang berubah darinya semenjak pertama kali kita bertemu.

Aku hanya pernah bertemu dengannya dua kali, saat tur pemenangnya dan Annie. Aku masih berumur tujuh atau enam tahun saat pertama kali Finnick menang dan ke distrik kami, dan tentu saja Haymitch masih memperhatikanku dari jauh kalau-kalau Finnick memberiku makanan aneh yang selalu ia bawa. Ia masih seperti dulu.

"Kau sudah tumbuh, Madge," ia tersenyum dan menatapku, lalu senyumnya menghilang saat kegaduhan menyadarkannya tentang semua situasi saat ini, "maaf tentang pemungutanmu."

"Madge."

Aku terkejut saat melihat Gale datang.

Tidak. Aku terkejut dengan panggilan yang ia baru saja ucapkan tadi. "akan bebicara lagi denganmu nanti, Madge." Ucap Finnick cepat lalu berjalan pergi, "Gale." Sapa Finnick saat melewati Gale.

"Apa yang ia lakukan disini?"

"Tidak ada."

Ia mendengus, "Bagus."

Lalu kami bersiap di kereta kuda kami, ia memakai pakaian yang sama denganku. Ketika semuanya mulai dan kereta distrik kami berjalan aku bergemetar. "Kau baik-baik saja?" tanyanya tanpa memandangku, aku menjawabnya pelan. "orang-orang itu menyuruku, dan kau, menekan tombol ini saat hampir berada ditengah."

"Kau siap?" tanyanya lagi saat kereta distrikku hampir mencapai ujung lorong, aku mengangguk. Ia menggegam tanganku. "Jangan tersenyum."

Kami bergandengan tangan saat berada diatas kereta kuda yang sedang berjalan. Ia memainkan semuanya dengan baik. Tidak tersenyum, menatap penuh kebencian ke satu arah—Presiden Snow. "sekarang."

Kami terbakar dalam api sintetik buatan Cinna dan Portia. "Phoenix! Phoenix, itu Phoenix!" teriak orang-orang sambil menunjuk kami dan sayap api dibelakang kami.

Burung api yang terlahir dari abu.

To Be Continue...

SEE THE SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang