Played Out Prince

319 22 4
                                    

      Jungkook ingat, di satu masa yang lalu Ibunya berkata kalau kematianya akan tiba sebentar lagi. Jungkook langsung menangis. Padahal ia sudah akrab dengan kedukaan. Dulu ia tidak paham kenapa Ibunya selalu mengajaknya kesana kemari untuk melihat orang yang sudah mati.

      Ibunya – Sang Ratu – dalam kenangan Jungkook selalu terasa sehangat sinar matahari pagi yang lembut menerpa kulitnya. Ia ingat rasanya duduk di pangkuan Ibunda Ratu. Ibunda Ratu yang tidak pernah lelah menjawab pertanyaan penasaranya, dan menceritakan kisah-kisah hebat padanya. Ibunda Ratu memperbolehakanya memanggil 'Mama' tanpa embel-embel Ratu kalau mereka sedang berdua.

      Sedari Jungkook kecil dan mulai bisa berjalan, Ibunda Ratu rajin mengajaknya mengunjungi keluarga orang-orang meninggal. Keluarga petani miskin yang kehilangan kakeknya, keluarga pejabat yang kehilangan istrinya, keluarga pemburu yang kehilangan anaknya. Mendatangi tempat yang berusaja digilas musibah, atau memberikan penghormatan untuk para ksatria yang gugur membela negeri.

      Mulanya, Jungkook kecil menangis karena orang disekelilingnya menangis. Beberapa tahun kemudian, ia akan menagis karena memahami betapa sedih kematian seseorang bagi orang yang menganggap mereka berharga. Sedih di mata ayah yang putri kecilnya meninggal, atau kepedihan istri yang melihat suami mereka dingin dan kaku dengan dada hancur. Tapi ia sudah lebih tegar. Ketika kakeknya meninggal karena sakit, Jungkook tidak lagi menangis penuh ketidak relaan. Hatinya membuncahkan permohonan pengampunan dan do'a untuk mendiang. Dalam hatinya kala itu, Jungkook percaya kakeknya pasti lebih bahagia kehilangan rasa sakit daripada terus hidup dan meringkuk kesakitan.

      Tapi tetap saja. Kematian ksatria dengan dada menganga atau leher terpotong masih membuatnya sesenggukan, bahkan setelah bertahun-tahun melihatnya. Membayangkan rasa sakit yang mereka rasakan sebelum menghadapi kematian membuat Jungkook meringis. Ia masih hendak bertanya-tanya apakah luka semacam itu langsung membunuh seseorang dengan sekejap tanpa rasa sakit ataukah membuat orang itu mati dengan kesakitan, ketika pintu kamarnya diketuk dan pelayan memberitahunya bahwa saudaranya pulang. Jeon Wonwoo. Jungkook memutuskan menyimpan pertanyaanya untuk nanti dan bergegas dengan bahagia.

      Jungkook selalu menyukai Hyungnya karena Wonwoo amat penyayang. Lelaki itu lembut dan tangkas. Tangkas karena lihai menunggang kuda yang tengah berpacu dengan satu tangan dan amat lembut karena dengan sayang merengkuh Jungkook di satu lenganya yang lain agar adiknya yang saat itu tengah menggilai naik kuda tidak jatuh. Wonwoo tengah belajar ilmu pedang dan pergi ke negeri lain. Kepulanganya hanya beberapa kali dalam setahun. Sore harinya mereka berjalan-jalan ke hutan dan kembali ketika petang mulai menegur langit.

      Masih bersih di ingatan Jungkook, bagaimana istana yang indah itu tampak sepi. Mereka kembali dengan tidak tahu apa-apa. Seseorang telah menunggu mereka di balik gerbang dengan sebilah pedang kemudian menghunuskannya ke dada Wonwoo. Di depan matanya, Hyungnya itu roboh. Darah menyembur dari mulut Wonwoo dan ia bahkan tidak sempat mengatakan apa-apa sampai nafas terakhirnya berhembus.

      Di istana yang indah itu, Jungkook bisa menemukan semua keluarganya. Baginda Raja, kerabatnya, nenek, para selir, saudara sepupunya, bahkan Ibunda Ratu yang tubuhnya masih hangat.

      Jungkook sudah akrab dengan kematian, tapi melihat Ibunya tergolek dengan jantung tertusuk dan tubuh bersimbah darah, Jungkook roboh dan semuanya hitam.



"


      Seluruh negeri berduka dan puluhan jasad tergeletak di dalam aula singgasana Raja. Halaman tumpah ruah dengan rakyat yang menangis dan bersujud. Raja mereka yang adil dan Ratu mereka yang penyayang beserta seluruh keluarganya, menyisakan Jungkook, dibantai. Tidak ada siapapun disisinya. Pejabat kerajaan tidak seberani itu untuk merengkuh Jungkook yang tidak lebih dari seorang bocah enam belas tahun. Jungkook mengenakan pakaian putih polos dengan penutup kepala. Jungkook lelah menangis. Ia tidak membuka mulut untuk bicara. Dalam hatinya ia memanggil Ibunya. Inikah kematian yang segera datang itu Ibu?. Mengapa terlalu segera?.

Played Out Prince [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang