Jungkook mulai sebal. Taehyung berubah jadi kekanak-kanakan lagi dan itu amat menyebalkan. Pekerjaanya banyak dan Taehyung malah menghambatnya. Mengekorinya sepertinya seperti anak anjing kecil. Padahal pekerjaan Taehyung lebih banyak lagi. Hari ini adalah jadwal pangeran itu berlatih bersama ksatria kerajaan. Mungkin ada hal-hal kepangeranan yang tidak begitu Jungkook pahami juga menunggu Taehyung untuk diselesaikan, tapi lihatlah... Si Pangeran malah dengan bahagianya mengikuti Jungkook yang tengah mengunjungi rumah-rumah petani untuk membagikan kertas jimat dan berdoa disana sebentar. Persiapan untuk festival musim gugur yang akan segera diadakan. Syukuran dan pesta rakyat karena panen raya tahun ini hasilnya melimpah.
Taehyung tersenyum dengan ramah, mengabarkan pada pemilik rumah kalau bikhu utusan kerajaan datang dan hendak berdo'a sebelum hari festival tiba. Si pemilik rumah selalu kehabisan kata melihat siapa yang bicara. Megab-megab dengan wajah memerah kaget lantaran menemukan pangeran negeri mereka ada di depan pintu dengan senyum ramah dan menyampaikan berita dengan gembira.
Kehadiran Taehyung tak pernah berhenti menarik perhatian anak-anak. Kalau di desanya dulu anak-anak memanggil Taehyung dengan sebutan 'Tuan', anak-anak ini memanggil Taehyung dengan sebutan 'Pangeran'. Mereka melewati sekumpulan anak-anak yang tengah bermain dan begitu melihat Taehyung, mereka berhamburan. Mencoba memeluk bagian tubuh Taehyung manapun yang mampu diraih tangan kecil mereka sambil bersorak-sorak, 'Pangeran Taehyung!, Pangeran Taehyung!'. Taehyung menepuk lembut kepala mereka satu persatu. Senyumnya tak pernah pudar. Dan Jungkook, menemukan semua kekesalanya hilang dengan amat mudah. Nah, mudah sekali Taehyung mempermainkan perasaanya.
Si Pangeran Taehyung tidak hanya mempesona para anak kecil, tapi juga gadis-gadis. Mereka mengunjungi rumah petani kaya dan disana gadis-gadis berkumpul, tengah belajar menyulam. Dan selagi Jungkook berdo'a, ia tak bisa mengalihkan pikiranya dari pekikan para gadis dan bisikan kekaguman berisik mereka. Jungkook bahkan harus mengulang do'anya dua kali karena ia sama sekali tak fokus pada do'a pertamanya. Ketika ia selesai, ia bisa melihat kalau Taehyung cuma berdiri dan gadis-gadis di teras menatap penuh kekaguman ke arahnya. Ketika si Pangeran menyadari kalau Jungkook sudah selesai, senyum Taehyung terbit kembali. Menggusarkan para gadis yang kini memekik-mekik kembali. Mengagumi betapa tampan pangeran mereka. Dan yang sedang dibicarakan, tampaknya sama sekali tidak sadar. Ia mendatangi Jungkook dan bertanya dengan penuh perhatian.
"Sudah selesai?".
Senyum itu masih tersungging. Untuk pertama kalinya Jungkook sungguh mendecih lalu pergi. Ia ingin menampar wajah Taehyung supaya senyum itu hilang. Pokoknya apapun agar gadis-gadis berhenti jadi berisik. Ia kesal sekali. Tanpa sadar jalanya menghentak-hentak. Ah sialan, Taehyung pasti sengaja!
"Jungkook kenapa?", Taehyung menyusul dengan khawatir.
Ia meraih lengan Jungkook tapi Pangeran Jeon mengayunkanya dengan kuat sampai terlepas. Lalu berjalan menghentak-hentak lagi. Samar, Taehyung mendengar gerutuan. Membuatnya tersenyum, lalu bergegas menyusul Jungkook.
"Hei... aku melakukan kesalahan?",
Taehyung berhasil meraih lenganya kembali. Menariknya lembut supaya Pangeran Jeon mau berbalik dan menatapnya. Pelototan tajam didapati Taehyung. Alis Pangeran Jeon menyatu dan tampak galak. Dengan sekali hempasan, cekalan Taehyung terlepas dan Jungkook berkata dengan jengkel...
"Pikir saja sendiri", lalu bergegas pergi.
Salah tidak kalau Taehyung tekekeh?
Astaga manis sekali. Pangeran Jeon pernah marah, malu, pernah mau menonjoknya tapi wajah merajuk yang manis ini... Taehyung baru pertama melihatnya. Astaga. Taehyung kesulitan meredakan euphoria dalam rongga dadanya. Tapi ia tetap bergegas menyusul Pangeran Jeon. Kali ini ia merengkuh si pangeran dengan erat sampai Jungkook memberontak tapi tidak bisa melepaskan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Played Out Prince [Completed]
FantasíaTaehyung melihatnya, lelaki itu berdiri disana dengan baju polos tanpa hiasan dan penutup kepala sebagai simbol kedukaan. Sedikit tidak wajar melihat pakaian itu dikenakan untuk berziarah. Orang-orang memakainya hanya pada hari kematian. Tapi barang...