50#kecolongan😵

24.6K 870 52
                                    

Aidan menatap Dyora yang sedang memakaikan baju pada Jati. Aidan tersenyum menatap Dyora yang mengajak Jati bicara namun bayi itu malah memuncratkan air liurnya.

" Ya ampun Jati.. kamu nyebelin banget sih kayak papi. Muka mami basah 'ni.. " ujar Dyora.

Tiba-tiba bibir jati melengkung kebawah, air matanya sudah menggenang. Detik berikutnya bayi itu menangis kencang.

" Loh.. kok Jati nangis sih.. mami becanda tadi. Jati lapar ya? Sini Mimi dulu "

Aidan terus memperhatikan gerak-gerik dyora yang asik memberikan asi pada Jati sambil menepuk-nepuk pantatnya.

" Siapa anak pintar suka Mimi... Jati! Siapa anak ganteng mirip opa? Jati! Argajati emang pinter.. Argajati anak soleh.. Argajati.. Arganantha sayang mami! Hore.." Dyora bernyanyi sambil menyusui bayi gantengnya. Mendengar nyanyian itu Aidan terkekeh..

" Bobo ya.. " ucap Dyora sembari mengusap dahi Jati.

" Sayang.. sini! " Seru Aidan sambil menepuk-nepuk sofa disebelahnya. Dyora menghampiri Aidan.

" Kenapa? "

" Hebat kamu jadi ibu.. gak kerasa ya sudah 8 bulan aja. Tiba-tiba nanti 8 tahun aja.. " ujar Aidan. Dyora tersenyum kecil..

" Kalau gak ada Jati dedek masih Dyora yang manja.. bukan Dyora si ibu hebat.. " jawab Dyora.

" Iya.. bayi ganteng ini hebat banget. Bisa ajarkan mami dan papinya, menjadi lebih baik lagi "

" Iya.. semoga Jati jadi pria yang tangguh, sabar dan lembut kayak kamu.. "

" Jati akan jadi pria hebat yang bisa jaga maminya. Jati akan jadi pria yang penuh kharisma, tentunya jati harus jadi pria berguna untuk keluarga, agama juga negaranya. "

Jati melepaskan ASI-nya, ia sudah tertidur. Dyora dan Aidan menatap bayi itu. Benar-benar tidak ada yang mirip dari mereka untuk bayi itu.

Bibirnya mirip sekali dengan bibir Eko yang sangat tipis, hidung Bangir nya Dyora, adalah sedikit dyora memiliki itu. Sisanya mirip dengan Reynand.

" Bisa ya.. Jati tinggal diperut kamu tau-tau nya mirip papi. Kakak mau tanya nanti segimana jijiknya dia sama kita yang gak mau mewarisi wajah-wajah kita " dyora tertawa mendengar ocehan Aidan yang Tempak gemas sekali.

" Aku tidurin Jati dulu " ucap Dyora.

Dyora kembali duduk disebelah Aidan. Sebelumnya ia menatap jam yang terpajang di dinding menunjukan angka 10 pagi.

" Mau makan apa kak? "

" Makan kamu.. " jawab Aidan. Dyora mendelik tak suka, kemudian Dyora memejamkan matanya sejenak.

" Capek ya? " Tanya Aidan.

" Resikonya kak.. aku nikmati kok. Luar biasa sekali jadi ibu.. " jawab Dyora.

Aidan sedikit memijat lengan Dyora, dyora menatapnya lalu tertawa kecil.

" Makasih sudah mau jadi ibu dari anak-anak ku.. mau temani aku, bersedia berkorban untuk dia.. makasih untuk kamu yang selalu maafin kesalahan yang kakak buat.. dan banyak lagi yang gak bisa kakak ucapkan " ujar Aidan. Dyora tersenyum..

" Maaf.. semenjak ada Jati aku gak terlalu perhatian sama kamu.. maaf, kadang aku nangis hanya karena sakit kepala karena begadang dan banyak tugas kuliah.. maaf aku yang lalai sama kewajiban aku sebagai seorang istri.. maafkan aku yang sekarang gak sewangi dulu, gak serapih dulu.. dan untuk yang satu.. maaf aku bagi hati dan bagi cinta untuk seorang lelaki lagi.. maaf aku juga tidak pernah mengurutkan kamu menjadi orang pertama yang aku cintai.. kalau aku bisa ngomong sekarang, aku mau jujur.. cinta ku yang pertama itu papi Reynand.. yang kedua Argajati.. dan yang ke tiga baru Arganantha "

Aidan tersenyum penuh lalu membawa Dyora kedalam pelukannya. Ia mengusap punggung dyora lembut untuknya senyaman mungkin.

" Aku gak pernah merasa kurang perhatian dari kamu.. kamu istri yang hebat.. kamu bisa melayani aku dengan baik dan gak lupa juga sama tugas-tugas kamu yang lain. Untuk cantiknya kamu, kamu selalu cantik Almeera.. kamu selalu lucu Dyora.. gak wangi? Aku setiap hari cium kamu.. kamu tetap wangi, yang beda itu wanginya.. kalau dulu wangi coco chanel or Victoria secret and what ever parfum you have.. and now the best parfum is minyak telon. Wangi kamu itu sangat manis buat aku, untuk cinta yang kamu rasakan.. sama. kakak juga tidak pernah menempatkan kamu sebagai orang pertama.. tapi kamu punya ruang khusus disini tanpa ada urut-urutan angka kamu di nomor sekian.. dan jika kakak nomor tiga alias urutan terakhir.. kakak mempunyai definisi.. tidak akan ada cinta-cinta lain setelah aku "

Dyora mengangguk ia balas memeluk Aidan. Menikmati waktu luang yang jarang sekali mereka dapatkan. Bahkan untuk malam hari, mereka akan isi dengan kehangatan tangis bayi tampannya.

Dyora menarik diri dari pelukan Aidan, setelahnya ia mendaratkan kecupan kecil dibibir Aidan.

" Jangan minta lebih ya. Dedek mau makan dulu " ujar Dyora.

" Dasar penghancur suasana " cibir Aidan.

" Dari pada kakak, penghancur daster! " Balas Dyora. Aidan menggelengkan kepalanya pelan.

Tling! Tling!

Dering ponsel memecah fokus Aidan yang tengah kembali bergelut dengan laptopnya.

Bang Haidar
Otw rumah Lo, udah daerah merdeka. 15 menit lagi nyampe, minta teh anget.. bini gue mabok

Aidan menghembuskan nafasnya kasar. Lalu ia turun, ia melirik istrinya yang sedang menjemur pakaian dihalaman samping.

" Yang! Makan dulu.., bang Haidar otw kesini. Nanti kamu lupa makan "

Dyora menyimpan ember, lalu segera mengambil piring. Dyora menatap Aidan yang membuat teh manis.

" Aku gak suka teh manis sayang.. " ucap Dyora.

" Bukan buat kamu. Ini buat kak Djaviera, katanya dia mabok " jawab Aidan. Dyora mendengus. Ia sudah geer duluan.

" Timbang naik mobil ac Jakarta Bandung aja mabok.. gue ajak ke Australia kejang-kejang gak tuh? Tumbenan amat lagian" Cibir Dyora.

Dua puluh menit kemudian Haidar sampai, ia memangku Haikal dan membawa sebuah tas bayi dan Djaviera membawa ransel juga 1 tas bayi.

" Minta air dong.. " ucap Djaviera. Kondisinya tampak lemas sekali, Dyora dan Aidan mendadak khawatir.

" Nih teh manis udah dingin.. gak papa lah minum aja. Lagian kakak mabok segala. kayak gak pernah naik mobil aja, masuk angin kali, kebanyakan jalan-jalan ini mah "

" Ba.. pusing banget.. Haikal jagain dulu " Djaviera tak mengindahkan ucapan Dyora, kepalanya kepalang pusing tujuh keliling.

" Tidur aja sih Bu.. biar enakan. " Balas Haidar. Vira menggeleng, mendadak sekali Haikal menangis ingin nemplok bersama bubunya.

" Sini ba.. gak papa " pinta Vira pada Haidar.

" Dy.. minta air putih. Gue pusing banget ini.. sepet lagi "

Djaviera menepuk-nepuk punggung Haikal hingga tertidur. Ia sedikit memijat pelipisnya.

" Mau obat kak? Biar dedek bawa " Tawar Dyora, jujur saja ia hampir menelpon maminya. Ia panik melihat Vira seperti ini.

" Gak usah.. tar juga sembuh "

" Ah.. kakak mah penyakit udik tuh karena ibu kota pindah.. Jakarta sekarang kan desa.. jadi kakak udik.. mabok deh " cerocos Dyora. Vira memijat kepalanya sendiri, bukan pilihan yang benar datang kerumah Si Dedek Dyora ini. Ia makin pusing karena obrolannya. Namun, yang mendadak hampir pingsan detik berikutnya adalah Dyora dan Aidan, sang tuan rumah shock karena ucapa Vira.

" Dy.. gue hamil lagi.. kecolongan gue "

" APA ?! "








Hehehe
Gimana gais dengan part ini?

Ini udah mau ending ya..

Untuk cerita berikutnya kalian mau gua lanjut cerita
*Aroma Rindu
Or
* Raden prabu

Atau kalian mau cerita militer... Lagi?
Serius nanya ini...

Salam dari

Aul🐒

Menikah TITIK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang