Berhenti Jatuh Cinta

2 0 0
                                    

Apalagi yang harus kulakukan bila telah menemukan hati seikhlas ini. Menyediakan waktu berkali-berkali banyak untuk melukis kenangan. Bersedia menulis kata setia atas diriku yang apa adanya.

Tak lagi ada alasan 'tuk meneruskan tualang hati pada siapa pun selain kamu. Aku berhenti jatuh cinta seusai hadirmu. Kamu segala yang tersebut oleh sukma sebagai pemilik jiwa dan raga. Tempat menaruh harapan atas kebahagiaan hidup.

"Aku tak melihat perihal rupa. Harta pun benda milikmu. Ketulusan untuk menjaga, melindungi dan menyayangi tanpa henti, itu yang sanggup meluruhkan pertahanan hati ini. Dan mampu menjadikanku kekasih terbaik milikmu saat ini."

Begitulah katamu pada suatu malam di sebuah cafe sederhana di pinggiran kota. Dua cangkir black coffee dalam diam turut serta menjadi pendengar. Mungkin desau angin pun tak ketinggalan ikut hadir.

"Sekiranya apa yang paling kamu ingini datang setiap saat untuk mengindahkan hidupmu? Apakah itu bintang, purnama, senja atau pun hujan? Aku akan menjadi salah satu di antaranya. Menggantikan tugas mereka menghadirkan senyum terindah di wajah cantikmu itu."

Tanpa kuminta. Kamu melakukannya. Menghadiahi sebuah senyum paling manis dibarengi cubitan kecil pada pingganggku.

"Kamu lebay. Tapi, aku suka," ucapmu mengomentari jawaban yang kuberikan atas pernyataan hati milikmu.

***

Malam kian turun. Sebuah kecupan 'sayang' bertengger di keningmu.

"I love you," kataku.

"I love you to," balasmu.

Dan bersamaan dengan itu sebuah pelukan tak dapat dihindari. Kita pun terbang dan melayang bersama sejuta mimpi. Lirih kataku,

"Aku berhenti jatuh cinta karena kamu."

"Aku juga."

"Pulang, yuk!"

"Huum"

Lima menit berlalu. Pelukanmu kiat lekat. Erat. Angin pun tak mampu melewati celah tubuh kita di atas deru mesin vespa 1978, di antara pekatnya malam.

Yama, 02092019

KISAH SEBUAH NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang