11

14 0 0
                                    

"Marsha kemaren kesini. Udah gue ceritain semuanya ke dia, dia berhak tau. Sory gue yg harus crita. Otak lo lagi gk normal" Angga mulai ikut bertindak dalam membantu menyelesaikan masalah Dion.

Setelah dari tempat Angga, Marsha langsung kerumah Dion menemui Ica juga Ara, ia sangat merasa bersalah dgn apa yg terjadi karena ternyata ia pemeran utama didalamnya.

Flasback

"Gue bodoh dan gue paham kalau Dion sayang sama gue sejak lama. Gue cuma takut kehilangan dia, karna jadi sahabatnya saja sudah lebih dari cukup. Terlebih gue tau kalau suatu saat gue pasti ninggalin dia, dan itu kejadian. Pas gue jauh baru sadar kalau gue juga sayang banget sama dia. Dan sekarang udah gini kejadiannya. baru sadar kalau gue emang bodoh"

"Yg sudah ya sudah Sha. Gini ya Dion ke elu, sekarangpun kalau lo bilang ke Dion kalau ternyata lo juga sayang sama dia, udah pasti dia akan ninggalin Ica"

"Enggak!!! Jangan sampai. Ica baik. Dion harus tanggungjawab!"

"Perasaan lo?"

"Ya ini yg harus gue tanggung juga. Gue udah ngancurin banyak hati disini, kalau gue gk mau sakit hati juga, egois namanya"

"Pikiran lo masih normal, gk kayak Dion. Apapun yg terjadi di masa lalu, biarlah jadi kenangan dan pembelajaran. Hidup harus terus kedepan"

Angga menenangkan peluh dalam diri Marsha dengan pelukan. Marsha tidak lagi peduli dengan perasaannya sendiri yg niatnya mau menerima Dion menjadi pacarnya.

Flasback off.

Setelah kuliah dan ke mampir ke cafe rasanya enggan untuk pulang karna sudah pasti Ica sama Ara tidak dirumah. Sekedar menikmati suasana sore, Dion mengarahkan mobilnya ke mall barangkali ada sesuatu yg bisa dibeli untuk mencairkan suasana hatinya.

Terlebih Angga yg sudah menceritakan kebusukan dalam dirinya. Ia sudah frustasi sejak kemaren. Dan belum ketemu dgn Marsha juga.

Mobil terparkir dengan sempurna di baseman. Langkah kaki gontai dengan tas dipunggungnya ala anak kuliahan, wajah tampannya dapat menyihir siapa saja yg melihat, siapa sangka ia anak kuliahan yg sudah beristri dan beranak 1.

Diraihnya ponsel disaku clananya berharap ada pesan yg bisa menggugah hati, namun nihil hanya mencroll indah kebawah, bertumpuk pesan di grub yg tidak menariknya untuk segera dibaca.

Jarinya menekan nama yg cukup sering berselancar menghiasi ponselnya.

"Iya, Di?" Jawabnya diseberang sana seketika langsung diangkat sang pemilik.

"Hei. Lagi diluar?" Tanyanya,

"Iyaa nih, lagi ketemuan sama temen. Kamu juga masih diluar?"

Keduanya sama sama menanyakan hal yg sama karena jelas mereka berada dikeramaian.

"Siapa? Ara ikut?" Tanyanya lagi tanpa menjawab pertanyaan, suaranya sudah tidak ramah, kembali seperti tadi pagi.

"Temen SMA. Ara sama mama dirumah. Aku cuma bentar kok, bentar lagi juga pulang"

"Siapa, kutanya!"

"Emm Vano, Di. Kamu lagi dimana?"

Deg. Ada rasa tidak nyaman dalam diri Dion kala nama cowok disebut oleh Ica. Baru kali ini ia mengetahui Ica ketemuan sama cowok dan diketahuinya. Biasanya ia masa bodoh dgn hal seperti ini. Toh Dion juga tidak pernah mendengar nama itu disebut oleh Ica.

"Aku di mall. Udah lama kamu ninggalin Ara?" Katanya datar.

"Belum kok, ini juga cuma bentar"

"Ohhh!"

Your PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang