-5-

201 24 2
                                    

Lencara, itsmeigtg.
Bagian 5.

Di kamar Cara.

"Tadi kemana?" Cara menoleh ke arah Arlen, lalu membuang pandangannya pada objek lain.

"Bukan urusan lo!"

"Hm."

Cara berdecak. "Mati aja lo!"

"Kalau gue mati, lo gak bakal punya temen."

Cara diam.

"Ra, lo harus berubah. Lo gak bisa selamanya bergantung sama gue, lo harus membuka diri kepada orang-orang."

"Haha." Cara tersenyum miris. "Padahal lo dulu bilang, 'Ra, lo boleh bergantung sepuas dan selama yang lo mau sama gue. Gue selalu ada buat lo', tapi sekarang? Lo suruh gue membuka diri setelah gue bergantung dan gak bisa hidup tanpa lo?"

Cara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue membuka diri sama sekitar, sama aja kaya gue ngasih diri gue sendiri untuk disakiti. Dan lo yang nyaranin gue buat membuka diri. Lo tau, Ar, sudut pandang gue mengenai manusia itu selalu buruk. Lo kenal gue bukan cuma satu atau dua hari, lo kenal gue dari kecil."

Arlen diam.

"Gue tau, Ar, masalah lo berat banget. Bunda lagi sakit parah, tapi bukan berarti lo bisa ngelepas gue seenak jidat." Lagi-lagi, Cara tersenyum sinis. "Lo selalu tau tentang gue, tapi baru sekarang gue sadar, sedikit pun gue enggak tau tentang lo."

"Lo tau --

Cara memeluk kepala Arlen. "Gue tau meski lo enggak kasih tau. Gue tau, lo masih trauma karena kehilangan-kehilangan yang gak pernah lo harapkan, tapi dengan ngelepas gue, sama aja lo ngelepas nyawa."

Cara mengusap rambut Ali. "Ar, lo itu napas dan gue manusia. Gue gak bisa tanpa lo, dan lo gak berguna tanpa gue."

Lencara, itsmeigtg.
Medan, Oct'19

LencaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang