-6-

136 14 1
                                    

Lencara, itsmeigtg.
Bagian 6.

"Ar?"

"Hm."

"Ar?"

"Hm."

"Ar?"

"Apa, sih?"

"Lop yu."

"Najis."

Hening.

"Ar?"

"Hm." Arlen masih sibuk dengan buku bacaannya.

Hari ini hari minggu, hari yang biasa Arlen habiskan bersama Cara. Sejak pagi, Arlen sudah berada di kamar Cara, hingga kini jarum pendek menunjukkan ke arah angka empat.

"AR?" Nada suara Cara mulai tak enak untuk didengar. Akhirnya Arlen memilih meletakkan bukunya. Ia tidak mau, kejadian Cara yang merobek bukunya--sebulan yang lalu terulang lagi.

"Lapar."

Satu kata yang berhasil membuat Arlen ketakutan. Arlen lupa. Arlen benar-benar lupa memberi makan siang untuk Cara. Bukan khawatir dengan Cara, tapi khawatir dengan keadaan dompetnya.

Jika seorang Cara sudah mengatakan kata lapar, maka yang terjadi selanjutnya adalah ....

"Tambah lagi, ya." Cara memasang puppy eyes-nya.

Arlen menghela napasnya. Ia hanya mengangguk saja. Dengan senang hati, Cara langsung memesan makanan kesukaannya, bakso + mie ayam + mie goreng. Itu semua satu paket, setiap Cara memesan.

Dan sekarang, Cara memesan lagi untuk ke enam kalinya.

BAYANGKAN!

BAYANGKAN BERAPA BANYAK MAKANAN ITU!

PIKIRKAN, KEMANA SEMUA MAKANAN ITU, JIKA DILIHAT-LIHAT DARI TUBUH KECIL CARA!

Arlen memijit pelipisnya. Ini memang salahnya. Salahnya yang lupa memberi makan siang pada Cara. Inilah akibatnya. Jika seorang Cara sudah mengatakan lapar, itu berarti ia benar-benar lapar, seolah tidak pernah makan selama satu tahun!

Dua puluh menit kemudian, semua ludes dimakan Cara. Isi mangkok dan piring benar-benar habis tidak tersisa.

"Ah, kenyang." Cara mengelus-elus perutnya. "Makasih, Ar."

Arlen hanya mengangguk lesu.

Arlen beranjak dari tempatnya dan mengeluarkan dompet. Setelah selesai membayar, ia menghampiri Cara. "Ayo, pulang!" ajak Arlen sambil mengulurkan tangannya.

Cara mengangguk dan menerima uluran tangan Arlen.

Lencara, itsmeigtg.
Medan, Oct'19

LencaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang