16. Just stay with me

10 3 0
                                    

Laura menghembuskan nafasnya berkali-kali, ia sudah hendak mengetuk pintu kamar Reno namun berkali-kali juga niatnya ia urungkan.

Menyebalkan.

Padahal sebelumnya ia bisa dengan mudah keluar masuk kamar Reno, tapi kini kenaoa terasa canggung. Perubahan sikap Reno pun, membuatnya kesulitan sendiri dan sedikit kecewa.

Sekarang, antara dia dan Reno seolah ada kaca transparant sebagai pembatasnya.

Baru saja Laura mengangkat tangannya berniat mengetuk pintu, tiba-tiba pintu sudah terbuka menampakan sosok Reno dengan kaus hitam dan celana pendek cokelat.

"Kenapa Ra?" tanya Reno dengan kening berkerut.

Laura tertunduk sebentar, "Aku... boleh minta antar keluar sebentar? Senar gitarku putus, sementara besok aku mulai latihan bersama Sir John."

"Ayo berangkat, ambil jaketmu tunggu aku di bawah ya aku ambil jaket dulu." ucap Reno, niatnya lelaki itu sudah berniat kembali masuk ke dalam kamar mengambil jaketnya tapi Laura menggenggam tangannya.

"Reno..." panggil Laura lirih, demi apapun dia merindukan sahabatnya yang tengil dan hangat seperti dulu.

"Hey ada apa?" tanya Reno, ia menangkup wajah Laura menatap raut sendu dan kesedihan disana. "Tatap aku Laura, ada apa?"

"Kangen kamu!" ucap Laura merajuk.

Reno tersenyum, sahabatnya ini benar-benar unik.

"Sini peluk! Aku juga kangen kamu Ra!" ucap Reno sembari merentangkan tangannya lebar-lebar, "I miss you, Laura Florencia!"

Seketika Laura langsung berhambur ke pelukan Reno, aroma maskulin moccachino khas milik Allen inilah yang ia rindukan.

"I miss you more Reno Airlangga!"

Kini Laura sibuk memilih berbagai macam jenis senar dan strap gitar, sementara Reno dengan santai selalu mengikuti kemana pun Laura pergi.

"Menurutmu mana yany lebih bagus Ren?" tanya Laura.

Takk

"Dasar bodoh! Mana ku tahu Laura, kecuali kamu menanyakan soal bola basket mana yang bagus, sepatu basket mana yang keren, aku bisa jawab! Soal musik kamu lebih tau Ra."

Laura tersenyum, hal seperti ini yang ia rindukan!

"Kau tahu Reno, dua duanya bagus dan kuat, tidak sakit saat bersentuhan dengan kulit jari-jari tanganku. Aku hanya ingin menggunakan senar yang kau pilih..."

Reno yang gemas lantas mencubit kedua pipi Laura, "Lo bener-bener kangen sama gue ya hemm??"

"Iya!! berhari hari kita jauh padaal dekat.." ucap Laura jujur.

Reno tersenyum, apa perubahannya itu terlalu drastis? Reno memgaku, dirinya terlalu kekanak-kanakkan. perasaan tak terbalas bukan berarti harus menjauh kan?

"Aku suka yang ini Ra! Warnanya cocok dengan gitarmu!" kata Reno menunjuk senar yang ada di tangan kanan Laura.

"Okelah, kita beli yang ini." ucap Laura lalu ngacir ke kasir membayar senar dan capo gitar yang ia pilih. Tepatnya Reno yang pilih.

Reno hanya tersenyum melihat tingkah Laura, memgikuti gadia itu dari belakang. "Mau jalan-jalan dulu sebelum pulang?" tanya Reno.

"Bunda gimana?"

"Nanti aku ijin, terus kita sogok pake martabak cokelat keju." ucap Reno.

Laura tertawa renyah mendengar ucapan Reno, bahagianya sederhana bukan? Renonya kembali.

To Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang