AUTHOR POV
Audrey terus berjalan menyusuri jalan yang sepi. Ia berjalan tak tentu arah. Hatinya sudah sangat sakit menyadari kenyataan bahwa satu-satunya orang tua yang dia miliki sekarang sama sekali tidak mendukungnya. Sekarang orang yang ia percaya hanyalah Nindy dan Kak Devon. Sudah 30 menit Audrey berjalan tanpa tau arah dan tujuan.
“Kenapa nasib gue gini banget sih ! Kak Devon juga,katanya mau belain gue kalo mama mulai maksa lagi. Eh dianya malah pergi.” Gumam Audrey frustasi.
Audrey terus berjalan tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Tiba-tiba ada sebuah motor yang melaju kencang muncul dari tikungan jalan. Motor itu makin mendekat dan terus mendekati ke arah Audrey. Audrey yang merasakan ada sesuatu di belakangnya menengok perlahan.
“AAAAAAAAAAAAAAAHHHH” Audey berteriak lalu terjatuh ke jalan.
Hening. Tidak terjadi apa-apa.
“Kok gak sakit ? Apa gue udah mati ya ?” Ucap Audrey yang masih menutup matanya. Karena penasaran akhirnya ia membuka matanya perlahan. Audrey pun melotot kaget saat melihat apa yang ada di depannya. Seorang laki-laki yang sedang mengendarai motor besarnya berhenti tepat 5 senti di depannya. Jika sedikit lagi saja motor itu melaju,tak tau apa yang terjadi dengannya.
“De……de…!” Ujar pria itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Audrey.
“Eh iya, loh kak Ibnu kan ?” Ucap Audrey yang baru tersadar dari lamunannya.
“Iya.Maaf ya,tadi saya gak ngeliat kalo ada kamu di depan. Jadinya saya hampir nabrak kamu deh.” Ujar Ibnu sambil mengusap-usap tengkuknya karena merasa bersalah.
“Iya kak gapapa.” Audrey segera bangkit dari jalan lalu meneruskan jalannya. Tiba-tiba Ibnu menahan tangannya.
“Kamu mau kemana ?” Tanya Ibnu.
“Entahlah.” Jawab Audrey tanpa semangat.
“Kamu jalan sendiri di tempat sepi malam-malam begini ?” Ucap Ibnu heran.
“Iya.” Balas Audrey.
“Pulang sama saya aja. Saya antar sampai rumah.” Tawar Ibnu.
“Gak usah repot-repot kak. Saya bisa pulang sendiri kok.” Tolak Audrey. Tiba-tiba ada seorang preman yang kekar muncul dari tikungan. Nampaknya preman tersebut mabuk karena ia berjalan sempoyongan.
“Hmm,boleh deh ka.” Jawab Audrey yang berubah pikiran kerena melihat preman tersebut.
“Sip deh. Tapi saya gak bawa helm lagi,gapapa kan ?”
“Iya gapapa kok.”
Audreypun naik ke motor milik Ibnu. Dalam perjalanan Audrey menangis dalam diam. Ibnu yang merasa ada yang aneh dengan Audrey akhirnya meminggirkan motornya sejenak.
“Kamu kenapa de ?”
“……”
Tangis Audrey makin kencang,tapi sedikitpun tidak mengeluakan suara. Hanya sesegukan yang terdengar oleh Ibnu. Ibnu yang heran mengapa Audrey menangis makin kencang,akhirnya Ibnu berbicara kepada Audrey.
“De,kamu bisa cerita sama saya kalau ada masalah. Ya walau kita belum saling kenal setidaknya kamu bisa cerita sama saya buat ngurangin beban kamu. Kalau kamu gak mau cerita juga gapapa.” Tawar Ibnu yang lalu melanjutkan laju motornya.
“Kak,boleh kita ke taman kota sebentar gak ? Nanti aku cerita disana.” Pinta Audrey yang masih sesegukan menahn tangis.
“Oke. Pegangan ya.” Ujar Ibnuyng lalu melajukan motornya dengan sangat kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go ! (Pending)
JugendliteraturHidupku berubah ketika hal itu datang. Selalu dihantui dengan rasa cemas,takut,dan juga sakit. Entah kenapa ini terjadi kepadaku. Apakah tuhan sedang mengujiku ? ataukah Tuhan sedang mempermainkan nasibku ? Aku ingin marah Aku ingin memukul seseoran...