Prolog

7 2 0
                                    

  Kelas XI ipa2 di karenakan guru  yang mengajar saat ini adalah guru mata pelajaran 'Pendidikan Kewarga Negaraan' yang bernama Bu Umi.

“Kerjakan lima soal yang ada di depan,  jangan ada yang berisik.  Karena yang kerja tangan, bukan mulut.  Paham?!!! ”

“Paham Bu!! ” jawab semua murid termasuk perempuan yang duduk di bangku nomor empat dekat jendela menjawab dengan malas.

“Baik kerjakan sekarang dan–”

Tok. Tok. Tok.

“permisi Bu” ucap seorang guru laki-laki di depan pintu.

“Iya pak,  silakan.  Ada apa? ” Bu Umi berdiri dari duduk nya. Pak Musa _kepala sekolah_ masuk, berjalan mendekat.

“Saya ingin memperkenalkan murid baru pindahan dari surabaya,” jawab Pak Musa yang di angguki Bu Umi.

“Silahkan pak”

“Masuk nak,  perkenalkan dirimu. Saya pamit dulu Buk, permisi”.

Murid perempuan pun mulai berbisik melihat tampang anak baru tersebut yang berwajah manis,  membuat kelas semakin berisik. Para siswi mendapat teguran dari Bu Umi.

“Hay gays, anyeong. Aku Barano D'caros panggil aja Rano, aku pindahan dari surabaya, yang udah pasti tamfan. Salam kenal untuk berteman” Rano memperkenalkan diri dengan gaya tengilnya membuat kelas XI ipa 2 ramai kembali.

“Sudah DIAM!” teguran Bu Umi menggelegar “silakan duduk disamping Ozi, Ozi!” siswa yang di sebut namanya pun berdiri.

“Siap Buk, permisi”

🐜🐜🐜

“Hei”

Ke dua siswi yang duduk di bangku depan Rano menoleh  setalah dia panggil.

“Iya, ada apa?” dengan senyum canggung dan bingung ke duanya menjawab.

“Nama kalian siapa, terutama lo.” tunjuk Rano ke arah gadis yang rambutnya di kucir kuda.

“Gue Luna Shinta, panggil aja Luna. salam kenal Rano.” Luna gadis yang memakai jilbab menjawab dengan ramah. Bahkan luna sampai terpesona dengan ketampanan seorang Barano.  Bikin meleleh aja batin Luna.

“Ran, lo jangan deketin Luna. Gue deketin dia dari Smp belom nyantol juga,” bisik Ozi kepada Rano yang hanya di balas dengan dehaman.

“kalok lo? ” tanya Rano lagi ramah, penuh maksud.

“A-aku Arasya Putri” jawab dengan senyum Arasya yang manis tapi terkesan gugup karena terus dipandangin Rano si anak baru yang manis penuh aura, padahal di sekolahan ini banyak siswa yang lebih tampan “panggil aja Asya”

'cantik' batin Rano

Setelah itu Arasya dan Luna berbalik seperti semula.

“Sya” Arasya pun menengok ke arah Rano dengan senyum bingungnya.

“Iya? ”

“Jangan senyum melulu,  nanti gue kena penyakit diabetes giamana” ucapan santai Rano barusan membuat Arasya  blushing dan salah tingkah, padahal Rano  mengatakan nya begitu amat santai.

Tapi tidak lagi setelah Rano mengatakan hal yang membuat Arasya marah, malu dan ilfil. Semua jadi satu.

Rano memajukan badan dengan tangannya yang di tekuk sebagai tumpuan.

“Besok-besok kalau pakai baju jangan lupa pake kaos dalemnya Sya, biar bra pink lo gak kelihatan” bisik Rano yang hanya di dengar mereka berempat.

hilang sudah rasa terpesona dan kagumnya dengan ketampanan Rano. Di ganti dengan tampang syok.

“Kalau aku yang lihat gak papa. Tapi,  kalau yang lain NO WAY” lanjut Rano dengan senyum tengilnya, setelah duduk seperti semula dan menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.

Tanpa di duga sebuah kotak pensil berwarna ungu pastel mendarat di kepala Rano.

“SIALAN”


🐜🐜🐜

13 JUNI 2019

FAFA ❤







BRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang