Part 5. Syukuran untuk Rano

1 1 0
                                    

Rano belum sempat memberikan mangga dari belakang sekolah kepada Arasya dan dia belum mengatakan tentang Revan yang sebenarnya,  padahal sudah lewat tiga hari.

Rano masih bingung dia akan melakukan apa, dia masih takut bertemu dengan Arasya membuatnya semakin benci dan ilfil kepadanya. Jika di kelas, Rano hanya berbicara dan bercanda dengan Rangga dan Ozi, setiap pagi dia juga tidak lagi merecoki Arasya.  Ya,  tiga hari ini dia seolah menghindar dari Arasya dan menurut Rano sikap Arasya biasa saja seolah sikapnya yang menghindar seperti sebuah anugrah baginya, mungkin. Huh kan jadi swebel.

Tanpa diketahui Rano. Tapi,  Luna tahu kalau Arasya merasa kehilangan dan merasa bahwa Rano membencinya karena penolakannya saat itu. Menurut Arasya sudah satu bulan sejak pertama kali Rano memberitahukan perasaan nya kepada Arasya,  setelah pulang makan bakso komplit satubulan lalu.  Dan selama satu bulan ini Rano tidak masalah dengan segala bentuk sikap dan perkataannya menolak Rano. Apakah sekarang Rano udah capek.

Apalagi akhir-akhir ini Revan susah dihubungi dan diajak jalan membuat Arasya semakin merasa kehilangan, dia selalu positif thinking. Bahwa Revan sibuk dengan acara pensi sebentar lagi.

Dia juga sibuk berlatih tari Mukek iwa meskipun dia kelas dua belas, sebenarnya hanya tinggal mengompakkan saja agar lebih matang tarian mereka karena mereka telah berlatih jauh-jauh hari.

“Sya, udah ngomong sama Rano kenapa dia diem aja kayak eek keocheng. sikapnya yang biasanya petakilan dan suka ngintilin sekarang gak lagi,  gue rasa sih dia nyembunyiin sesuatu dari lo.  ”  Luna mengernyit curiga “gue pernah tuh liat Rano ngeliatin lo kayak mau nyampein sesuatu gitu?”

“ck, gue gak tahu alesan lainnya.  Lo kan tahu sendiri dia menghindar seolah jauhin gue karena gue tolak lagi, lo tahu kan biasanya kalau gue tolak dia cuman diem paling lama lima jam. Tapi kali ini beda, lo bener Lun dia kayak nyembunyiin sesuatu dari gue entah itu apa gue gak tahu” Arasya menyetujui kecurigaan Luna, karena sikap Rano berbeda dari biasanya. Apa dia tanyakan Rano langsung?.

Selesai latihan langsung lo tanyain aja biar cepet beres,” Luna berdiri setelah istirahat sebentar lalu mengikat jala ikan _atribut tari_ dipinggangnya.

Arasya mendongak “tiga hari terakhir gue lihat Rano selalu pulang jam delapan malem,  kata mami Susan sih dia mampir ke rumah temennya. ”

“Yaudah kita latihan terakhir untuk hari ini, masalah Rano nanti lagi. Kuyy” Arasya ikut berdiri bergabung dengan yang lain.

🐜🐜🐜

“Mi, Asya pulang”

“Mami!!”

Kok sepi. Arasya berjalan menuju dapur tempat favorit ibunya,  disana hanya ada Mba Siti yang sedang membuatkan kopi untuk Aji supir keluarga Arasya.

“Mba Siti Mami kemana kok sepi? ” Arasya mendekat untuk mengambil air minum di kulkas.

“Duduk aja pak, gak usah sungkan.  Nyantai kayak di fantai” seru Arasya yang melihat Pak Aji berdiri dari duduknya dimeja makan.

“Gak Mba, saya mau ke belakang dulu. Tadi cuman capek habis jemput tuan pulang dari kantor, permisi. ”

“Trus sekarang Papi,Mami di mana? ” tanya Arasya setelah menaruh gelasnya di tempat cuci piring.

“Nyonya sama Tuan dirumahnya den Rano,  katanya sih ada acara syukuran. ” jawab Mba Siti karena Pak Aji sedang pergi ke toilet.

BRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang