ring-ring.
"akhir-akhir ini kau menghubungi di jam yang tidak biasa,"
"terus kenapa diangkat?"
"aku tidak bisa tidur,""banyak pikiran?"
"banyak kerjaan.""mau ngomong sesuatu?"
"manusia tidak boleh banyak mengeluh. cepat kerjakan, cepat selesai. talk less, do now.""kan bisa mengerjakan sambil mengeluh,"
"kau pandai bicara ya?""of course, bidangku,"
"ada apa?"
"apanya?""kau menelponku,"
"memangnya harus ada sesuatu?"
"jadi tidak ada?""hei, duduk saja lalu bicara sebentar. bikin kopi sekalian. kau butuh istirahat sejenak. jangan terlalu forsir tubuhmu. santai limabelas menit saja tidak akan merugikan. kau sudah bekerja keras."
"terima kasih,""sepertinya kau butuh orang untuk mengingatkanmu istirahat. untung aku menelepon."
"yeah, untung sekali,"
"jadi presdir sebuah maskapai ternama berat ya? maaf kemarin aku mengeluh padamu,"
"tidak apa, justru aku lebih senang begitu, jadi bisa diperbaiki langsung, terima kasih,""jangan berterima kasih padaku, astaga. ibuku senang-senang saja saat pulang, walau awalnya menolak keras. aku yang harusnya berterima kasih. sungguh, kau benar-benar tidak perlu memberikan penerbangan gratis kelas atas begitu."
"anggap saja itu ganti rugi kelalaianku mengawasi kompetensi dan kualitas para pegawaiku. aku tidak mau jadi orang yang tidak tahu diri. omong-omong, kau juga bisa dapat sekalian. bilang saja kapan kau mau kembali ke Korea.""aku mendengar kesombonganmu, pfft, tapi tidak, terima kasih. aku lebih dari mampu untuk membayar. tenang saja."
"nadamu yang lebih terdengar sombong,""ini kebanggaan, tahu,"
"yah, terserahmu sajalah,""hei!"
"ah, ya. kenapa kau memilih menelpon?""kau masih menanyakan itu?"
"bukan, maksudku, kenapa tidak chatting?""hmmm, kenapa ya?"
"here we go again,""aku tidak tahu, jeongguk. aku lebih suka mendengar suaramu. dan lagi, hanya lewat sambungan telpon kau bisa terhubung dengan orang lain secara nyata. chatting punya kemungkinan tidak langsung dibaca. dan jujur, berhubungan dengan telpon begini rasanya lebih leluasa. kau tidak bakal tahu aku belum mandi atau masih muka bantal, bahkan belum cuci muka ataupun gosok gigi."
"makes sense.""memangnya ada apa kau menanyakan itu?"
"penasaran,""hmmm,"
"apa?"
"sudah merasa lebih baik?""entahlah, tapi kurasa aku tidak sefrustasi sebelumnya."
"glad to hear that. kadang jika kau tidak bisa bicara masalahmu sebenarnya, membicarakan hal ringan, bahkan omong kosong sekalipun bisa membuat beban di dada sedikit terangkat."
"itu yang kau lakukan padaku kan?""toh kau tidak terganggu!"
"kata siapa?""jadi kau terganggu?"
"tidak juga sih,""aku ingin mengatakan sesuatu yang kasar,"
"kau mengutip darimana lagi itu? buku pengembangan diri yang kau tidak ingat judul dan halamannya? atau kali ini buku motivasi?""apa kau sadar makin kesini kau makin banyak omong?"
"benar begitu?""iya, dan sebagian besar mengataiku,"
"no offense,""hmph,"
"kurasa kau benar, tapi ada kalanya nanti aku tidak bisa mengangkat panggilanmu. kau oke dengan itu?""totally, aku paham kok kau sibuk sibuk sibuk sibuk sibuk sekali,"
"kau sendiri tidak?""well, im bussinessman so im kinda flexible. lain kali, kau bisa menelponku duluan,"
"untuk?""oh, iya. untuk apa ya? mungkin untuk hiburan? penyemangat?"
"dasar. akan kumatikan,"
"baiklah, selamat bekerja!"
"nanti kutelpon,""really? kau serius?"
"yah, siapa tahu kau butuh diingatkan untuk istirahat?""im not a workaholic like you!"
"but sometimes you sound like you didnt get enough sleep,"". . ."
"oke, dah,""call me soon?"
"call you soon."[ ] [ ] [ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
ring-ring, hello? | ✓
Fanfictionberawal dari telpon iseng, menjadi teman bicara ketika jenuh melanda. [kookv au] ⚠️cover from pinterest's pict⚠️