xxiv.

4.8K 785 110
                                    

maaf ya ini narasi lagi.



"hei, sudah lama ya."

sosok pria itu menarik napas panjang, lalu mengembuskannya. menatap sekelilingnya, seolah ingin membandingkan masih sama kah Korea di ingatannya dengan sekarang. namun tentu saja, tidak banyak berubah.

"kau bicara seperti itu seolah tidak terjadi apa-apa." suara di seberang yang membalasnya terdengar tajam, namun taehyung hanya tersenyum untuk itu. sudah paham nada bicara itu.

"aku memang pandai pura-pura." candanya dengan tawa ringan.

"jadi, bisa jelaskan?"

"tentu, ada banyak sekali yang bisa kujelaskan, namun aku masih pusing akibat jet lag. lagipula, menceritakan ini selagi kau sedang berkendara bukan pilihan bagus, kan?" taehyung meminum kopinya lagi, duduk bersandar di depan sebuah kafe dekat bandara.

"sebentar lagi aku sampai."

"aku tahu, sampai ketemu."

"sampai ketemu."

sambungan telepon itu terputus, taehyung meletakkan ponsel barunya di atas meja dan memgamati orang-orang yang berlalu lalang. ada yang sedang marah-marah, ada yang sedang jalan-jalan dengan anjingnya, ada yang tampak sedih sambil membawa kotak kardus, juga pertengkaran picisan sepasang kekasih. jalanan Incheon selalu nampak hidup, berbagai macam orang menyimpan kisahnya masing-masing.

tak terkecuali taehyung, ataupun jeongguk, ataupun ratusan orang lainnya.

taehyung mengerang pelan, masih merasa pusing. walaupun ia sering bepergian dengan pesawat atau dengan transportasi lain, kepalanya selalu pusing dan ia tidak pernah terbiasa dengan itu.

lamunan taehyung dipaksa berhenti sejenak saat sebuah mobil sampai, dan seorang pria keluar dari sana dengan tampang seolah melihat hantu. orang yang selama ini hanya dia kenali dengan foto-foto sekilas juga perbincangan singkat di telepon kini berada di hadapannya, nyata, tidak lagi sebuah entitas maya.

"taehyung?"

"tidak kukira kau akan langsung mengenaliku, jeongguk-ssi," taehyung berdiri, kini saling berhadapan dengan jeongguk, sedikit merentangkan tangannya, "ada pelukan selamat datang untukku?"

kekacauan yang sebelumnya bergejolak dalam diri jeongguk meluruh, pudar dalam waktu sejenak. mengambil langkah semakin mendekat dan ia rengkuh figur kurus berbalut mantel panjang itu, figur dari orang yang membuatnya kacau tiga hari ini, juga figur dari orang yang selama ini dinantinya.

ini terlalu menyakitkan jika hanya mimpi atau bayangannya saja, terlalu melukai jika hanya delusi saja. namun tawa itu benar-benar mengalun di telinganya, tepukan lembut di punggungnya itu nyata, meyakinkan bahwa orang di dekapannya ini benar-benar kim taehyung, si iseng yang pada awalnya memulai sebuah panggilan jahil tak berujung.

"apa kau sadar kalau kau ini keterlaluan sekali?"

"maafkan aku, harusnya aku lebih cepat mengabari yang sebenarnya," taehyung mendongak saat jeongguk melonggarkan pelukannya, "dan kau, ternyata lebih tinggi dari yang kuperkirakan."

"kau baru saja sampai?"

"setengah jam yang lalu?"

"sudah kabari jimin atau keluargamu?"

"jimin pasti lumayan banyak cerita tentangku padamu,"

"dia menggosipkan tentangmu terus,"

taehyung tertawa, "aku belum mengabari mereka karena urusanku di Jerman baru saja selesai. rasanya aku hampir gila."

"aku juga hampir gila,"

"maafkan aku,"

jeongguk menenggelamkan taehyung lagi ke pelukannya, meletakkan dagunya di pundak taehyung. "aku sudah memaafkanmu, lagipula kau tidak salah apapun. aku ingin mendengar penjelasanmu."

"tentu, sudah kubilang aku akan menjelaskan," taehyung tidak menolak rengkuhan ulang jeongguk, menerima saja pelukan pria itu, "omong-omong, kita baru bertemu dan kenapa kau seperti merindukanku sekali?"

"salahkan dirimu sendiri."

"kenapa aku?" lagi-lagi taehyung tergelak. "ayo pergi, ke suatu tempat. banyak yang harus kulakukan setelah ini, namun aku ingin istirahat dulu, aku ingin minum sesuatu yang hangat atau berada di suatu tempat yang nyaman."

"kemana?"

"tidak tahu, aku tidak bisa pergi ke tempat keluargaku dulu karena mereka pasti berpikir sudah melihat mayat hidup. aku tidak bisa mengganggu jimin, dia ada tugas hari ini, bukan? lagipula statusku disini sebagai penumpang pesawat yang tidak ditemukan pasca kecelakaan, ingat?"

"jadi karena itu kau menemuiku lebih dulu?"

"tepat!"

jeongguk berpikir sejenak, lalu menatap taehyung lurus. "jika kau tidak keberatan, mau ke apartemenku?"

"bolehkah?"

"boleh." jeongguk menarik sudut bibirnya naik, sorot matanya menatap teduh pada taehyung, "siapa yang melarang?"

"hup!" taehyung menangkup wajah jeongguk tiba-tiba, "jangan tersenyum, biarpun sedikit, jangan tersenyum!"

"hah?"

"itu tidak baik untuk jantungku, tampan," taehyung mengedipkan sebelah matanya, lalu terkekeh. ia kemudian meraih lengan jeongguk, "itu mobilmu kan? ayo pergi sekarang!"

taehyung, kedipan matamu juga tidak baik untuk jantungku. [ ]










A/N
baru ketemu tapi kayak udah kenal lama :")

ring-ring, hello? | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang